Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 10Malam semakin larut, udara di luar rumah bertambah dingin, harus kubawa ke mana Bapak.Kami memang memiliki saudara tetapi aku sudah pesimis, mereka tidak mungkin mau menerima, apalagi jika kami datang mendadak malam-malam begini.Aku pernah mengantar Bapak yang ingin bersilaturahmi pada Adiknya, baru saja tiba mereka langsung membuang muka dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki uang untuk dipinjamkan padahal niat kedatangan kami bukan untuk itu.Menurut cerita Bapak, dulu saat sedang berada di puncak kejayaan, semua saudaranya "menyicipi" hasil kerja keras Bapak, bahkan beliau juga pernah andil dalam membiayai sekolah anak dari Adiknya itu.Memang benar seseorang bisa dihargai tergantung dari harta yang mereka punya."Pak, malam ini gak apa-apa kan kita tidur di sini dulu? Yusup janji besok akan carikan tempat tinggal buat Bapak ya walaupun paling kontrakan satu petak." "Tidak masalah Sup."Aku membongkar tas yang ad
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 11Durhaka? apa tidak salah dia mengatakan aku durhaka? lantas apa namanya yang menelantarkan orang tua selama bertahun-tahun, lalu tiba-tiba datang berkunjung hanya untuk merebut harta. Langsung ku blokir kontak ketiga Abangku agar mereka tidak menggangguku lagi, sekarang hanya ingin fokus merawat Bapak saja.Aku mengurus Bapak seorang diri dan mereka bertiga merawat Ibu, bukankah lebih ringan tugas mereka karena bisa saling bahu membahu, tidak seperti aku apapun kulakukan seorang diri, dari menyiapkan makanan sampai mencari pundi-pundi rupiah untuk mengisi perut kami berdua.Mereka semua memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup tinggi, masa tidak mampu memenuhi kebutuhan Ibu atau hanya sekedar mengenyangkan perutnya."Bapak, Yusup ada rezeki, Bapak mau apa bilang aja, pasti Yusup beliin!" "Kalau punya uang lebih simpan aja Sup, untuk tabungan masa depan kamu, Bapak tidak mau apa-apa, hanya ingin melihat kamu sukse
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 12Tega sekali mereka, menutup jalan rezekiku dengan fitnah keji. Saat aku susah apa mereka peduli? lalu di saat aku baru saja menemukan secercah harapan untuk masa depan tanpa rasa bersalah mereka menghancurkan itu semua.Apa mereka kurang bahagia dengan hidup sendiri? kemewahan dan harta yang bergelimang ternyata tidak membuat mereka cukup.Aku menerima banyak pesan dukungan dari teman-teman yang mengenalku secara langsung dan mengetahui bagaimana kisahku yang sebenarnya.[Yusup, tahu gak kamu lagi viral?] tanya Arif melalui pesan yang dia kirim.[Iya Rif, aku baru lihat, bingung banget harus gimana][Kamu harus klarifikasi Rif, tapi tunggu berita ini reda dulu][Endorse juga banyak yang ngebatalin dan minta aku refund][Sabar ya Sup, kalau sudah rezeki pasti tidak akan kemana, Abang-Abang kamu kok tega banget ya, padahal saat kamu susah kayaknya gak pernah repotin mereka][Aku juga gak tahu Rif, mungkin mereka dendam][De
Nasib si BungsuPart 13(Saat masa jaya orang tua telah habis)Sandiwara apalagi yang dilakukan Abangku ini, benarkah apa yang dia katakan, apa mungkin ini ada kaitannya dengan rumah Bapak yang dijual?Pantas saja dia bersengkongkol dengan Bang Harun menjual rumah Bapak, mungkin karena sudah tidak ada penghasilan.Tidak terbayang jika Mbak Mila tahu suaminya kini sudah tidak memiliki pekerjaan, perkara uang seratus lima puluh ribu saja dia sudah merajuk bahkan meminta cerai.[Maaf, tidak bisa. Abang ini aneh minta tolong kok sama tukang ojek kaya saya!] kukirim balasan pesan pada Bang Adi.[Tapi kamu kan kamu sudah jadi Youtuber sekarang, memangnya Abang ini bodoh, Abang tahu penghasilan dari Youtube itu besar][Aamiin, semoga channelku segera menghasilkan uang][Di Tiktok sama instagram juga kamu terkenal, Abang lihat kamu sering promosi barang, pasti kamu dapat bayaran kan? ayolah bantu Abang!][Itu dulu, dan sekarang aku harus berjuang lagi, karena fitnah kalian yang menyebarka
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 13"Mau kemana Sup?" "Yusup mau lihat dulu, itu Ibu apa bukan!"Ceklek.Pintu terbuka.Ternyata benar, orang yang tadi kulihat dari kaca jendela adalah Ibu. Ibu terbaring lemah, tubuhnya menggigil kedinginan. Aku mengedarkan pandangan mencari sosok yang sudah membawa Ibu sampai ke sini.Akan tetapi tidak ada sesuatu yang aku curigai"Ibu,""Bu,""Ibu,"Ibu tidak menyahut, bibirnya bergetar menahan hawa dingin yang ia rasa.Langsung kugendong Ibu masuk ke dalam, lalu memasangkan selimut tebal agar tidak terlalu kedinginan."Yusup, itu benar Ibumu?" Bapak masih tidak percaya."Iya Pak, sepertinya Ibu sakit."Bapak mulai mendekati Ibu."Kok bisa ada di sini?""Yusup juga gak tahu Pak.""Heh, kenapa kamu, sakit?" Bapak mengguncang keras tubuh Ibu."Iya, aku sakit," Ibu menjawab dengan suara bergetar.Aku menyiapkan secangkir minuman hangat untuk Ibu."Bu, bangun, minum dulu!"Kubantu ia untuk bangun lalu menyandarkan tubuhnya
Nasib Si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 15Aku berlari ke jalan, mencari keberadaan mobil Bang Adi, namun nihil. Tak kutemukan kendaraan roda empat milik Abang sulungku itu.Sudah satu jam berlalu, motorku belum kembali juga. Aku semakin gelisah. Bagaimana jika firasatku benar? "Si Adi belum pulang juga?" tanya Bapak."Belum Pak."Aku terus berdiri diambang pintu, menunggu Bang Adi datang, namun sudah hampir tengah malam, tidak ada tanda-tanda Bang Adi kembali.Jika memang Bang Adi sampai berbuat jahat seperti itu, sungguh begitu tega. Bukankah dia tahu itu adalah satu-satunya kendaraan yang kumiliki, apalagi dipakai untuk mencari nafkah sehari-hari. Berkali-kali aku menghubungi Bang Adi namun tidak ada jawaban, begitu pun pada nomor Mbak Mila, istrinya. Sepertinya mereka memblokir kontakku, terlihat dari foto profil mereka yang menghilang.Bapak dan Ibu sudah terlelap, sementara aku masih memikirkan motor yang setiap hari membantuku mencari pundi-pundi rupiah.
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 16"Apa maksudnya ini Bang?" aku yang sudah menyalakan mesin motor kembali turun."Kurang jelas barusan Abang ngomong apa?""Iya, apa?""Abang sama anak-anak ikut tinggal bersama kalian untuk sementara, sampai Abang punya pekerjaan lagi."Aku mengernyitkan dahi."Maaf Bang, gak bisa.""Sombong sekali kamu Yusup!""Terserah, lagian Abang kan punya rumah, lebih besar, mewah. Kenapa mau sempit-sempitan tinggal sama kami.""Mbak Mila sudah tahu Abang nganggur, dia usir Abang sama anak-anak, dia juga sudah menggugat cerai Abang, tinggal menunggu waktu panggilan dari pengadilan saja!""Oh, maaf Bang, itu bukan urusanku!""Pak, ayo jalan!" pintaku pada sopir.Saat mesin mobil dinyalakan, Ibu tiba-tiba turun."Keterlaluan kamu Yusup, Abangmu sedang kesulitan, apa salahnya kamu membantunya kali ini!""Maaf Bu, tapi saat aku susah apa Bang Adi datang membantu? asal Ibu tahu, aku pernah pinjam uang seratus lima puluh ribu untuk ongkos B
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 17Seketika tubuhku lemas saat mendengar Ibu berbicara seperti itu. Selemah itukah diriku di mata Ibu? sampai aku tidak punya hak untuk menyuarakan apa yang ku suka dan apa yang tidak.Ini tempat tinggalku, aku yang membayar sewanya, jadi aku memiliki hak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini.Aku menerima Ibu, tetapi tidak untuk Bang Adi dan keluarganya, mau di kata kejam atau tidak punya hati pun aku tak peduli. Yang jelas aku tidak ikhlas memberi tempat tinggal dengan orang yang sudah merampas hak Bapak, walaupun itu Abang kandungku sendiri.Mengapa Bang Adi hanya datang saat dia susah saja? kemana dia ketika berada di puncak kejayaannya kemarin?Padahal dia masih memiliki dua adik yang hidupnya lebih mapan dari pada aku, Bang Harun dan Bang Jejen Mengapa tidak datang kepada mereka saja?"Bangun, bangun!" aku mengguncang keras tubuh Bang Adi.Bang Adi hanya menggeliat, dia menepis lenganku. beberapa s