Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 19"Harun, kamu kenapa?""Apa yang sakit?""Mau makan apa?""Sudah lama kamu sakit begini?"Ibu terus memberi pertanyaan, Bang Harun tak menjawab apapun, dia hanya merintih kesakitan."Yusup, ambilkan air hangat, cepat!" titah Ibu padaku.Aku langsung berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih."Ada apa ini ribut-ribut!" tanya Bapak yang baru keluar dari kamar."Kenapa dia?" sambung Bapak setelah melihat Bang Harun yang terbaring lemah"Harun sakit Pak, kasian dia.""Mana istrinya?""Langsung pulang lagi barusan.""Giliran kayak gini aja baru ingat pulang, pas sehat banyak uang sama orang tua aja gak ingat!" Bapak kembali masuk ke kamar."Bapak ini kenapa sih? marah-marah di waktu yang tidak tepat, emang gak kasian lihat kondisi anak sendiri kayak gini?""Dia juga gak pernah kasian sama orang tua."Bang Adi tiba-tiba tertawa lalu berbicara "Ini azab karena kamu serakah Harun, udah lah Bu, pulangin aja ke Istrinya, ga
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 20Bimbang, itu yang kurasakan. Hati sudah tidak merasa nyaman tinggal di rumah ini, apalagi dengan suasana yang bisa dikatakan cukup kacau.Apa aku salah jika keluar dari rumah ini meninggalkan mereka? Tidak apa harus kembali mengeluarkan uang untuk menyewa rumah lain asalkan hati dan pikiran merasa tenang.Hari ini aku berencana akan mengunjungi guru ngajiku, orang lain biasa memanggilnya Ustad Dzikri.Jika bukan karena nasihat beliau aku tidak akan sesabar ini, bahkan pernah hampir terjerumus ke dalam pergaulan bebas.Dulu, saat Bapak mengatakan tidak bisa membiayaiku untuk melanjutkan sekolah, aku pernah pergi meninggalkan rumah selama beberapa hari. Tidak sengaja bertemu dengan Ustad Dzikri, beliau membawaku pulang ke rumahnya, memberikan banyak nasihat padaku hingga akhirnya aku sadar bahwa jalan yang kupilih salah. Aku bisa berlapang dada, dan menerima kenyataan aku memang tidak seberuntung ketiga Kakakku.Beberapa
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 21"Yusup, gimana, masa kamu gak mau bantu Abangmu sendiri sih?" Ibu kembali bertanya."Ya udah, ayo ke rumah sakit sekarang!"Hati nurani mengatakan agar aku membantunya, pikirku Bang Harun juga memiliki BPJS, yang bisa meringankan biaya, walaupun tagihannya pasti menunggak karena sudah beberapa bulan menganggur."Gimana? pasien mau dibawa ke rumah sakit?" tanya Dokter."Iya Dok.""Mau diantar? kebetulan kami ada ambulan, nanti di dampingi petugas medis kami untuk membantu di sana.""Untuk ongkos ambulannya berapa Dok?""Ke rumah sakit terdekat dua ratus ribu.""Ya sudah, saya siapkan surat rujukan terlebih dahulu ya, agar pas di UGD nanti langsung ditangani!" ucap Dokter.Surat rujukan sudah selesai dibuat, Bang Harun langsung didorong keluar menggunakan kursi roda lalu dinaikkan ke dalam mobil ambulance yang sudah siap.Kami pun langsung berangkat menuju rumah sakit, di dampingi seorang Perawat dari Klinik."Apa pasien mem
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 22Saat sedang melihat keadaan Ibu terdengar suara yang memanggilku, gegas aku keluar. Rupanya yang datang adalah Mbak Sri, pemilik warung langgananku saat masih tinggal di sini."Iya Mbak, ada apa?""Ini maaf, saya mau nagih, soalnya hutangnya udah gede banget."Aku mengernyitkan dahi "Hutang, hutang apa ya Mbak?""Supaya lebih jelas, ini saya kasih catatannya aja!"Mbak Sri memberikan buku yang ia pegang, aku langsung membukanya. Dalam buku tersebut tertulis dengan jelas catatan hutang yang jumlahnya hampir mencapai dua juta rupiah.Selain nominal, Mbak Sri juga menulis dengan jelas barang dan siapa yang datang mengambilnya.Dari catatan itu, ternyata rokok yang mendominasi semuanya, nama Bang Adi dan Bang Harun yang tertulis di sana."Maaf, saya minta segera dilunasi, karena mereka mengatakan Yusup yang akan melunasinya!""Mbak maaf sekali ya, bolehkah saya meminta waktu untuk berbicara dulu pada Abang-Abang saya? masalahn
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 23Tidak sengaja mata kami saling bertemu, Yumna langsung menunduk saat melihatku.Sakit, itu yang aku rasakan, salahku sendiri yang sudah terlalu berharap. Selama ini Yumna memberikan respon hangat seolah-olah menunjukkan aku ada dihatinya.Ingin rasanya aku pergi saat ini juga, namun alasan apa yang harus aku sampaikan pada Arif, karena tidak mungkin aku menceritakan kedekatanku dengan Yumna selama ini.Sebagai sahabat harusnya aku turut bahagia apalagi Arif adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup karena dia sudah banyak menolongku.Saat orang lain asik menikmati hidangan aku memilih keluar untuk sejenak menenangkan hati yang sedang luluh lantah ini."Sup, kok gak makan?" Arif tiba-tiba menyusulku keluar."Oh, udah kenyang, kebetulan tadi sebelum berangkat aku udah makan.""Oh gitu, tapi kamu gak apa-apa kan?""Emang kenapa?""Enggak, cuma kayak ada yang aneh aja.""Oh, iya aku hawatir sama Bapak, kamu tahu sendiri kan
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 24"Kenapa kamu masih di sini? kejar Arif, jelaskan semuanya!" ucapku pada Yumna.Yumna menggeleng pelan."Aku tidak mau hubungan persahabatanku hancur hanya karena kesalahan pahaman ini!"Kami menjadi pusat perhatian pembeli, aku menjadi tidak enak hati dengan keadaan ini. "Ada apa Sup?" "Nanti Yusup jelaskan ya Pak!"Dengan situasi yang masih canggung, aku melanjutkan aktivitas melayani beberapa pembeli, sementara Yumna pergi dengan sendirinya.Karena ada hal yang harus aku jelaskan pada Bapak juga meluruskan semuanya pada Arif, hari ini toko tutup lebih awal.Bapak masih belum paham dengan apa yang terjadi antara aku, Arif dan Yumna."Pak, Yusup mau jelasin yang tadi," ucapku."Sebenarnya kamu ada masalah apa sama Arif? jangan bilang hanya karena seorang perempuan hubungan persahabatan kalian hancur."Aku pun menjelaskan semuanya dari awal, tentang hubunganku dengan Yumna. Juga Arif yang tiba-tiba memintaku untuk datang
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 25"Ayo cepat kita pulang, aku tidak mau mati konyol di sini!" Bang Adi menarik lenganku.Secara spontan aku pun bangkit, tanpa pamit kami langsung pergi. Sepanjang perjalanan Bang Adi terus merutuk, dia mengumpat Mbak Mila, juga keluarganya."Dasar tidak tahu diri, jika tidak menikah denganku, kau hanya gadis kampung yang miskin Mila!""Aku rela melakukan apa yang kau mau, lalu ini balasannya.""Orang tua dan anak sama saja, semuanya tidak tahu diri.""Jika bukan karena jasaku, rumah kalian tidak akan bisa berdiri kokok seperti itu, pasti sampai saat ini masih gubuk reot.""Menyesal aku menikah dengan anak seorang preman."Aku hanya diam, membiarkan dia mengeluarkan semua amarahnya. Bukan aku bahagia dengan penderitaannya saat ini, seandainya dia sadar atas apa yang dialaminya mungkin ini balasan setelah apa yang sudah dia lakukan pada Ibu dan Bapak.Karena begitu patuh pada sang Istri, dia rela mengeluarkan uang puluhan jut
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 26Arif dan keluarga Yumna sangat yakin aku telah membawa Yumna pergi, sehingga mereka melaporkan aku kepada pihak berwajib dengan tuduhan penculikan. Padahal mereka tidak memiliki bukti yang kuat.Tidak takut dengan proses hukum apalagi aku memang tidak bersalah. Yang dihawatirkan adalah kedua orang tuaku, bagaimana dengan mereka jika aku harus meringkuk di jeruji besi karena kesalahan yang tidak kulakukan ini.Selama ini siapa lagi yang menopang kehidupan mereka jika bukan aku. Apalagi kedua Abangku juga menjadi tanggunganku, hanya Bang Jejen satu-satunya harapan untuk "menitipkan" Ibu dan Bapak, meskipun tidak yakin dia bisa menerimanya. Aku sangat hawatir kedua orang tuaku hidup terlunta-lunta jika aku harus menjalani masa tahanan.Aku menjawab semua pertanyaan dari Polisi dengan jelas dan tegas. Tidak kutunjukkan perasaan takut sedikit pun, meskipun hati ini begitu kacau memikirkan bagaimana Bapak di ruko, pasti beliau