공유

Bab 5. I'm Crazy Because of You

Nathan mengusap wajahnya kasar. Kepalanya nyaris pecah mengingat hari ini dirinya harus menemani Aubree memilih cincin pernikahan. Gadis aneh dan tidak waras itu telah sukses membuat hidup Nathan seakan mendapatkan kesialan bertubi-tubi. Sialnya gadis itu berani mengambil gambar mereka dalam keadaan dirinya yang terlelap. Demi Tuhan, jika saja Nathan bisa, sudah pasti Nathan melenyapkan gadis aneh itu dari muka bumi ini.

Sejenak, Nathan mengatur napasnya, berusaha menurunkan emosi yang terbendung dalam dirinya. Kini Nathan tengah memikirkan cara bagaimana membatalkan hari ini. Tentu saja Nathan malas jika harus menemani gadis aneh itu hanya demi memilih cincin pernikahan yang tidak jelas.

“Nathan.” Bianca melangkah masuk ke dalam kamar Nathan. Refleks, Nathan mengalihkan pandangannya kala mendengar suara ibunya.

“Mom?” Nathan menatap ibunya yang mendekat padanya.

“Sayang, kau tidak lupa, kan? Hari ini kau harus pergi bersama dengan Aubree memilih cincin pernikahan kalian.” Bianca berujar dengan suara lembut pada putranya.

Nathan memejamkan mata singkat. Rupanya ibunya mengetahui kalau hari ini dirinya akan pergi dengan gadis aneh itu. Nathan mengumpat dalam hati. Ingin sekali dia pergi sejauh mungkin, tapi semua akan menjadi rumit jika sampai dirinya pergi.

“Mom,” panggil Nathan dengan raut wajah yang serius.

“Iya, Sayang. Ada apa?” Bianca membelai rahang Nathan, menatap putranya itu dengan tatapan penuh kasih sayang.

Nathan mengembuskan napas kasar. Pria itu menatap lekat ibunya. “You know I don't love her, but why are you forced me to marry her?

Bianca terdiam sejenak mendengar pertanyaan Nathan. Tampak wanita paruh baya itu melukiskan senyuman hangat di wajahnya yang masih sangat cantik itu. “Because I know she’s the best woman for you. And as a mother, I want my son to marry the best woman,” jawabnya tulus dan penuh kelembutan seorang ibu.

“Terbaik untukku?” Nathan nyaris tertawa kala mengatakan Aubree adalah gadis yang terbaik untuknya. “Bagaimana bisa kau mengatakan dia adalah yang terbaik? Bahkan aku belum pernah mengenalnya. Aku tidak tahu siapa dia, dan bagaimana sifatnya.”

“Nathan.” Bianca menangkup kedua rahang Nathan. Menyela ucapan putranya itu. “Kau sudah setuju dengan perjodohan ini, Sayang. Lagi pula Mommy yakin, seiring berjalannya waktu, kau pasti akan jatuh cinta pada Aubree. Dia adalah gadis yang tepat untukmu, Sayang.” Bianca berucap dengan lembut. Lalu dia memberikan kecupan di kening Nathan. “Sekarang lebih baik kau bersiap-siap. Kau harus menjemput Aubree di rumahnya. Pilihlah cincin pernikahan kalian yang terbaik. Mommy ingin kalian menyiapkan pernikahan kalian dengan sempurna.”

Nathan berdecak pelan. Ya, kelemahan Nathan adalah terletak pada ibunya. Nathan tidak bisa menolak apa yang memang ibunya inginkan. Andai saja Aubree adalah gadis normal, mungkin dirinya bisa menerima perjodohan ini. Walau sebenarnya, Nathan belum menginginkan menikah. Dia masih menikmati dirinya yang melajang, tapi sepertinya nasib sial datang dihidupnya. Nathan harus mengakhiri masa lajangnya; menikahi gadis yang memiliki otak tak waras. 

“Aku pergi.” Nathan yang masih tampak kesal memilih untuk segera pergi. Pria itu bangkit berdiri, mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja. Mengecup kening ibunya, lalu melangkah meninggalkan ibunya yang masih bergeming di tempatnya.

Tampak senyum Bianca terlukis begitu hangat kala melihat Nathan sudah pergi.

***

Mobil sport Nathan mulai memasuki sebuah mansion mewah milik Keluarga Randall di Manhattan. Sebelumnya Nathan sudah mendapatkan alamat keluarga Aubree dari Cedric—asistennya. Nathan tak memiliki pilihan lain. Niatnya dia ingin membatalkan hari ini. Namun, sayangnya rencananya gagal karena ibunya telah mengetahui hari ini dirinya harus mengantar gadis aneh itu memilih cincin pernikahan. Padahal tanpa harus ditemani, gadis aneh itu bisa memilih cincin sendiri. Jika berurusan dengan Aubree maka emosi Nathan selalu saja memuncak.

Nathan turun dari mobil dengan raut wajah yang dia upayakan tidak kesal. Dan saat ketika Nathan baru saja turun dari mobil, dia sedikit terkejut melihat Aubree berdiri di ambang pintu rumah. Gadis itu memakai dress berwarna hitam transparan dan sangat seksi. Aubree terlihat seperti orang yang tidak memakai baju, belahan dadanya begitu terlihat jelas.

Nathan mengembuskan napas berat melihat penampilan Aubree yang bisa dikatakan sama seperti telanjang. Dress yang dipakai gadis itu begitu tipis, memperlihatkan jelas lekuk tubuh gadis itu.

“Nathan, aku sudah menunggumu.” Aubree melangkahkan kakinya dengan anggun mendekat pada Nathan dan langsung memeluk erat lengan Nathan. “Kenapa kau lama sekali? Tadi aku menghubungimu, tapi kau tidak menjawab telepon dariku.”

“Apa kau tidak memiliki baju lagi, Aubree? Kau bahkan sama saja seperti telanjang.” Nathan menegur Aubree dengan tegas. Pria itu tak mengindahkan ucapan Aubree.

Aubree mengurai pelukannya. Gadis itu berdiri di depan Nathan seraya menggerakkan tubuhnya seirama nan menggoda. “Memangnya apa yang salah dengan pakaianku? Pakaian ini sangat indah di tubuhku.”

“Cepat ganti pakaianmu!” tegas Nathan penuh penekanan.

Aubree mendengkus tak suka. “Sayang, kau jangan cemburu. Aku tidak akan mungkin memilih pria lain meski banyak yang menyukaiku sekalipun.”

Nathan mengumpat dalam hati. Apa yang dia ucapkan direspon dengan ucapan konyol. Detik selanjutnya, Nathan tidak lagi berucap. Berhadapan dengan Aubree hanya membuatnya ikut tak waras. Kini Nathan masuk ke dalam mobil. Refleks, Aubree segera menyusul Nathan kala pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Nathan mulai meninggalkan halaman parkir itu.

Sepanjang perjalanan, Nathan fokus melajukan mobilnya. Pria itu tak menoleh sedikit pun pada Aubree. Wajahnya acuh dan tak peduli, seakan menganggap tidak ada siapa pun di sampingnya.

“Nathan, nanti design pernikahan kita aku menyukai tema yang mewah dan berkelas. Kau setuju kan, Nathan?” ujar Aubree dengan senyuman anggun seraya menatap Nathan.

“Terserah,” tukas Natahan dingin. Pria itu sama sekali tidak mau ikut campur dalam menentukan design pernikahan sialan yang tak pernah dia inginkan.

Aubree mengangkat bahunya tak acuh. Dia tak peduli dengan sikap acuh Nathan padanya. Terpenting bagi Aubree, dirinya sebentar lagi akan menikah dengan Nathan. Dan artinya pria itu akan menjadi miliknya seutuhnya.

Mobil yang dilajukan Nathan mulai memasuki toko perhiasan yang berada di Manhattan. Nathan turun dari mobil bersamaan dengan Aubree yang juga turun. Namun, sebelum melangkah masuk ke dalam toko perhiasan, Aubree memeluk lengan Nathan.

Pun lagi dan lagi Nathan membiarkan Aubree memeluknya. Pasalnya, Nathan tidak mau berdebat di tempat umum. Berdebat dengan gadis aneh yang ada di sampingnya ini sama saja membuatnya menjadi sakit kepala.

“Selamat siang, Tuan, Nona. Ada yang bisa kami bantu?” tanya sang pelayan dengan sopan dan ramah pada Nathan dan Aubree yang memasuki toko perhiasan.

“Aku ingin memilih cincin pernikahan. Berikan aku yang terbaik.” Aubree berkata dengan nada anggun dan berkelas.

“Mari, Tuan, Nona. Ikut saya ke dalam. Saya akan menunjukkan beberapa koleksi cincin pernikahan milik kami,” ujar sang pelayan dengan sopan.

Aubree menganggukkan kepalanya. Lalu dia melangkah bersama dengan Nathan—mengikuti pelayan itu. Tampak wajah Nathan terlihat dingin dan menunjukkan kejenuhannya. Namun, Nathan tentu tidak bisa meninggalkan Aubree. Jika dia meninggalkan Aubrree di sini, maka dirinya akan semakin pusing dengan tingkah gadis aneh di sampingnya.

“Nona, kami memiliki dua cincin pernikahan dengan kualitas berlian terbaik di dunia. Keduanya pasti akan sangat cantik di jari Anda, Nona.” Sang pelayan menunjukkan model cincin pernikahan yang dia maksud pada Aubree.

“Nathan, dua-duanya sangat cantik. Menurutmu aku pakai yang mana?” tanya Aubree dengan antusias.

“Terserah,” jawab Nathan datar.

Aubree berdecak kesal. “Bantu aku pilih, Nathan.”

“Aku sudah bilang padamu, Aubree. Kau bebas memilih mana yang kau suka,” tukas Nathan menahan emosinya.

Aubree berdecak. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Detik selanjutnya, Aubree mulai mencoba salah satu cincin pernikahan yang menarik di matanya itu. Ya, cincin berlian itu berkilau begitu indah.

“Nathan, aku mau yang ini saja. Nanti kita pesan dengan ukiran nama kita berdua, ya,” ucap Aubree seraya melihat cincin yang melingkar di jari manisnya itu.

“Tidak usah memakai ukiran nama,” tukas Nathan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

“Kenapa tidak usah? Kan bagus kalau cincin pernikahan kita memakai ukiran nama.”

“Norak, Aubree.” 

“Norak dari mana? Cincin berlian yang aku pilih saja ini yang terbaik. Tidak mungkin norak, Nathan.”

“Tidak usah pakai nama. Aku tidak suka.”

Alright, kalau begitu pakai ukiran tanggal pernikahan kita saja.”

Nathan mengumpat dalam hati. Dia lebih memilih cincin pernikahan itu tak perlu ada ukiran apa pun. Namun, tanggal pernikahan setidaknya jauh lebih baik daripada ukiran nama di cincin pernikahan itu. Kini Nathan memilih menganggukkan kepalanya merespon ucapan Aubree.

Senyuman indah di wajah Aubree terlukis melihat Nathan menyetujui permintaannya. Aubree mengeluarkan ponselnya dan menggenggam tangan Nathan, lalu memotret tangannya dengan tangan Nathan itu. Terlihat kilauan berlian di jari manisnya sangatlah indah.

“Apa yang kau lakukan?” seru Nathan kala Aubree mengambil gambar.

Look at this!” Aubree menunjukkan foto gambar tangan mereka yang berpegangan mesra. “Bagus, kan? Aku ingin mempostingnya ke akun sosial mediaku. Aku mau menunjukkan pada semua orang kau hanya milikku.” Aubree menjawab dengan nada yang anggun.

Nathan tergelak mendengar ucapan Aubree. Sorot matanya menatap Aubree dingin. “Apa kau sudah gila? Untuk apa memposting hal-hal pribadimu di sosial media?”

Aubree tersenyum. Dia mengabaikan para pelayan toko dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Aubree membawa tangannya mengelus rahang Nathan dan berkata, “Yes, I'm crazy … I'm crazy because of you.”

댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Michellyn Ling
lanjut thor
댓글 모두 보기

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status