Pagi itu Nayla mulai sibuk mencari baju apa yang akan digunakan untuk date pertamanya dengan Raka. Seluruh isi kamarnya ia bongkar.
"Masa nggak ada baju yang cewek banget gitu. Kaus, kaus lagi." Nayla melempar-lempar baju ke atas tempat tidur dengan kesal.
Di atas tempat tidurnya sudah ada beberapa setelan baju yang sudah disatukan.Tok! Tok!
"Astagaaa. Nayla kenapa kamar kamu berantakan sekali?" ibunya mengerling. Kamar anak gadisnya berantakan bak kapal pecah.
"Maa. Nayla lagi buru-buru. Nanti Nayla beresin ya. Nayla mau pergi," kata Nayla, tangannya berkacak pinggang menatap serentetan baju yang di atas kasurnya.
"Dengan siapa? Cowok kah?"
Nayla tersenyum malu-malu pada wanita yang melahirkannya. Tebakan ibunya benaRaka menghentikan motornya di depan gerobak ketoprak, entahlah dia semakin suka makan ketoprak. Apalagi saat makan berdua dengan Nayla."Pak, ketoprak dua," pesan Raka."Siap, tunggu sebentar ya."Mereka duduk bersampingan di bangku panjang, tak berapa lama pesanan mereka datang."Makasih," ucap Nayla. Ia mengaduknya lalu memasukkan ke mulutnya."Kita sudah dua kali makan ketoprak, kamu suka banget ya makan ketoprak. Kenapa?" Kadang Nayla bingung, Raka kan tajir ya tapi nggak pernah bawa ke restoran berbintang gitu."Kamu nggak suka?" Raka mengusap bibir Nayla yang ada bumbu kacang dengan tangannya."Suka," jawab Nayla cepat, karena kamu selalu memperhatikan aku saat makan. Seperti ini. "Kamu suka juga kan?"
"Nayla... " panggil Beca. Beca dan Tina berjalan mendekati mereka. Mata Tina tidak lepas dari Reno yang asyik menatap Nayla."Kalian udah selesai?" tanya Nayla."Udah, Bu Maya cuma minta tolong bantu periksa tugas kita kemarin. Ka Bagas belum dateng?" tanya Beca, lalu melihat Reno di samping Nayla."Belum. Makanya gue main basket sama Reno." sahut Nayla."Hati-hati, Ra--"Nayla menutup mulut Beca dengan tangannya. "Raka tahu bisa ngamuk." Ucapan itu keluar di balik tangan Nayla."Hati-hati apa?" tanya Reno penasaran, melihat Nayla dan Beca sikut-sikutan."Ka Bagas," jawab Nayla cepat, "Ka Bagas, kakak gue bawel." Nayla menggigit bibirnya."O. Yaudah gue ke sana ya. Gue sama anak-anak mau latihan basket." Reno pergi membawa bola basketnya."Eh, Ren. Mau minuman." Tina menawarkan minuman botol yang dipegangnya be
"Tante mau masak apa?" Beca menemani ibu Nayla di dapur. Sepertinya mereka sudah semakin dekat. Beca gadis ceria yang mudah untuk beradaptasi dan ibu Nayla juga orang yang welcome dengan siapapun kawan Bagas dan Nayla. "Beka, suka makan apa?" tanya Ayu melihat Beca, sudah umur kepala 4 wanita itu masih terlihat cantik dan segar. "Beka nggak pilih-pilih makanan kok Tante. Semuanya suka." Beca membuntuti Ayu kemanapun dengan senyum yang riang. Nayla yang duduk di ruang makan melirik Beca sambil menggeleng kepala. Baru tahu Beca penghuni dapur kirain pemalas. "Kalau gitu tante masakin capcay, kesukaan Bagas. Kamu pasti suka." Ayu mengambil sayuran dari kulkas. Beca mengangguk dengan senyum lebar, pendekatan sama carmer itu nggak boleh nolak. Di kasih kodok goreng juga cewek itu mau aja. "Iya Tante, suk
Pukul 7 malam Ayu sudah mempersiapkan makanan di atas meja dengan berbagai menu. Sedangkan Nayla sedang cemas menunggu kedatangan Raka, Beca berhasil menghasut Nayla untuk mengajak Raka. Yang paling antusias Beca, lihat saja cewek itu terus menggoda Nayla dengan matanya. "Udah nggak usah panikan, udah kayak mau di lamar aja," ujar Beca setelah mengelap piring dan diletakkan ke atas meja. Nayla mendelik padanya. "Seriusan lo udah punya pacar? Entar temen doang, lonya aja yang baperan." Bagas muncul di ruang makan dan langsung duduk. "Ih Ka Bagas... Maa Ka Bagas tuh." Nayla bersedekap dada dengan wajah cemberut. Kali ini ibunya tidak membela, malah ikutan tertawa den
"Lo nggak beneran pergi sama dia kan, La?" Tina menekan suaranya, matanya tajam pada Nayla. Seakan memberi peringatan. "Apaan sih tiba-tiba horor," ketus Nayla memutar bola matanya lalu menyedot minuman. "Lo kan bisa minta Raka anterin," lanjut Tina di sampingnya. "Raka kuliah. Dia sering anter jemput gue ngorbanin mata kuliahnya, so what's? Reno cuma ngawanin." Tina berdiri dari kursinya dan melihat Nayla, "Kadang gue nggak ngerti jalan pikiran lo," ucap Tina dengan dingin. "Yang gue bingung dan yang mau gue tanyain dari dulu. Lo sebenarnya ada hati sama siapa? Raka atau Reno?" serang Nayla dengan bola mata ke depan melihat Tina. "Yang jelas gue nggak kaya lo, nggak punya pendirian," hardik Tina kemudian pergi. Membuat Beca dan Rangga ka
Raka membawa motornya dengan perasaan campur aduk, kecewa dan marah yang ia rasakan. Ia melampiaskan kemarahannya dengan kecepatan motornya yang semakin bertambah. Sepanjang jalan, Raka terus terbayangkan Nayla turun dari mobil Raka. Gadis itu memakai jaket Reno. Sungguh, ia benci rasa cemburu itu.Sadar Raka. Reno anak SMA, hanya pengecut yang berani mukul juniornya. Raka menghentikan motornya tepat di parkiran Club malam. Ya, dia ingin mencari ketenangan di tempat seperti ini. Berkumpul dan minum bersama kawannya, mungkin bisa mengikis kemarahannya. Pengunjung belum terlalu ramai. Biasanya Doni tidak ingat waktu untuk datang ke tempat seperti ini. Siang, pagi, malam, kalau perlu nginap di club. Raka mengedarkan pandangannya. Matanya terhenti pada seorang gadis. Tina terlihat cantik dan modis. Gadis itu terlihat berbeda dengan yang dia lihat di Sekolah.&n
"Ka Raka lagi emosi. dulu--" "Tina menyentuh pundak Raka, terlalu bahaya kalau Raka mulai tidak stabil emosinya. Raka menghempaskan tangan Tina yang ingin menyentuhnya. Gadis itu tercekat. "Apa hubungan mereka?" "Mereka nggak ada hubungan apa-apa.Tapi, emang Nayla yang nggak cinta sama lo." Tina menghela nafas, dia menggigit sudut bibirnya lalu berkata. "Selama ini dia udah berbuat berbagai cara supaya lo ninggalin dia. Lo yang maksa dan pertahankan dia. Nayla nggak cinta sama lo, nggak sama sekali."Raka mengepalkan tangannya, apakah dia termakan ucapan Tina. "Bullshit!" "Gue sama temen Nayla yang lain tau lo maksa dia. Lo ngasih dia waktu sebulan untuk kalian pacaran. Kejadian di kampus lo itu juga sengaja dia lakuin.
Jam sekolah pun berakhir. Nayla berjalan cepat ke basecamp mencari Raka. Terlihat beberapa alumni mereka sudah berada di basecamp. Nayla mengedarkan pandangannya mencari Raka. Dengan adanya Raka bisa mempermudah PA mendapatkan surat izin dari kepsek untuk naik gunung. Mata Nayla berhenti di lapangan, Raka duduk di bawah pohon bersama Doni, Erga, Dimas, Carlos dan Kang Deni sedang bicara.Nayla mendekati mereka. Doni sudah memberi isyarat pada Raka dengan matanya tapi Raka tak menghiraukan. Cewek itu menarik lengan baju Raka dengan lembut. Raka hanya menoleh tanpa ekspresi, seakan tidak terjadi apa-apa. Kenapa lebih sulit mengerti jika orang itu diam saja kalau marah. "Iya kenapa La?" sahut Raka saat lengan bajunya dipegang Nayla.