Bukan seorang nayna namanya jika menyerah begitu saja, mana mungkin aku mentertawakan diriku sendiri. Meskipun aku tau apa yang aku lakukan adalah suatu kebodohan. orang bilang cinta itu buta, aku rasa itu benar. Bukan buta seperti mata tidak bisa lagi melihat, melainkan hati yang tidak bisa lagi melihat mana sebuah ketulusan dan mana yang hanya sebuah kepura-puraan
seperti hari-hari yang sudah berlalu, aku melalui perkuliahan karena memang itu sudah kewajibanku. namun tidak seperti sebelumnya, untuk sekarang kelas terasa gurun pasir bagiku. panas tak berujung, membuat hatiku gerah tidak menentu
Aldi bersikap biasa-bia
Tidak ada rasa canggung, yang ada hanyalah rasa bahagia. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung malam ini, hanya karena hal sederhana. Iya, Aldi datang membawakanku obat dan bakso seperti yang ia janjikan. Dia baru saja menunjukkan perhatiannya padaku, terlepas dari rasa kecewa yang aku rasakan. Atau mungkin memang aku yang terlalu mudah memaafkan“Maaf aku ngerepotin” ucapku memulai obrolan.“Nggak ngerepotin, santai aja” jawab aldi melepas senyum manisnya“kam
sebercanda itukah cinta?. aku yang melihat seorang laura yang selama ini dengan kperibadian yang terlihat bijak menyikapi situasi, justru menyimpan kelemahan yang berhasil ia pendam. dia terlalu pandai bermain dengan drama kehidupannya sendiri. Malam itu saat aku tersentak dari tidurku, aku tertegun melihat seorang wanita yang duduk dibalkon kamarku. aku memastikan teman-temanku, tampak rani dan monik yang tertidur dengan pulasnya. siapa yang tidak ada? ya laura tidak ada disana. aku melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua malam.aku bangkit dari tidurku, menghampiri wanita dibalkon kamarku, yang kupastikan ialah laura. saat aku mendekati gadis itu, dia duduk sembari meringkukkan kakinya, angin malam yang sejuk tidak
sudah lama sekali aku tidak menikmati gorengan terenak sedunia ini, meskipun aku sibuk mengunyah, mataku justru sibuk menatap novel yang aku letakkan dilantai. Aku masih belum berani membaca novel yang dipinjamkan aldi. Judulnya saja sudah membuatku berfikiran yang tidak-tidak. 'The Memories', yang ada di fikiranku saat ini segala hal yang tersimpan dalam memori bukankah itu sebuah kenangan."dipandangin mulu nay?" rani menyenggol sikuku. aku tidak bergeming. mataku masih fokus menatap novel yang aku letakkan didepanku. lain halnya dengan rani yang duduk disampingku sembari menikmati film kesukaannya. Upin dan Ipin sedang berlagak didalam layar TV
"intinya ini tambahan untuk tugas kelompok mengenai antamo kemaren, saya nggak mau ada keterlambatan. saya hanya beri waktu satu minggu, kalian paham?" ucap pak samsul tegas."yahhh pak, masak ditambahnya belakang gini sih pak, kan kita jadi mepet ama tugas yang lain pak" keluh Nadia yang merupakan sekretaris di kelasku"Loh saya kan nggak suruh kamu ngeluh, tugas ya tetap tugas. Kita akhiri sampai disini." usai pak samsul. itu berarti tidak ada perdebatan atau pembahasan lagi yang harus disampaikan. kami mengeluh, jelas kami mengeluh.
“nay, nayyy” ucap rani yang datang tiba-tiba menghampiriku ke kelas.“kenapa ih?” tanyaku heran. Pasalnya rani pergi keluar kelas untuk ke toilet, namun lihatlah sekarang ia datang dengan nafas yang tersengal-sengal menghampiriku“ini” rani meletakkan sebuah brosure diatas meja. Aku melirik brosure itu. tertera disana mengenai lomba menulis. Sontak mataku berbinar dan dengan antusias nya merebut lembaran brosure dari tangan rani“kapan?diamana? gimana ca
Sepertinya kehidupan perkuliahanku tidak akan semulus alur cerita di film-film. Banyak hal yang terjadi begitu saja. Hari ini kelas dihebohkan dengan pertengkaran yang tak pernah disangka. Bahkan akupun yang menoton secara lansung perdebatan sengit diantara mereka tidak mengira ini terjadi. Reno dan Aldi sedang berdebat tentang sesuatu yang tidak kami pahami. Mereka saling berteriak satu sama lain, meskipun mereka sama-sama cowok, tapi tidak ada adegan pukul-pukulan"udah yah, bocah banget sih" teriak ketua kelas. suasana dikelas menjadi hening seketika. Reno dan Aldi saling bertatapan sengit. kemudian mereka berdua memutuskan pergi keluar kelas dengan kompaknya
Hari itu terlihat perbedaan yang sangat jelas antara Reno dan Aldi. Mereka memang saling sapa, masih dengan keadaan yang biasa-biasa saja disatu kelas. Tapi aku bisa merasakan perubahan diantara mereka. Mereka tidak se akrab dulu. Mereka berteman namun aku rasa ikatan yang mereka jalani tidak lagi seperti sahabat.Baik aldi maupun reno berubah haluan, jika tadinya mereka sangat dekat. Kini mereka memilih teman mereka yang lain untuk jadi dekat. Kebiasaan rasa penasarankupun muncul. sebenarnya aku tidak ingin ikut campur urusan mereka. Apalgi para cowok-cowok punya caranya sendiri untuk menyeesaikan masalah diantara mereka bukan.
"Enggak kok, ini udah mau pulang. Iya iya, bye" ucapku menutup telfon. Aku lupa waktu ketika sibuk mencari bahan-bahan untuk lomba novelis. sampai aku tidak sadar langit sudah berganti menjadi malam. Rani yang menelfonku sudah protes tidak menentu, mengingat waktu saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Sebenarnya tidak ada masalah jika aku keluar sendirian, hanya saja rani takut terjadi sesuatu padaku, karena aku menyetir mobil sendirian.aku menyalakan musik DJ di mobilku, ya ada sedikit rasa sunyi yang aku rasakan. Badanku bergoyang mengikuti irama musik, aku masih menikmati musik sampai diperjalanan aku terpekik dan membuatku berhenti mendadak.