Share

Neraka untuk Maduku
Neraka untuk Maduku
Author: LinDaVin

Pelakor Belia

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2022-09-26 21:27:02

Memiliki seorang madu bukanlah keinginanku, namun ketika takdir berkata demikian, apa yang bisa aku katakan. Wanita itu lebih muda dariku, anak dari pemilik usaha di mana Mas Aris bekerja.

Jatuh cinta karena sering bersama kata gadis itu tanpa merasa bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Tak habis pikir mengapa sekarang banyak gadis muda lebih tertarik pria dewasa, terutama suami orang. Dan mengapa begitu mudahnya seorang suami melabuhkan hati yang jelas-jelas sudah termiliki.

Gadis itu datang, menunjukkan foto pernikahan yang dikatakannya terjadi satu bulan yang lalu. Dia menuntut pembagian waktu yang adil, karena dia merasa selama pernikahannya, Mas Aris lebih banyak bersamaku dibanding dengannya. Aku masih mencerna, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rasanya seperti orang linglung, bagaimana tidak, aku merasa rumah tanggaku selama ini baik-baik saja. Jangankan keributan, pertengkaran kecil pun tidak ada.

Hari ini datang seorang wanita muda, mengaku sebagai istri Mas Aris, wanita mana yang tak terpukul hati dan jiwanya. Hubungan mereka terjadi sejak satu tahun yang lalu, akunya. Saat gadis itu masih duduk di bangku SMA. Aku terngaga dibuatnya, bagaimana bisa, seorang gadis belia menjadi seorang pelakor. Tapi itulah kenyataannya.

"Kami saling mencintai Kak," ucapnya tanpa ada rasa bersalah apalagi sebuah penyesalan.

Aku masih mencoba mengatur rasaku, mengendalikan emosi dan juga amarahku.

"Kamu tau, kalau Mas Aris sudah memiliki istri?" tanyaku saat aku mulai tenang.

" Tau," jawabnya ringan.

" Lalu?"

"Bukan masalah, kami saling mencintai," ucapnya lagi.

"Cinta, omong kosong. Dengar ... cinta tak akan menyakiti."

"Aku tidak perduli, aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan, termasuk suami Kakak. Dan Mas Aris sekarang juga suamiku. Dia selalu mengulur waktu untuk berterus terang pada Kakak, dan aku tak suka. Kakak harus tahu Mas Aris adalah suamiku juga, jadi mulai sekarang Kakak harus berbagi adil," ucapnya.

"Akan lebih baik lagi, kalau Mas Aris menceraikan Kakak, jadi dia menjadi milikku seutuhnya. Mas Aris pasti akan menurutiku, aku saranin sih Kakak lebih baik mundur, daripada kalah saing denganku."

Urat malu gadis ini sudah putus rupanya, begitu juga dengan hatinya, sepertinya dia tak memiliki hati, hingga tak bisa memperdulikan perasaan orang lain. Bagaimana bisa ada seorang wanita seperti ini. Aku masih bergeming, untuk gadis semuda jalan pikirannya jelas tak sesuai usianya.

"Adil seperti apa?, siapa dirimu berani-beraninya menuntut keadilan padaku. Kamu tak lebih dari gadis bin** tak tau diri. Harusnya kamu sadar, kenapa Mas Aris tak berani berterus terang padaku, karena dia takut kehilanganku," balasku kemudian.

"Jaga bicara Kakak, jelas-jelas aku lebih segala-galanya dari Kakak, hanya orang buta yang bilang Kakak lebih baik dariku. Aku juga lebih kaya, jadi jangan asal bicara, ya." Gadis yang tak kuketahui namanya itu terlihat naik pitam, bagaimana bisa dia lebih emosi dariku yang jelas seorang Istri sah dari Mas Aris.

"Lalu?"

"Aku akan meminta Mas Aris menceraikan Kakak, jadi tunggu saja. Kakak akan ditendang dari kehidupan Mas Aris."

"Oh, ya?"

Melihat ucapan tenangku sepertinya menjadi penghinaan untuknya, aku memang mudah mengendalikan diri dan emosi. Dia akan senang kalau aku terpancing juga. Meski aku ingin sekali menampar, dan memaki gadis tak tau diri ini, namun aku tak ingin membuang tenagaku untuk itu. Dan Mas Aris, aku belum habis pikir bagaimana bisa dia mengkhianatiku.

Sungguh aku sama sekali tak curiga, beberapa kali dia memang ada pekerjaan di luar kota, namun itu sudah biasa. Selama tiga tahun menikah dengannya, sering kali dia akan pergi ke beberapa outlet di luar kota untuk mengontrolnya. Sikapnya juga tak ada yang berubah, sepandai itu kah dia mengelabuiku.

Gadis di depanku itu terus berbicara, namun aku sibuk dengan pemikiranku sendiri. Aku masih merangkai alur cerita untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, apa salahku hingga Mas Aris tega berbuat seperti ini terhadapku.

"Indah, apa yang kamu lakukan di sini?"

Aku baru saja tenggelam dalam pemikiranku, hingga tak menyadari kedatangan Mas Aris. Gadis itu bernama indah rupanya. Sayang sekali kelakuannya tak seindah namanya.

"Indah, mengatakan kebenaran Mas, Istri mas harus tau, biar sadar diri," ucapnya kemudian.

Mas Aris menatap ke arahku, aku membalasnya, meski masih bingung dan kacau aku masih mencoba untuk tenang. Mas Aris yang justru terlihat kacau. Wajahnya memerah dan terlihat sekali ketegangan di wajah itu.

Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu masih berdiri di ambang pintu. Dua wanitanya menatap tajam ke arahnya.

"Mas, wanita itu mengatakan aku gadis bina*, pelac** ngga punya malu, ngga sadar diri." Gadis bernama Indah itu berdiri dan bergelayut di tangan Mas Aris.

Selain tak tau malu, gadis ini sepertinya sudah gila juga. Dia mengadu pas Mas Aris, dan semua yang dia ucapkan tak sepenuhnya benar.

"Mas, perempuan ini sudah tau kalau mas sudah menikah denganku, mulai sekarang kita tak perlu sebunnyi-sembunyi lagi."

"Mas, ada apa sebenarnya ini, gadis mengaku sudah menikah denganmu, apa itu benar?" tanyaku.

"Aku kan sudah jelaskan tadi."

Indah menyela ucapanku. Mas Aris masih bergeming.

"Diam!" teriakku pada gadis itu

"Mas, katakan yang sebenarnya?" tanyaku dengan nada yang lebih tinggi.

"Aku dan I ...Indah sudah menikah," jawab Mas Aris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Neraka untuk Maduku   Bab 56

    "Itu, Tante Rena, pacarnya Om Kelvin, iya kan Om?!" Gita sama saja dengan Viona. Suka menggoda Omnya. Wajahku kembali menghangat."O." Bibir wanita yang baru datang itu membulat."Butuh apa saja?" tanya Kelvin lagi.Aku menyebutkan aneka bumbu dapur, dan bahan lain yang aku butuhkan. Juga alat yang diperlukan. Panci berukuran lumayan besar telah disiapkan begitu juga bahan yang diperlukan.Untuk Ayam sengaja aku masak lebih dahulu, agar bumbunya meresap. Bukan masalah besar untuk mengerjakan semuanya. Disela memasak Ayam dan bebek rica aku mengeksekusi cabe yang baru dibawa Mbak Sari.Satu wajan penuh sambal sedang aku olah, Kelvin membantu mengikat rambutku dengan karet gelang. Dan juga memasangkan celemek padaku. "Capek sayang?" Kelvin memijat bahuku saat aku sedang mematangkan sambal di wajan."Nggak. Tapi, keringetan." Aku memperlihatkan dahiku padanya. Dia beranjak ke meja menarik beberapa tisu, dan mengelap keringatku."Bund, besok pakai urap juga?" tanyaku pada Bunda Kelvin."R

  • Neraka untuk Maduku   Bab 55

    Obrolan ringan mewarnai perjalan kami. Mobil mulai memasuki komplek perumahan yang menjadi tempat tinggal Kelvin dan keluarganya. Jantungku semakin berdetak dengan kencang, telapak tangan juga terasa dingin. Aku menarik napas dalam dan menghembus perlahan, untuk mengatur hatiku.Mobil mulai sedikit melambat dan akhirnya berhenti. Huff debaran di dadaku semakin sulit aku kendalikan. Aku grogi … Kelvin membunyikan klakson mobil, satu kali. Tak berapa lama pintu pagar terbuka. Mobil kembali bergerak memasuki halaman rumah yang cukup besar itu. "Sayang, sampai." Kelvin memanggilku. Aku masih bergeming, kemudian menyentuh punggung tangannya dengan telapak tanganku yang dingin."Dinginnya," ujar Kelvin, digenggamnya tanganku kemudian."Rasanya nano - nano," ucapku kemudian."Tenang, semua akan baik - baik saja," balas Kelvin sambil mengeratkan genggamannya."Iya, Bismillah." Aku membalas dan berdoa.Aku sedikit menyapukan bedak, yang selalu aku bawa di tas. Hanya samar, agar tampak pucat

  • Neraka untuk Maduku   Bab 54

    "Gombal banget, sih." Aku menggigit bibir, menahan senyum. Jujur hatiku bagai hamparan taman bunga, dengan bunga yang beraneka warna dan bermekaran dengan sempurna. "Itu ungkapan hati, Yang." Setengah berbisik, Kelvin mendekatkan bibirnya ke telingaku. Hanya setengah berbisik karena tetap terdengar oleh kedua wanita di depanku, yang tengah sibuk membungkus parcel. Terlihat keduanya saling sikut dan menahan tawa.Wajahku menghangat, Kelvin membuatku salah tingkah. "Mbak, saya tunggu di kasir depan, ya," ucapku, untuk mengalihkan fokusku dari Kelvin."Baik, Kakak." Keduanya menjawab hampir bersamaan.Aku dan Kelvin beranjak, sambil sesekali berhenti melihat aneka camilan yang terpajang di display. Mengambil beberapa yang terlihat enak. "Banyak banget?" tanya Kelvin melihat keranjangku kembali penuh."Buat anak - anak di resto, sama buat nemenin kerja," jawabu. "Ayank, nggak pengen?" tanyaku kemudian."Kalau pengen, kan tinggal nyebrang." Sambil menjawab, pria itu mengangkat alisnya

  • Neraka untuk Maduku   Bab 53

    "Mau kemana kita?" tanya Kelvin kemudian, saat kami sudah berada di dalam mobil."Pulang saja, Oh … ya, ke toko buah dulu ya."Kelvin mengajakku ke rumahnya, besok pagi - pagi sekali, aku tak akan mungkin mendapatkan toko yang buka sepagi itu."Mau belanja buah?" tanyanya kemudian."Iyap." Aku menjawab singkat.Mobil melaju keluar dari area parkir resto. Tak jauh dari resto ada toko buah, yang cukup besar, berdiri bersebelahan dengan toko roti. Kesanalah kami menuju sekarang.Tidak memerlukan waktu yang lama, mobil berbelok masuk area parkir toko yang kami tuju. Seorang tukang parkir datang untuk mengarahkan. Kami turun selepas Kelvin mematikan mesin mobil.Aku baru saja keluar mobil, saat aku dengar seperti ada yang memanggil namaku. Aku menghentikan langkah kemudian menajamkan pendengaran."Sayang, ada apa?" tanya Kelvin saat melihatku celingukan."Kayak ada yang manggil." Aku menjawab, masih dengan mengedarkan pandangan."Rena." Aku dan Kelvin bersamaan menoleh ke arah kiri be

  • Neraka untuk Maduku   Bab 52

    Siang setelah selesai tugas di rumah sakit, Kelvin menemaniku untuk membuat laporan di kantor polisi. Cukup menyita waktu, untung sore Kelvin tak membuka praktek, karena sabtu sore dia libur. Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Bukti rekaman CCTV juga akan menjadi barang bukti. Tentang ada orang lain dibalik kejadian ini atau tidak masih diselidiki."Capek ya?" tanya Kelvin padaku. Sesaat setelah kami masuk mobil, selepas keluar dari kantor polisi."Mayan, Ayang juga pasti capek." Aku memiringkan tubuh, menghadap ke arahnya dengan mengangkat satu kaki."Aku cowok, Yang. Kemana ini kita?" tanyanya kemudian."Balik resto ya, malam minggu mesti ramai. Ayang mau nemenin?" tanyaku kemudian."Boleh, aku temenin." Kelvin mengusap puncak kepalaku. Sebuah senyum manis terukir di bibirnya yang tampak kebiruan."Masih sakit?" Tanganku mengusap kulit memar itu."Nggak, Sayang. Kan tadi dah diobatin." Kelvin mengecup tanganku. Hatiku kembali berdebar mengingat kejadian tadi pagi."Udah y

  • Neraka untuk Maduku   Bab 51

    Aku melepas alas kaki, sudah lama sekali aku tak melatihnya, tenagaku juga pasti tak seperti dulu lagi. Saat aku baru melepas alas kaki, sebuah bogem mentah mengenai wajah sang pahlawan kesiangan. Semua berteriak histeris terutama pegawai perempuan. Ini bukan sedang syuting film India dimana satu orang bisa mengalahkan puluhan orang. Tapi, apapun itu … bukan saatnya untuk jadi penonton.Baru aku beranjak memasang kuda - kuda terdengar suara mobil polisi mendekat. Beberapa polisi datang. Aku menoleh ke arah sang pahlawan kesiangan, darah segar keluar dari sudut bibirnya. Dia yang kesakitan kenapa aku yang lemas. Aku terduduk, saat mulai menyadari apa yang baru saja terjadi. Mataku mengedar ke arah pegawai, aku tak bisa membayangkan, kalau mereka tadi benar - benar dihajar oleh para pria berbadan tegap itu."Sayang, kamu nggak papa?" Pahlawanku terlihat panik melihatku, yang seolah tanpa tenaga."Stop, aku bisa sendiri. Bantu berdiri saja." Saat dia terlihat akan mengangkat tubuhku."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status