Stecy tak habis pikir dengan jalan pikiran Galuh. Bagaimana bisa ia menyuruh Hamzah pulang dan dengan belagunya bilang bahwa dirinya yang akan mengajarkan Stecy belajar mengendarai kendaraan saat hari libur.
"Biar saya saja."
Tiga kata Galuh tadi masih terngiang-ngiang di kepala Stecy yang masih tak percaya mendengarnya.
Apa coba maksudnya Galuh bicara seperti itu? Bukankah Hamzah dia bayar? Lalu kenapa ia harus merepotkan dirinya sendiri begini?
"Kenapa?" tanya Galuh pada Stecy yang sedari tadi hanya diam.
"Galau karena gak diajarin sama Hamzah ya?" goda Galuh dengan sengaja.
Sontak saja Stecy melotot kaget mendengarnya, lantas ia pun menggelengkan kepalanya.
"Saya cuma gak habis pikir aja, kenapa Bapak sampai harus merepotkan diri sendiri untuk mengajari saya belajar mengendarai kendaraan? Padahal kan Mas Hamzah Bapak bayar untuk hal ini." ucap Stecy mem
Stecy mendengkus kesal, Galuh benar-benar kembali berubah ke sikapnya seperti semula. Lihatlah, bahkan pagi ini tak ada sapaan untuknya.Sampai pigi kerja pun Galuh tak ada mengatakan sepatah kata pun. Misalnya entah ingin di masakan apa untuk menu makan malam."Huffhh, pria menyebalkan!" umpat Stecy membanting sapu yang tengah di pegangnya.Persetan!Ia terlampau kesal pada Galuh. Rasanya sungguh menyedihkan hanya karena tak mendapat perhatian Galuh.Begitu inginnya Stecy diperhatikan lagi oleh Galuh walupun itu lewat godaan dan kejahilannya. Stecy tak apa, ia tak masalah."Huhu, aku rindu perhatiannya." ucap Stecy terisak.Dadanya terasa sesak bila kembali mengingat sikap cuek Galuh. Ia merasa sangat menyesali ucapannya waktu itu, ia terpaksa berbohong karena tak ingin membuat Galuh merasa bangga.Namun pada akhirnya Stecy mengaku kalah, ia menyerah pada kerinduan dan perhatian
Galuh merasa tak enak hati pada Hamzah karena sudah ia bikin bonyok begitu gara-gara dirinya yang sudah salah paham. Galuh sepenuhnya merasa bersalah, sebab akibat perasaan cemburunya ia memukuli Hamzah brutal.Tapi begitu baiknya Hamzah yang sudah memaafkannya dan tak mempermasalahkannya. Berulang kali Galuh meminta maaf pada Hamzah yang juga berulang kali mengatakan sudah memaafkannya dan mengatakan sama sekali gak apa-apa.Sementara Stecy sudah pulang sejak dua puluh menit yang lalu. Sebelum pulang Stecy tadi sempat meminta maaf juga pada Hamzah atas semua yang terjadi. Stecy jelas sadar yang terjadi karena dirinya, dia yang meminta Hamzah untuk membantunya menjalankan rencana untuk membuat Galuh cemburu. Tapi siapa sangka jika pada akhirnya akan berakhir seperti ini."Gak apa-apa tapi bonyok begitu karena saya." kata Galuh masih merasa bersalah.Hamzah tersenyum, "sudah tak apa-apa Pak.""Baik banget sih kamu." tukas Gal
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hubungan diantara Galuh dan Stecy baik-baik saja dan malahan keduanya semakin dekat.Tugas Hamzah sudah selesai semenjak Stecy sudah mahir mengendarai mobil dan sepeda motor. Dan Galuh kini memperkejakan pria itu di pabriknya. Betapa senangnya Hamzah yang tentu saja langsung menerima kebaikan Galuh.Pagi-pagi sekali Miyara juga sudah merengek-rengek pada ibunya untuk diantarkan ke rumah Galuh yang ternyata juga sudah mempersiapkan penyambutan untuknya.Begitu sampai dan turun dari mobil Miyara langsung berlari menghambur ke pelukan Galuh yang langsung mendekapnya erat.Galuh menatap Fayla, sang mantan istrinya yang juga tengah menatap ke arahnya."Terima kasih karena sudah mengantarkan Miyara padaku." ucap Galuh berbasa-basi. Fayla mengangguk, seolah merasa tak masalah baginya."Aku pamit," kata Fayla berpamitan namun dicegah Galuh.
Stecy menatap horor siapa tamu yang malam-malam datang ke rumah bibi dan pamannya. Terkejut dan panik, dua kata yang dapat menggambarkan ekspresi di wajah Stecy."M-mama, Papa." ucap Stecy gugup dan terbata."Sayang!" pekik wanita paruh baya itu yang langsung menghambur memeluk tubuh Stecy. Disusul suaminya yang ikut memeluk tubuh Stecy."Kami berdua sangat merindukanmu, nak." ungkap wanita paruh baya itu setelah melepaskan pelukannya ditubuh Stecy."Iya nak, kami berdua sangat merindukan kamu." timpal ayah Stecy membenarkan ucapan sang istri.Kepanikan Stecy juga menular pada bibi, pamannya dan juga Usron yang terlihat sangat gugup dan bingung. Ia tidak menyangka jika kakak dan kakak iparnya akan datang kemari dengan tiba-tiba tanpa memberitahu terlebih dulu.Seharusnya mereka memberitahu lebih dulu jika mau datang kemari, ini malah gak. Kan, jadinya dadakan begini.
Ini sudah tiga hari Stecy tidak bekerja tanpa memberikan kabar, membuat Galuh sungguh sangat khawatir. Stecy bahkan tak mau mengangkat panggilan telepon Galuh ataupun membalas chatnya.Dan malam ini Galuh sudah memutuskan untuk langsung datang saja ke rumah bu Mutia, bibi Stecy."Papa!" jerit Miyara memanggil Galuh yang masih sibuk dengan penampilannya sendiri."Hmm?" sahut Galuh hanya dengan deheman."Wahh!" mata Miyara tampak berbinar takjub melihat papanya yang malam ini terlihat tampan."Kenapa sayang?" tanya Galuh menoleh pada putrinya yang masih kagum melihatnya."Papa tampan sekali hari ini." puji Miyara.Galuh mengangkat sebelah alisnya, "hanya hari ini saja? Berarti biasanya Papa jelek dong?"Miyara menggeleng, "setiap harinya Papa terlihat tampan kok. Dan malam ini justru terlihat sangat tampan.""Bohong," goda G
"Stecy, apa maksud anak ini bicara seperti itu?" tanya mama Stecy to the point.Stecy terlihat gelagapan dan sangat kebingungan sekali. Ia menatap Galuh meminta bantuan, syukurlah Galuh mengerti dan langsung memberikan alasan. Alasan kebohongan maksudnya."Maafkan ucapan putri saya. Jadi begini Nyonya—""Panggil Ibu saja," sela mama Stecy meminta Galuh untuk memanggil dengan sebutan ibu, bukan nyonya.Galuh mengangguk dan kembalikan bicara. "Jadi begini Bu, Stecy kebetulan sering bermain ke rumah saya—""Bermain?" pekik mama Stecy kembali menyela ucapan Galuh."I-iya, bermain. Uhm, maksudnya sering datang berkunjung ke rumah saya dan mengajak anak saya bermain. Makanya anak saya ini akrab dan sayang sekali sama Stecy." ucap Galuh namun sepertinya mama Stecy belum puas.Stecy mengambil alih dan mengatakan kebohongan demi kebohongan dari kata-kata yang sudah di rangkaiannya. Stecy tahu apa yang ia lak
Bagi Galuh, sudah saatnya bagi mereka untuk tak lagi gengsi-gengsian. Toh, percuma saja bagi mereka untuk mengelak ataupun menutup-nutupinya.Perasaan nyaman yang mereka rasakan satu sama lain cukup membuktikan bahwa mereka saling memiliki ketertarikan. Yaitu, cinta.Dan perasaan rindu yang menggebu-gebu tiap kali mereka tak bisa saling melihat satu sama lain. Juga perasaan khawatir yang mereka rasakan setiap kali mereka tak saling bersama."Aku mencintaimu Stecy."Tiga kata yang memang Stecy tunggu dan ingin dia dengar langsung dari pria yang akan menjadi jodoh terbaiknya. Dan kini Galuh yang mengatakan tiga kata itu, apakah itu artinya Galuh adalah jodoh terbaiknya yang dikirim oleh Tuhan untuknya?"Apakah kamu juga merasakan hal yang sama padaku?" tanya Galuh ingin tahu dan berharap penuh bahwa Stecy menjawab ya dengan suara lantang.Galuh menyentuh lembut kedua tangan
Stecy sebenarnya cukup kaget dengan sikap mamanya yang hari ini menurutnya berubah. Tak ada lagi terdengar mamanya yang berusaha membujuk dirinya untuk kembali pulang ke rumah dan kembali bekerja di tempat si bos genit.Justru mamanya kini terus membahas soal Galuh. Galuh katanya begini lah, Galuh katanya begitulah. Dan ujung-ujungnya mama Stecy meminta jawaban yang sebenarnya mengenai Galuh pada Stecy."Ada apa dengan Mamaku, Bi?" bisik Stecy bertanya pada Mutia yang tersenyum geli."Biasalah, kepincut sama Pak Galuh.""Hah?!" pekik Stecy kaget mendengar kata kepincut. Syukurlah mamanya tak terlalu mempedulikan mereka saat ini dan lebih memilih sibuk membaca sebuah majalah yang baru saja Stecy beli beberapa hari yang lalu."Maksudnya, Mama suka sama Pak Galuh gitu?""Eh, bukan sayang. Astaga!" Mutia tertawa geli mendengarnya."Apa yang lucu, sampai kamu tertawa begitu?" tanya mama Stecy terlihat penasaran.