Hari libur telah berakhir, dan Galuh sudah kembali bekerja seperti biasanya. Tinggallah di rumah hanya ada Stecy dan Miyara. Sedari pagi tadi gadis kecil terlihat sudah merecoki Stecy. Minta inilah, minta itulah. Dan semuanya harus Stecy lakukan cepat.
Stecy lelah, teramat sangat lelah dibuat Miyara yang sepertinya sengaja ingin mengerjainya.
Gadis kecil itu bahkan beralasan tak masuk sekolah karena katanya kurang enak badan. Galuh yang mempercayai alasan anaknya itu pun menurut. Jadilah Miyara di rumah satu harian ini dengannya
Stecy!" jerit Miyara memanggil namanya untuk yang kesekian kalinya.
Stecy yang masih sibuk di dapur pun lari tergopoh-gopoh ketika mendengar namanya dipanggil.
"Aku lapar," kata Miyara merengek pada Stecy.
"Iya, ini Kakak juga lagi masak untuk makan malam sayang. Tunggu sebentar ya," pinta Stecy meminta Miyara untuk bersabar menunggu sedikit lagi.
Sayangnya Miyara menggelengkan kepalanya sera
"Papa, aku ingin diantar sama Kak Stecy ke sekolah." pinta Miyara pada Galuh yang terkejut. Begitu pun Stecy yang juga terkejut luar biasa."Loh, kenapa gitu sayang?""Iya, kepingin aja diantar sama Kak Stecy ke sekolah." kata Miyara beralasan."Boleh ya, Pa?" bujuk Miyara dengan binar matanya yang memohon.Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin Galuh sanggup menolaknya. Galuh pun tersenyum mengangguk sembari membelai lembut surai hitam panjang nan lebat milik sang anak."Tentu saja boleh sayang. Tapi, Kak Stecy-nya mau gak?"Miyara menoleh pada Stecy yang mulai merasakan firasat tak enak jika berhubungan dengan Miyara."Kak Stecy mau kan anterin aku ke sekolah?" bujuk Miyara dengan nada yang lembut dan terdengar menggemaskan.Galuh ikut menatap Stecy, ia berharap Stecy mau menuruti permintaan anaknya. Semoga saja."Aduh, gimana ya, Kakak banyak kerjaan setelah ini. Kalau antar kamu jug
"Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Galuh pada putrinya ketika makan malam tiba.Miyara menghela nafas kesal, "Papa, apa tidak ada pertanyaan yang lain untuk ditanyakan?""Loh, kok gitu? Memangnya kenapa dengan pertanyaan Papa tadi? Apa salah?""Bukan, hanya saja Miyara bosan mendengar pertanyaan seperti itu." sahut Miyara menjelaskan."Mama dan Papa selalu bertanya begitu," Miyara cemberut.Stecy yang berdiri disana menjadi tak nyaman, ia berniat ingin pergi dengan alasan pamit pulang saja. Namun Galuh mencegahnya dan bertanya apakah Stecy sudah makan malam.Stecy pun berbohong, ia menganggukkan kepalanya namun Galuh terlihat tak percaya."Kenapa wajahmu terlihat pucat," ucap Galuh membuat Stecy panik dan menyentuh wajahnya."Nggak apa-apa Pak, mungkin karena masih capek aja." cengirnya.Galuh mengangguk dan mengajak Stecy untuk ikut bergabung makan malam bersama dengannya dan M
Stecy tak percaya jika gadis kecil itu kembali berulah. Terniat banget Miyara ingin menyusahkannya, lihatlah pagi-pagi sekali Miyara sudah heboh sendiri merengek-rengek pada Galuh untuk membelikannya sebuah sepeda dan juga sepeda motor.Saat ditanya Galuh untuk apa, dengan entengnya Miyara menjawab untuk Stecy belajar. Sontak saja Stecy yang mendengar itu jadi kaget, tak menyangka bahwa Miyara akhirnya benar-benar meminta itu."Iya, akan Papa belikan. Tapi belinya bertahap ya sayang," kata Galuh mencolek hidung mungil Miyara."Iya kapan belinya Pa?""Nanti sayang.""Nantinya itu kapan Pa? Pagi, siang sore atau malam?" tanya Miyara menuntut kepastian."Astaga, putriku!" pekik Galuh terkekeh. "Pokoknya nanti akan Papa belikan. Sayang, memangnya kamu gak percaya sama Papa ya?""Bukan gitu Papa, Miyara cuma mau kepastiannya aja. Soalnya Miyara udah gak sabar untuk di antar jemput sama Kak Stecy selama disini." Miya
Galuh menggelengkan kepalanya kuat, ia merasa tak terima dengan ucapan Stecy barusan."Nggak Stecy, saya gak mau kamu berhenti bekerja hanya karena masalah ini." ucap Galuh."Dengar, saya akan membujuk Miyara." katanya berbisik di telinga Stecy yang menggeleng."Bapak gak perlu ngelakuin itu, karena ini memang sudah pilihan saya.""Dan kamu pikir saya akan langsung menyetujuinya gitu? Enggak Stecy, saya gak izinin kamu untuk berhenti bekerja.""Kenapa?" tanya Stecy kaget dengan Galuh yang bersikeras menolak keputusannya yang ingin berhenti bekerja.Galuh pun terdiam, merasa dirinya tersudut dengan ucapannya sendiri. Stecy yang penasaran pun kembali bertanya."Apa alasan Bapak sampai segitunya ingin mempertahankan saya tetap bekerja disini? Padahal kan ini sudah keputusan saya sendiri.""I-iya gak ada alasan. Saya hanya tidak ingin kamu berhenti bekerja saja." ucap Galuh terbata. Terlalu
Beberapa hari kemudian....Kondisi kesehatan mama Galuh sudah lumayan membaik, dan beliau juga sudah di perbolehkan pulang. Baik Galuh maupun Miyara tentu saja senang mendengar ini.Hubungan antara Stecy dan Miyara juga sudah lebih dekat dari yang biasanya seiring berjalannya waktu kebersamaan mereka berdua.Seperti siang ini, selepas pulang sekolah Miyara minta untuk dibuatkan makanan yang berkuah pada Stecy. Dan dengan senang hati Stecy menurutinya.Baginya, asalkan Miyara tak berulah menjahilinya maka ia akan merasa nyaman dan tenang."Sayang! Ini makan siangnya udah siap." ucap Stecy sedikit menjerit memanggil Miyara dengan sebutan sayang.Stecy tentu sudah tak canggung lagi memanggil anak Galuh dengan sebutan itu sedari awal mereka bertemu. Awalnya dulu Miyara sempat marah saat Stecy memanggilnya sayang, tapi sekarang tidak.Beberapa menit berlalu dan Miyara belum juga muncul ke ruang makan. Stecy yang gel
Dua minggu sudah berlalu dan kini waktunya bagi Miyara untuk kembali ke pelukan sang mama. Fayla pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah Galuh, dengan tujuan untuk mengambil Miyara.Stecy yang saat itu belum datang pun tentu tidak tahu jika Miyara sudah diambil kembali oleh sang ibu. Jadi begitu ia baru sampai terkejut tak mendapati sosok Miyara dimana pun."Cari apa?" tanya Galuh penasaran."Ada yang hilang Pak.""Hah? Apa?!" Galuh mendelik kaget mendengarnya. "Apa yang hilang memangnya?""Miyara Pak," sahut Stecy dengan mata berkaca-kaca."Miyara?""Iya Pak, Miyara hilang. Ya ampun! Kok Bapak gitu doang sih reaksinya?""Ya karena Miyara gak hilang." kekeh Galuh merasa geli mendengarnya."Maksudnya?" Stecy terlihat bingung."Miyara gak hilang Stecy, kerena dia sudah dijemput oleh mamanya.""Benarkah?" Galuh mengangguk. "Tapi, kenapa sepagi ini menjemputnya?"
Saat siang hari Stecy dikejutkan dengan kedatangan Miyara dan mantan istrinya Galuh."Dia terus merengek meminta untuk kesini." ucap Fayla memberitahu sebelum sempat Stecy bertanya."Oh, iya Mbak....""Fayla. Nama saya Fayla.""Ah iya, Mbak Fayla." cengir Stecy merasa malu karena lupa dengan nama mantan istri Galuh ini.Miyara mendekati Stecy yang saat itu juga langsung memeluknya. "Bagaimana sekolah hari ini, anak manis?" tanya Stecy membelai lembut dagu Miyara."Bagus," sahut Miyara singkat yang kemudian merengek pada Stecy. "Aku lapar.""Oh, ya ampun! Ternyata gadis kecilku ini lapar ya?" Miyara mengangguk dengan manja."Mau Kak buatin sup ayam?""Mau, mau, mau!" Miyara berseru riang dengan mata berbinar bahagia."Oke, kalau gitu kita masuk dulu yuk!" ajak Stecy.Miyara sudah melangkah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Stecy masih diluar, menatap ramah pada Fa
Sedari tadi bel pintu rumah Galuh terus berbunyi, tergopoh-gopoh Stecy melangkah demi membukakan pintu untuk sang tamu."Selamat siang, Mbak." sapa seorang pria yang terlihat tampan dan muda."Siang, cari siapa ya Mas?""Apa benar ini rumahnya Bapak Galuh?""Iya benar," Stecy mengangguk. "Ada apa ya, Mas?""Perkenalkan, saya Hamzah Mbak." pria yang bernama Hamzah itu mengulurkan tangan kanannya pada Stecy yang langsung menyambutnya."Saya Stecy, Mas.""Oh, jadi Mbak yang bernama Stecy?""Iya benar," Stecy mengangguk dan tersenyum ramah."Jadi begini Mbak, saya kesini atas perintah dari Pak Galuh." ucap Hamzah menjelaskan."Perintah apa ya?""Loh, apa Pak Galuh gak ada bilang apa-apa sama Mbak?"Gak ada. Gak ada bilang apa-apa tuh Pak Galuh sama saya." sahut Stecy apa adany