Share

Bab 44. Keindahan Bersama

Sesampai di rumah sakit, Mahardika dengan sigap mengambil kursi roda. Dia yang mendorongku sedangkan suamiku sibuk mendaftar untuk pemeriksaan.

"Mas Dika itu sayang sama Mbak Lintang, ya?" celetuk Bulek Ningsih, mungkin dia mengamati perlakuan kepadaku selama ini.

"Iya Bulek. Kami berteman dari dulu banget. Keadaan yang sendiri, membuat kami sudah seperti saudara."

*

"Syukurlah, janinnya sehat. Berat badan juga normal, hanya di batas ambang bawah. Makannya tolong ditambah porsinya. Sedikit-sedikit tetapi sering, ya," jelas Ibu Dokter.

"Siap, Dokter!" jawab Mas Langit dan Mahardika.

Aku sempat tersenyum melihat raut wajah Bu Dokter yang mengernyitkan dahi. Mungkin dia heran dengan sosok satunya yang antusias juga.

"Nah, sekarang kita lihat jenis kelaminnya apa." Bu Dokter segera bersiap bersama suster.

"Pasti cowok-cewek," guman Mas Langit.

"Bukan! Cewek-cewek!" sela Mahardika.

Perdebatan dimulai lagi dan berakhir setelah aku menyeringai dan mendelik ke arah mereka.

"Sabar ya, bap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status