"Kau harus tahu kalau aku belum tentu bisa memberimu anak bila kita bersama, aku juga bukan berasal dari keluarga mampu, aku hanya wanita yang terbuang karena aku punya banyak kekurangan!" Meliana seketika memberontak dalam dekapan Arga.
Fikirannya kacau dan banyak ketakutan yang menyerangnya, ia ingin melindungi Arga seperti dulu, tapi dirinya sendiri butuh Arga, dan bila ia bersama Arga, hidup ini sehari-harinya tidak akan pernah tenang, wanita itu akan terus menjadi penghalang.
Bahkan untuk menikmati sinar mentari saat terbit saja terhalang akan rasa takut yang menggunung, Meliana tidak sekuat itu, dia mungkin bisa berdiri dan duduk tenang saat proses perpisahannya dengan Natan, menerima semua pengkhianatan dan cemohan dari keluarga mantan suaminya itu.
Tapi, bukan berarti dia kebal akan rasa sakit, hatinya lembut hingga ia tidak mau membuat masalah kecil menjadi besar, mengikhlaskan sesuatu yang dirasa semakin memburuk ketika
Heri tidak bisa menahan dirinya terlalu lama akan masalah yang menimpa Meliana, dia akan menjadi ayah yang tidak berguna, bila tidak membela dan meluruskan masalah yang ada.Ia kira setelah sekian lama dan Neni menikah, masalah itu telah usai, mereka memulai hidup baru, bahkan saat Meliana dan Arga masih kecil, kedua wanita itu terlihat akrab.Tidak pernah ada pertengkaran antara Neni dan Siwi selama ini, pertengkaran itu hanya terjadi pada dirinya dan Neni saja, dan itu sudah lama juga ia rasa telah usai, baik dirinya dan Neni sama-sama bisa menerima kenyataan.Dengan mengantongi alamat rumah baru Neni dari ibu Rika secara diam-diam, Heri datang dan nekad berkunjung ke sana tanpa sepengatuhan Meliana juga Arga.Selama perjalanan, tidak henti Heri panjatkan doa akan mulusnya jalan yang ia ambil hari ini.Dia harus mengajak Neni dan Harto berbicara, mencari solusi yang dirasa adil.&nb
Heri pulang dengan tangan hampa, harapannya hanya pada keteguhan hati Arga menjaga putri semata wayangnya-Meliana.Sekuat tenaga dan hati ia memohon pada Neni hari ini, tapi wanita itu tetap keras kepala dengan keputusannya.Kekurangan Meliana dan hubungan masa lalu mereka yang menyisakan luka, tidak akan pernah terhapus dari benak Neni, akan terus mengalir sampai Arga atau Meliana menyerah.Hakikat cinta yang pernah Heri katakan pada Meliana hingga gadis itu kembali membuka diri pada Arga, tidak bisa ia sesali, Tuhan sepertinya memang menakdirkan dua insan itu untuk bersama meskipun mereka harus terpisah berulang kali.Heri akan menemui Arga diam-diam nanti, menunggu kabar selanjutnya dari sang putri yang saat ini masih menginap di rumah keluarga Rika.Heri percaya Arga sama baiknya dengan Harto yang tadi sempat menemuinya diam-diam setelah ke luar dari rumah, ada mobil yang mengikutinya
Ah, mungkin kurang tepat bila Meliana menyebutnya rumah baru saja, pasalnya itu rumah kontrakan baru yang akan mereka tempati.Tapi, bahasa Juna dan Rika mengatakan seolah-olah itu rumah baru mereka semua.Ya, biaya sewa rumah ini dan isinya termasuk dalam anggaran Arga dan Juna, secara jumlah memang banyak Arga, tapi Juna yang kala itu mengaku ingin mendekati Rika, memutuskan untuk membantu karena rumah ini juga akan menjadi tempat tinggal sementara gadis pujaan hatinya."Jun, banyak sekali kamar di rumah ini?" tanya Rika."Hanya ada empat, dua untuk kalian, satu untuk gudang dan satu lagi untuk kami bila berkunjung, lalu ingin tidur," jelas Juna."Jangan gila, Jun! Kita bisa dibawa keliling kampung kalau ketahuan," balas Rika dengan satu pukulan keras di lengan Juna.Pria itu mengaduh dan tertawa, itu hanya bahan candaan, yang benar adalah kamar satu itu untuk menyimpan bara
Menolak, itu yang jawaban yang Meliana berikan pada tiga pria yang menawarinya malam ini.Lama tidak berjumpa bersama Heri dan Harto membuat Meliana tercengang mendengar kesepakatan yang ada, begitu juga cerita masa lalu di antara para orang tua.Terlebih lagi saat mengetahui Arga yang mengusulkan adanya pernikahan bersama dirinya, dia senang dan bangga, tapi itu tidak akan terjadi untuk kedua kalinya."Aku hanya tidak mau mengulang apa yang dulu pernah terjadi," ucap Meliana, baru saja dia membongkar barang baru untuk dijual setelah mendapat pinjaman modal dari Arga beberapa hari lalu."Apa maksudmu, Mel?" Arga tidak mengerti.Arga rasa tidak ada hubungannya antara kisah Heri dan Neni dengan pengajuan pernikahan ini.Sayangnya bukan itu yang Meliana maksud, satu fakta yang ia tutup rapat atas pernikahannya bersama Natan harus Meliana buka malam ini.Di depan ayah
"Aku tahu apa yang membuatmu seharian ini tersenyum pada semua rekan kerja, Ga." Juna menggelengkan kepala berulang kali melihat senyum murah dari calon pengantin yang berbahagia itu.Arga tutup laptopnya, ia akui sejak Meliana setuju untuk menikah bersamanya, jauh di dalam lubuk hati itu terus saja menuntut diri Arga untuk tersenyum, menularkan kebahagiaan pada orang lain."Apa aku salah?" balas Arga."Tidak, hanya saja aku iri melihatnya. Tapi, aku senang karena temanku satu ini akan menikah dengan gadis yang sangat dicintainya, hal yang tertunda dan nyatanya Tuhan berikan sekarang, tidak banyak orang yang mendapatkan kesempatan sepertimu," jelasnya.Juna rasa apa yang Arga dapat adalah sesuatu yang langka, biasanya mereka yang sudah berpisah karena menikah, tidak akan kembali lagi atau cenderung bertengkar juga saling acuh, jangankan menikah lagi, ingin be
"Kapan kau akan pergi berkeliling?" tanya Neni sekali lagi."Aku belum memutuskannya bersama Arga, tapi kemungkinan minggu depan aku akan mulai berkeliling untuk mencari perias dan juga sewa baju pengantinnya," jawab Meliana."Menyewa?" Neni merasa tidak terima, ia bahkan menampilkan mimik wajah yang ingin sekali menegur anaknya."Arga punya banyak uang untuk membelikanmu sepasang baju pengantin, gaun malam ataupun kebaya putih yang sakral itu. Kenapa harus menyewa kalau bisa membelinya?" tambah Neni, sedikit menegaskan posisinya di depan Meliana.Ya, sebuah keluarga dengan batas kesenjangan sosial yang cukup tinggi dari Meliana sendiri."Tidak Ibu, Maaf- ... Maksudku Tante, aku sudah punya baju pengantin lama dan aku rasakan sia-sia bila aku membelinya lagi, lebih baik aku menyewa dan hanya memakainya satu kali. Setelah itu yang pe
Niat baik dan buruk itu selalu berdampingan, mereka selalu berjalan bersama walaupun akhirnya berbeda tujuan.Itu yang terjadi pada Meliana dan Neni, salah satu ingin menyatukan hubungan, sedang yang kedua ingin menyingkirkan dan membuang Meliana jauh-jauh.Neni tersenyum sinis, rencana jahatnya sedikit demi sedikit akan berjalan mulus pada Meliana, ia sudah tampil dan menjaga hubungan baik bersama Meliana, bahkan ia mengantongi nomor ponsel gadis itu untuk melakukan perjanjian mengurus pernikahan minggu depan."Aku tidak peduli Rika ikut atau tidak, tidak akan ada yang tahu sedalam apa rencanaku pada Meliana, aku kenal beberapa perias dan penyewa baju pengantin yang jelas tunduk kepadaku. Dan dengan uang yang aku punya, mereka akan melakukan apa yang aku minta." tawa Neni menggema ke seluruh sudut rumah itu.Hendra yang mendengarnya hanya bisa mengusap dada dan me
"Sialan, wanita licik itu berhasil membuat Meliana menurut kepadanya!" umpat Rika dalam hati.Ia terus mengikuti kemanapun langkah Meliana yang berusaha terus Neni tarik untuk mengikutinya, mencoba satu persatu baju yang dirasa sangat berlebihan.Bila dilihat dari modelnya, Arga sendiri tidak akan setuju, tapi di sana Meliana berusaha untuk mencoba semuanya, menyenangkan hati Neni yang sudah meluangkan waktu untuk membantunya, mengurus pernikahan ini.Itu satu bukti menurut Meliana di mana Neni sudah memberikan restunya, jikalau ada masalah buruk nanti akhirnya, entahlah Meliana masih belum memikirkan hal itu.Ia harap tidak akan terjadi, Neni kali ini benar-benar menerimanya."Mel, sudah cukup!" cegah Rika."Kenapa?" Meliana menoleh hendak meminta Rika untuk melepas resleting gaunnya.