Beranda / Romansa / Nice to Meet You Again / Semuanya Sudah Berakhir

Share

Semuanya Sudah Berakhir

Penulis: Rien Rini
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-05 15:33:36

 "Ada apa?" tanya Meliana setengah berteriak, ia rebut ponsel itu karena panik. 

 Rika masih tertegun dan tifak bisa menjawab apa-apa, baru saja tadi dia membuat status di status instagramnya, dalam sekejap banjir dukungan juga ada yang sudah tidak sabar untuk membeli, mereka percaya dengan pilihan Rika. 

 "Ini gila dan luar biasa, kita harus menemukan suplier yang tepat, Mel!" Rika genggam tangan Meliana yang bebas. 

 "Bener, kita harus temukan paling lambat besok pagi, ikan yang sudah mendekat tidak boleh kita sia-sia kan, mulai hubungi saja," putus Meliana, ia rela tidak tidur semalaman untuk menemukan suplier daster jawa tengah yang hits saat ini. 

 Satu per satu kontak mereka hubungi, menunggu jawaban yang beruntung sekali tengah malam masih dilayani, bahkan mereka dipersilahkan untuk masuk ke grup reseller daster itu. 

 "Bagus, beneran!" seru Meliana, ia tidak menyangka akan menemukan suplier sebagus ini. 

 "Apa kita beli banyak langsung, hem?" 

 "Jangan, Rik. Kita pedagang baru di sini, coba saja kita pesan satu seri, terus kita share ... Kalau banyak peminat lagi, kita buka sistem Po, begitu," jelas Meliana. 

 Ya, sebuah sistem agar mereka tidak menumpuk stok yang belum tentu laku di pasaran, terkadang pembeli ingin satu motif dalam jumlah yang banyak dan mereka tidak suka dipaksa dengan stok yang ada, harus selalu ada yang baru. 

 "Kenapa tidak berani mengambil satu karung saja, lebih murah loh?"

 "Kita tes bahan dulu, mereka bakal beli lagi dan nyebarin ke orang lain kalau tahu kainnya bagus. Jangan sampai kita ambil banyak, ternyata kainnya mudah kusut dan panas, kita justru rugi," jelas Meliana. 

 Rika mengangguk paham, dia dalam hal semangat selalu nomor satu, tapi soal pertimbangan selalu Meliana yang terdepan. 

 Sampai pagi tiba dan keduanya tertidur sembari memegang ponsel, Rika sendiri sampai tertidur di atas meja makan, entah seperti apa ulahnya semalam. 

 Drrrttt ... Drrttt ....

 Tangan Meliana mencari-cari di mana ponselnya yang sontak terlepas itu, matanya masih terbuka sebagian dan pandangannya buram, ia tidak bisa melihat jelas siapa yang menghubunginya. 

 "Hallo," sapa Meliana dengan suara parau khas bangun tidur. 

 "Siapa?" merasa tidak ada jawaban, Meliana ulang sekali lagi. 

 Meliana jauhkan ponselnya, ia lihat ulang nomor yang tertulis di sana, nomor asing yang baru kali ini menghubungi ponselnya, bukan juga nomor para suplier daster yang semalam ia simpan. 

 "Mel," suara lain mulai terdengar, Meliana dekatkan lagi ponsel itu ke telinga. 

 "Hallo, siapa?" kali ini mata Meliana terbuka lebar, kesadarannya sontak datang setelah suara serak getir terdengar.

 "Hallo, Hei, siapa di sana?" ulang Meliana setengah berteriak, dia takut kalau ada orang yang bermaksud jahat. 

 "Maaf buat semuanya, Mel."

 Tuuutttt ....

 Panggilan itu pun berakhir tanpa Meliana tahu siapa pemilik suara serak getir itu, berulang kali Meliana bertanya, tapi dia hanya diam dan mengatakan hal yang aneh. 

 "Siapa, Mel?" 

 Bruk, 

 Rika terjatuh dari meja makan, tidak sadar kalau tertidur di sana, dengan santai memutar tubuh tanpa tahu ada di tepi meja. 

 "Astaga, kamu ini!" Meliana bantu temannya berdiri. 

 Setengah nyawa Rika kumpulkan pagi ini, ia gosok matanya yang berair dan terasa sangat panas, ia masih ingin tidur lagi. 

 "Mau minum hangat tidak?" tawar Meliana. 

 "Boleh, tadi siapa?" 

 "Entahlah, aku tanya berulang kali, tapi orang itu tidak menjawab, dia hanya memanggil namaku dan meminta maaf, mungkin dia salah sambung dan kebetulan namaku sama dengan tujuannya," jelas Meliana santai. 

 Tapi, tidak dengan Rika, batinnya yakin itu adalah nomor Arga, semalam ada pesan dari Juna yang mengatakan kalau Arga tengah menemui ibunya untuk meminta kejelasan. 

 Pasti Arga merasa terpuruk hari ini, itu menjadi alasan untuk Arga meminta maaf pada Meliana. 

 Tapi, darimana Arga mendapat nomor Meliana? 

 "Kau memikirkan sesuatu?" Meliana mengambil duduk di samping Rika yang melamun. 

 "Tidak, aku hanya tidak sabar daster satu seri pesanan kita itu datang dan aku akan mengambil gambarnya, pasti banyak yang pesan," jawab Rika berbohong. 

 Meliana mengangguk, "Itu gunanya kita sekolah dan bekerja dulu, mempunyai relasi yang bisa membantu kita di masa-masa seperti saat ini, bersiaplah dengan persaingan gila dunia online, Rik."

 Rika jatuhkan tubuhnya, ia lebih suka menawarkan, tapi kalau sudah berurusan dengan hitungan uang, dia menyerah saja. 

 Berjualan online tidak semudah itu, banyak pesaing yang harus mereka imbangi, terutama urusan harga, barang sama, tapi harga lebih murah, itu membuat pusing kepala. 

***

 Semuanya sudah berakhir sejak Meliana mengungkap kebenaran yang ia simpan rapat sejak dulu. 

 Ia bisa tersenyum lebar saat ini, memulai hari baru sebagai seorang pedagang daster online. 

 "Infonya hari ini datang, kita ambil keuntungan sepuluh ribu per daster, untuk sementara ini, kalau kita beli lebih banyak, pasti keuntungannya akan berlipat," ungkap Meliana. 

 "Apa kau tidak berminat untuk berjualan langsung?"

 "Di mana? Kita tidak punya modal untuk menyewa tempat."

 "Di taman matahari tenggelam itu, setiap minggu pagi selalu ada orang yang berjualan di sana sampao sore, kita cukup membayar biaya kebersihan saja," jelas Rika. 

 Meliana tampak berfikir, "Bukankah hanya pedagang makanan di sana?"

 "Ada yang berjualan baju dan aksesoris juga, waktu itu kau tidak mau aku ajak berkeliling, hanya berhenti di satu makanan saja."

 Ah, Meliana jadi teringat rasa malas yang bersarang di dalam dirinya waktu itu, dia masih beradaptasi dengan status baru dan pertemuan tidak sengaja dengan Arga. 

 "Apa kau takut bertemu dengan-"

 "Tidak, kita fikirkan saja masalah pekerjaan ini. Kapan kita bisa menyewanya?"

 "Tidak perlu sewa, kita hanya datang lebih pagi saja untuk berebut tempat dengan pedagang yang lain, tidak akan ada yang bertengkar di sana, itu sudah biasa."

 Meliana mengangguk setuju, setelah pesanan pertama ini datang dan hasilnya bagus, dia akan mengambil dalam jumlah yang lebih banyak agar bisa membawa ke taman untuk berjualan langsung. 

 "Apa harganya dibedakan nanti?"

 "Jangaaan ... Kita harus konsisten, harga pas karena di sana kita juga mempromosikan akun online shop kita, kalau berbeda, aku takut mereka protes nanti," jelas Rika, dia hafal pelaku pasar selama ini, apalagi dia sendiri termasuk pembeli yang banyak bicara. 

 Mulai malam ini mereka akan memposting semua barang yang datang, banyak harapan dan doa yang mereka langitkan, bagaimanapun usaha ini diharapkan bisa untuk jangka panjang.

 Tidak ada gaji bulanan lagi, mereka harus berusaha keras untuk memenuhi semuanya sendiri. 

 "Kau tidak berfikir untuk menikah?"

 "Tidak, maksudku masih belum."

 "Kenapa? Kau takut gagal?"

 Rika gelengkan kepalanya, "Gagal atau tidak itu sudah takdir, Mel. Aku hanya merasa belum mantap saja untuk menikah, aku mau mencari tabungan dulu," jelasnya. "Kau sendiri, apa mau menikah lagi?"

 Meliana menoleh dengan kedipan yang dalam, kemudian ia menunduk seolah ada beban yang tidak ingin ia ulang. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You Again, Mel

    Natan dan semua masa lalu itu sudah berlalu kini, bahkan maaf yang sempat tertunda dan termaafkan tanpa diminta sudah berlayar juga hari itu.Meliana tatap lembar kosong di tangannya, itu milik Kirana seutuhnya, dia dan Arga telah berjanji untuk menutup masa lalu dan mengukir kenangan indah baru bersama.Biarlah cerita buruk yang mereka lewati di masa itu menjadi dogeng untuk anaknya sebelum tidur tanpa dia tahu siapa peran sesungguhnya di dalam sana.Hari ini, yang ada di depan Kirana hanyalah keluarga yang bahagia, keluarga yang mengenal banyak karakter yang lengkap di mana pembuat senyum dan keributan bercampur menjadi satu."Sayang, mana Kiran?" Arga memeluk pinggang yang kembali ramping itu, mengecup singkat pipi merah istrinya."Dia ada di kamar ibu, hari ini giliran ibu yang menjaganya. Dia menjadi rebutan di rumah ini, kenapa?" Meliana goyangkan sedikit tubuhnya, ke kanan dan kiri sampai Arga mengikutinya

  • Nice to Meet You Again   Maaf untuk Meliana

    "Kita harus pergi dari rumah ini, kamu dan aku!" Natan menatap lurus istrinya, tekadnya sudah bulat untuk hidup mandiri tanpa bayang-bayang ibunya.Fira masih belum paham apa maksud suaminya itu setelah semalam tak kembali ke kamar dan mereka terdiam cukup lama."Cepat, Fir!" titahnya mengeraskan suara."Iya, tapi dengarkan aku dulu!"Tidak, Natan tidak mau mendengarkan apapun dari Fira, intinya hari ini juga mereka harus ke luar dari rumah itu meskipun banyak larangan yang mengecam keduanya.Fira kemasi baju-baju yang sudah Natan pilihkan, ia kemudian berhenti sebentar saat ibu mertuanya berdiri di depan kamar mereka."Hentikan, Natan!" pinta sang ibu."Tidak, mau apa Ibu? Aku akan hidup sendiri bersama istriku, sudah cukup kekacauan yang Ibu buat, kali ini aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak akan menuruti kemauan Ibu untuk meningga

  • Nice to Meet You Again   Penyesalan

    Dia pulang membawa kecemasan dan rasa sesal yang menggunung, dari tangan dan isi kepalanya, Meliana masuk dan terbuang dari rumah ini.Anak lelakinya yang malang, setelah menikah dengan Fira untuk kedua kalinya, Natan tampak tak berselera dan tak punya pandangan hidup.Sungguh, berbeda saat Natan bersama Meliana dulu, selalu ada hal baru yang membuatnya marah, tapi Natan suka itu.Pandangannya masih tertuju pada Natan, wajahnya kian menua dan kebahagiaan seolah terampas dari hidupnya.Bukan salah Meliana atau Natan, tapi salahnya sebagai ibu yang tak bertanggung jawab atas kehidupan putranya sendiri.Ia kira akan lebih baik memisahkan gadis seperti Meliana dari anaknya, yang terjadi saat ini justru sebaliknya, rumah ini terbangun asal ide dan usulan Meliana, setiap sudutnya masih mengingatkan dan bisa mereka dengar gelak tawa Meliana di sana.Kalau saja waktu bisa

  • Nice to Meet You Again   Tim Rumpi

    Pletak,Surti sentil kening anaknya yang tengah hamil muda itu, seperti biasa dan Juna sudah paham itu, di mana ibu mertua dan istrinya akan bertengkar setiap kali mereka bertemu.Sungguh, tidak akan pernah ada kedamaian di pertemuan mereka sebelum saling bersorak dan memprotes."Apa cucuku tumbuh baik di perut berlemak ini?" tanya Surti."Sur, kau ini!" Heri sudah lelah menegurnya, bahkan sudah menghabiskan satu botol air mineral, padahal baru saja tiba.Surti mengetuk perut Rika sebelum memutuskan untuk duduk ke samping Heri.Banyak barang yang mereka bawa dari kampung untuk anak Meliana, mereka harus pergi ke rumah sakit sekarang mengingat Heri ingin segera menggendong cucu pertamanya itu."Aku tidak bekerja, Bu. Tenang saja, kita akan berangkat setelah Rika mandi," ujar Juna.Plak,Beruntung Heri tahan laju tangam Su

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You, Baby

    "Ibuuuuu," panggil Meliana merintih, ia tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang ada. Kedua tangannya terus meremat dan kini berpindah ke sisi ranjang dengan kedua kaki yang sudah tertekuk naik. Penyanggah di sana terpasang dengan baik, dokter dan timnya sudah bersiap di bawah beserta alat medis untuk penanganan berikutnya. Kali ini penanganan pasien khusus di mana ditemani oleh dua orang sekaligus, Meliana tidak mau melepas tangan Neni ataupun Arga, dia mengunci kuat dengan mata basahnya saat tangan itu dipaksa pindah ke sisi ranjang. Neni meminta kelonggaran dengan alasan yang sama di mana hanya dia ibu dari Meliana, bahkan cerita masa lalu terukir di sana, bergelimang dan terdengar hingga berlinang air mata. "Ibu, Arga!" Meliana memanggil sekali lagi saat gelombang dahsyat itu menyerangnya. Arga mendekat, ia usap kening dan kecup dalam di sana, tidak ada yang bisa ia lakukan selain dua hal it

  • Nice to Meet You Again   Putaran Waktu

    Heri tak berhenti mengirimkan doa untuk anaknya yang tengah berjuang itu, begitu juga Surti yang ada di dekatnya, menyiapkan segala hal yang mungkin bisa mereka bawa ke rumah Arga, mereka akan menggantikan posisi Neni dan Harto di rumah itu mengingat Rika juga sedang hamil muda, butuh kekuatan pendamping agar tidak terlalu larut dalam suasana mencekam yang ada.Sementara di rumah sakit,Arga usap punggung dan perut bawah istrinya tanpa henti, matanya sudah sangat berat, tapi rintihan Meliana membuatnya kuat seketika.Arga tak hentinya melantunkan doa yang bisa membantu istrinya tenang, sedangkan Neni untuk sementara duduk karena tubuhnya ikut lemas.Semakin bertambah pembukaan Meliana, rasa sakit itu semakin dahsyat, semua berharap yang terbaik, entah itu normal atau nanti Meliana harus caesar, tidak masalah.Neni hanya ingin menantu dan cucunya itu sehat bersama, selamat dan bisa berada di dekatnya segera.

  • Nice to Meet You Again   Rembesan Air

    Malam itu, Meliana siapkan makanan kesukaan suaminya, perut yang membesar mungkin menghalanginya untuk bergerak cepat, tapi tidak membuat Meliana lantas malas untuk melayani suaminya.Arga masih mendapatkan apa yang ia mau, termasuk hak berkunjung pada buah hatinya itu."Dia makin suka bergerak ya, sayang?" tanya Arga sembari mengusap perut besar itu, menerima suapan dari sang istri yang terlihat mengembang akhir-akhir ini, apalagi bagian pipi Meliana. Meliana mengangguk, "Dia suka nyapa orang kayaknya, sampai kalau ada abang sayur itu waktu pagi, aku sama ibu kan milih, dia ikut gerak nonjol ke kanan atau kiri gitu loh, Ga," ungkapnya."Beneran? Penasaran aku sama dia jadinya, nggak sabar Ayah ketemu kamu, Dek sayang." Satu kecupan mendarat di perut buncit itu.Meliana terkekeh, anaknya itu terbilang sangat aktif, tapi saat mereka melakukan USG, dia sama sekali tidak menampilkan wa

  • Nice to Meet You Again   Lemah Lembut dan Keras Kepala

    Harto buka pintu kamar yang sontak tertutup rapat itu, Neni tampak di dalam sana dengan mata yang basah.Wanita itu berusaha menenangkan diri setelah mengomel di depan seolah memberi sambutan pada Rika dan Juna."Kabar baik yang kau dengar, lalu kenapa kau menangis?" tanya Harto.Neni menoleh, "Aku hanya terlalu senang dan aku tidak mau menunjukkannya pada anak-anak itu," jawabnya."Astaga, mereka kira kau tidak suka sampai Rika menangis di pelukan Amel."Klek,Belum selesai Harto berbicara dengan Neni, Meliana yang baru saja ia sebut itu masuk ke kamar, ia balikkan tubuhnya lalu mengulas senyum di sana."Boleh aku bicara dengan Ibu?" tanyanya."Kenapa? Kau mau berceramah padaku apa?" tuduh Neni ketus, tapi satu tangannya terulur meminta Meliana mendekat.Meliana sambut tangan itu, ia lantas duduk ke samping Neni dan berhadapa

  • Nice to Meet You Again   Restu Neni itu Segalanya

    Masih ingat dibenak Rika akan kejadian bulan lalu di mana dirinya harus berlari keliling rumah Arga tanpa alas kaki sebanyak sepuluh kali karena melakban mulut Neni dengan sengaja.Ia masih keukeh sampai hari ini untuk tidak terlalu banyak bicara pada ibu Arga dan ibu mertua Meliana itu, sekedarnya saja dan tetap melakukan apa yang Neni anjurkan selama proses programnya."Apa aku harus bersujud kepadanya, hah?" Rika berkacak pinggang."Kau tahu semua ini berkat bimbingan dan bantuan darinya, kenapa kau kejam sekali?" balas Juna, menyerah sudah kalau Rika mengibarkan bendera perang pada Neni.Aku harus apa dan aku masa bodoh, itu yang ada dibenak dua orang yang sedang mondar-mandir di depan rumah.Mereka endak berangkat ke klinik untuk pemeriksaan lanjutan, satu bulan pertama proses program kehamilan ini, mendekati hari datang bulan berikutnya, Rika wajib kontrol untuk memeriksakan kandunga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status