Share

Menghindar

Author: Rien Rini
last update Last Updated: 2021-04-05 20:15:18

 "Bagaimana respon mereka?" Meliana tidak sabar dengan hasil posting pertama yang Rika lakukan. 

 Jujur saja, dalam hal media sosial dan segalanya yang berhubungan dengan jaringan luas itu, Rika lah penguasanya. 

 Meliana kalah jauh, disamping itu dia juga sudah lama tidak aktif di media sosial, otomatis banyak teman yang sudah lupa dan hilang. 

 "Sold out," ucap Rika sembari membusungkan dadanya. 

 "Benarkah?" Meliana pastikan ulang, dan memang benar adanya, dasyer satu seri itu hampir menjadi rebutan teman-teman Rika dulu di kantor. 

 Meliana juga kenal, tapi tidak terlalu akrab. 

 Semua ingin mencobanya hari ini, mau tidak mau Meliana dan Rika harus mengantar ke kantor, tempat di mana mereka dulu mencari rezeki. 

 Meliana siapkan semuanya, termasuk nota, semua harus tercatat rapi hingga mereka bisa membuat kesimpulan selama bulan pertama percobaan usaha ini. 

 "Apa kau akan ke kantor bersama Meliana?" Juna tiba-tiba menghubungi Rika diam-diam. 

 "Siapa yang memberitahumu?" Rika memelankan suaranya, bahkan ia menjauh ke teras rumah. 

 Ia berbohong mendapat panggilan dari salah satu teman kantor yang memesan daster pada Meliana. 

 "Semua pekerja wanita di sini membahas itu, daster online Meliana dan Rika. Apa kau akan mengajaknya?"

 "Hem, jelas dia ikut, kami satu tim, kenapa?" curiga kalau Arga meminta Juna untuk mencari waktu pada dirinya. 

 "Tidak apa-apa, aku harap Meliana tidak melihat Arga nanti."

 "Ada apa? Terjadi sesuatu?"

 Juna ceritakan semua, kondisi Arga sangat tidak baik, dia jarang berkomunikasi selain masalah pekerjaan, itu pun seperlunya saja, Arga juga kehilangan selera makan, dia menjadi lebih suka marah-marah. 

 "Katakan padanya, jangan seperti anak kecil!" ucap Rika kesal. 

 "Mau dia berkata tidak berulang kali tentang Meliana, aku yakin sampai detik ini nama Meliana masih ada di hatinya, itu terlihat jelas sekali."

 Masa bodoh, Rika putus sambungan telephone itu, senyum Meliana baru saja merekah, dia tidak tega untuk membuat temannya itu menangis lagi.

 Benar apa yang Juna katakan, hal itu pun juga Rika lihat dari Meliana. 

 Walau berulang kali Meliana mengatakan tidak akan menemui Arga, semua itu bertolak belakang dengan percikan harapan yang tampak jelas dari sorot matanya. 

 Apa ini yang dikatakan cinta lama bersemi kembali? 

 Apa mereka memang berjodoh untuk menjadi sepasang kekasih sehidup-semati?

 Rika hampiri Meliana yang sudah selesai bersiap, ia ambil kunci motor itu dan memakai jaket tebal. 

 Dia harus menutup mulut sampao tiba di sana dan kembali pulang, bergaya seolah tidak ada apa-apa agar tidak merusak mood Meliana. 

 "Berat tidak?" Meliana merasa motor itu semakin turun. 

 "Jelas tidak, daster itu tidak terlalu berat, hanya beberapa pcs saja, aku yang berat dan motormu tidak sanggup menerima kenyataan," jelas Rika setengah kesal.

 Sesama wanita dilarang membahas masalah berat badan, itu titik sensitif sampai detik ini. 

 ***

 "Rik, mereka tahu kan kalau kita nunggu di sini?"

 "Hem, aku sudah mengirim pesan kalau kita menunggu mereka di depan loby." jawab Rika sembari mengulas senyuk guna menyapa keamanan di sana. 

 Salah satu teman mereka turun dan melambaikan tangan, meminta Meliana dan Rika masuk karena mereka ingin melihatnya di dalam. 

 Rika sempat ragu, tapi Meliana mengatakan kalau mereka harus profesional dalam bekerja, Meliana tidak mau membuat pelanggan merasa tidak nyaman. 

 "Masuklah, atasan semua sedang meeting, kita bebas mencobanya di sini!" ucap mantan rekan kerja Meliana dengan riang. 

 Satu seri daster itu pun mulai dibuka, ada yang menjerit girang, ada juga yang menjerit tidak suka karena terlambat pesan, dan masih ada yang merengek pada Rika agar segera membuka Po berikutnya. 

 Tawa Meliana pecah di sana, iankira teman-teman di sana sudah melupakannya yang cenderung pendiam selama bekerja, ternyata tidak, atau mungkin karena ada Rika juga di sini, suasan menjadi lebih mencair. 

 Bruk, 

 "Ah, maaf." Meliana bungkukkan sedikit tubuhnya, lalu ia ambil uang yang jatuh berhamburan. 

 Orang itu terdiam sampai Meliana selesai memunguti beberapa lembar uang dan salah satu temannya berkata, "Mel, dia anak baru di kantor ini, dia juga yang menggantikanmu, tidak perlu sopan-sopan pada junir, ehehe."

 Rika sontak mematung, pasalnya Meliana belum melihat siapa yang baru saja ia tabrak. 

 Meliana angkat kepalanya, membawa senyum yang hendak ia berikan pada pegawai baru yang mempunyai mental kuat untuk menggantikan posisinya, bahkan orang lama saja memilih untuk mundur.

 "Ha-" senyum itu pudar, berganti dengan wajah pias dan mata yang berpaling ke arah lain. 

 Ada jantung yang berdegub kencang di dalam sana, Meliana mengutuk dirinya sendiri yang terlalu lemah berhadapan dengan Arga. 

 Ini sudah lama dan banyak fase yang telah mereka lalui, tapi tetap saja hatinya sontak kembali seperti anak muda yang bertemu dengan pujaan hati mereka.

 Tenggorokan Meliana tercekat, ia tidak mampu berkata apa-apa, memilih berpindah posisi ke dekat Rika yang menggantikan sapaan ramah pada Arga. 

 Ya, orang yang tidak sengaja Meliana tabrak itu Arga. 

 "Oiya, tadi ada yang harus mendapat kembalian berapa ya?" Rika alihkan perhatian, semua kembali membahas masalah daster untuk pesanan berikutnya. 

 Meliana berpamitan lebih dulu, dia beralasan ada panggilan dari suplier yang tidak bisa ia abaikan. 

 Ia berlari ke luar, memilih untuo menunggu Rika di depan loby saja. 

 Tapi, tangannya tertahan kuat, ia ingin menghindar dari Arga karena mereka sama-sama tahu cukup sulit untuk bersikap acuh bila mata sudah saling bersitatap. 

 "Lepaskan!" pinta Meliana memaksa. 

 Arga semakin kuat menyengkramnya, berulang kali ia bertekad tidak akan kalah saat bertemu Meliana, tapi ia akui selalu kalah.

 Meliana dengan semua pesona di masa lalunya, bukan hanya hal yang patut ia kenang saja, tapi juga ia miliki seutuhnya. 

 "Ga, lepas!" Meliana tarik-tarik tangannya.

 "Aku mau kita berteman lagi, Mel."

 "Apa! Tidak," tolak Meliana. "Lepas, Ga!"

 Arga tarik Meliana, memojokkan gadis itu ke sudut ruangan yang kebetulan sepi. 

 "Mau kamu apa?" nafas Meliana sudah memburu. 

 "Aku mau kita tidak saling menghindar seperti ini, kita ditakdirkan untuk bertemu lagi, Mel!"

 "Tahu apa kamu tentang takdir, hah? Lepaskan aku!"

 "AKU CINTA SAMA KAMU, MEL!" balas Arga mengeraskan suaranya yanh sejak tadi tertahan. 

 Meliana tercengang mendengarnya. 

 Niat itu ... Hari ini Arga patahkan niatnya untuk tidak membuka diri lagi, dia mau menikah lagi dan memulai hidup baru, asalkan itu Meliana yang bersamanya. 

 "Aku cinta sama kamu, maaf ... Maaf untuk semua yang sudah terjadi di masa lalu. Aku cinta sama kamu, Mel, sampai detik ini rasa itu masih sama," ujar Arga lirih. 

 Meliana pejamkan matanya yang mulai menitihkan air mata, bertepatan dengan kedua tangan Arga yang menakup wajahnya dan kening mereka saling menempel satu sama lain. 

 "Aku cinta sama kamu," bisik Arga sekali lagi, sontak bahu tangis tanpa suara itu pun pecah dari Meliana. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You Again, Mel

    Natan dan semua masa lalu itu sudah berlalu kini, bahkan maaf yang sempat tertunda dan termaafkan tanpa diminta sudah berlayar juga hari itu.Meliana tatap lembar kosong di tangannya, itu milik Kirana seutuhnya, dia dan Arga telah berjanji untuk menutup masa lalu dan mengukir kenangan indah baru bersama.Biarlah cerita buruk yang mereka lewati di masa itu menjadi dogeng untuk anaknya sebelum tidur tanpa dia tahu siapa peran sesungguhnya di dalam sana.Hari ini, yang ada di depan Kirana hanyalah keluarga yang bahagia, keluarga yang mengenal banyak karakter yang lengkap di mana pembuat senyum dan keributan bercampur menjadi satu."Sayang, mana Kiran?" Arga memeluk pinggang yang kembali ramping itu, mengecup singkat pipi merah istrinya."Dia ada di kamar ibu, hari ini giliran ibu yang menjaganya. Dia menjadi rebutan di rumah ini, kenapa?" Meliana goyangkan sedikit tubuhnya, ke kanan dan kiri sampai Arga mengikutinya

  • Nice to Meet You Again   Maaf untuk Meliana

    "Kita harus pergi dari rumah ini, kamu dan aku!" Natan menatap lurus istrinya, tekadnya sudah bulat untuk hidup mandiri tanpa bayang-bayang ibunya.Fira masih belum paham apa maksud suaminya itu setelah semalam tak kembali ke kamar dan mereka terdiam cukup lama."Cepat, Fir!" titahnya mengeraskan suara."Iya, tapi dengarkan aku dulu!"Tidak, Natan tidak mau mendengarkan apapun dari Fira, intinya hari ini juga mereka harus ke luar dari rumah itu meskipun banyak larangan yang mengecam keduanya.Fira kemasi baju-baju yang sudah Natan pilihkan, ia kemudian berhenti sebentar saat ibu mertuanya berdiri di depan kamar mereka."Hentikan, Natan!" pinta sang ibu."Tidak, mau apa Ibu? Aku akan hidup sendiri bersama istriku, sudah cukup kekacauan yang Ibu buat, kali ini aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak akan menuruti kemauan Ibu untuk meningga

  • Nice to Meet You Again   Penyesalan

    Dia pulang membawa kecemasan dan rasa sesal yang menggunung, dari tangan dan isi kepalanya, Meliana masuk dan terbuang dari rumah ini.Anak lelakinya yang malang, setelah menikah dengan Fira untuk kedua kalinya, Natan tampak tak berselera dan tak punya pandangan hidup.Sungguh, berbeda saat Natan bersama Meliana dulu, selalu ada hal baru yang membuatnya marah, tapi Natan suka itu.Pandangannya masih tertuju pada Natan, wajahnya kian menua dan kebahagiaan seolah terampas dari hidupnya.Bukan salah Meliana atau Natan, tapi salahnya sebagai ibu yang tak bertanggung jawab atas kehidupan putranya sendiri.Ia kira akan lebih baik memisahkan gadis seperti Meliana dari anaknya, yang terjadi saat ini justru sebaliknya, rumah ini terbangun asal ide dan usulan Meliana, setiap sudutnya masih mengingatkan dan bisa mereka dengar gelak tawa Meliana di sana.Kalau saja waktu bisa

  • Nice to Meet You Again   Tim Rumpi

    Pletak,Surti sentil kening anaknya yang tengah hamil muda itu, seperti biasa dan Juna sudah paham itu, di mana ibu mertua dan istrinya akan bertengkar setiap kali mereka bertemu.Sungguh, tidak akan pernah ada kedamaian di pertemuan mereka sebelum saling bersorak dan memprotes."Apa cucuku tumbuh baik di perut berlemak ini?" tanya Surti."Sur, kau ini!" Heri sudah lelah menegurnya, bahkan sudah menghabiskan satu botol air mineral, padahal baru saja tiba.Surti mengetuk perut Rika sebelum memutuskan untuk duduk ke samping Heri.Banyak barang yang mereka bawa dari kampung untuk anak Meliana, mereka harus pergi ke rumah sakit sekarang mengingat Heri ingin segera menggendong cucu pertamanya itu."Aku tidak bekerja, Bu. Tenang saja, kita akan berangkat setelah Rika mandi," ujar Juna.Plak,Beruntung Heri tahan laju tangam Su

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You, Baby

    "Ibuuuuu," panggil Meliana merintih, ia tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang ada. Kedua tangannya terus meremat dan kini berpindah ke sisi ranjang dengan kedua kaki yang sudah tertekuk naik. Penyanggah di sana terpasang dengan baik, dokter dan timnya sudah bersiap di bawah beserta alat medis untuk penanganan berikutnya. Kali ini penanganan pasien khusus di mana ditemani oleh dua orang sekaligus, Meliana tidak mau melepas tangan Neni ataupun Arga, dia mengunci kuat dengan mata basahnya saat tangan itu dipaksa pindah ke sisi ranjang. Neni meminta kelonggaran dengan alasan yang sama di mana hanya dia ibu dari Meliana, bahkan cerita masa lalu terukir di sana, bergelimang dan terdengar hingga berlinang air mata. "Ibu, Arga!" Meliana memanggil sekali lagi saat gelombang dahsyat itu menyerangnya. Arga mendekat, ia usap kening dan kecup dalam di sana, tidak ada yang bisa ia lakukan selain dua hal it

  • Nice to Meet You Again   Putaran Waktu

    Heri tak berhenti mengirimkan doa untuk anaknya yang tengah berjuang itu, begitu juga Surti yang ada di dekatnya, menyiapkan segala hal yang mungkin bisa mereka bawa ke rumah Arga, mereka akan menggantikan posisi Neni dan Harto di rumah itu mengingat Rika juga sedang hamil muda, butuh kekuatan pendamping agar tidak terlalu larut dalam suasana mencekam yang ada.Sementara di rumah sakit,Arga usap punggung dan perut bawah istrinya tanpa henti, matanya sudah sangat berat, tapi rintihan Meliana membuatnya kuat seketika.Arga tak hentinya melantunkan doa yang bisa membantu istrinya tenang, sedangkan Neni untuk sementara duduk karena tubuhnya ikut lemas.Semakin bertambah pembukaan Meliana, rasa sakit itu semakin dahsyat, semua berharap yang terbaik, entah itu normal atau nanti Meliana harus caesar, tidak masalah.Neni hanya ingin menantu dan cucunya itu sehat bersama, selamat dan bisa berada di dekatnya segera.

  • Nice to Meet You Again   Rembesan Air

    Malam itu, Meliana siapkan makanan kesukaan suaminya, perut yang membesar mungkin menghalanginya untuk bergerak cepat, tapi tidak membuat Meliana lantas malas untuk melayani suaminya.Arga masih mendapatkan apa yang ia mau, termasuk hak berkunjung pada buah hatinya itu."Dia makin suka bergerak ya, sayang?" tanya Arga sembari mengusap perut besar itu, menerima suapan dari sang istri yang terlihat mengembang akhir-akhir ini, apalagi bagian pipi Meliana. Meliana mengangguk, "Dia suka nyapa orang kayaknya, sampai kalau ada abang sayur itu waktu pagi, aku sama ibu kan milih, dia ikut gerak nonjol ke kanan atau kiri gitu loh, Ga," ungkapnya."Beneran? Penasaran aku sama dia jadinya, nggak sabar Ayah ketemu kamu, Dek sayang." Satu kecupan mendarat di perut buncit itu.Meliana terkekeh, anaknya itu terbilang sangat aktif, tapi saat mereka melakukan USG, dia sama sekali tidak menampilkan wa

  • Nice to Meet You Again   Lemah Lembut dan Keras Kepala

    Harto buka pintu kamar yang sontak tertutup rapat itu, Neni tampak di dalam sana dengan mata yang basah.Wanita itu berusaha menenangkan diri setelah mengomel di depan seolah memberi sambutan pada Rika dan Juna."Kabar baik yang kau dengar, lalu kenapa kau menangis?" tanya Harto.Neni menoleh, "Aku hanya terlalu senang dan aku tidak mau menunjukkannya pada anak-anak itu," jawabnya."Astaga, mereka kira kau tidak suka sampai Rika menangis di pelukan Amel."Klek,Belum selesai Harto berbicara dengan Neni, Meliana yang baru saja ia sebut itu masuk ke kamar, ia balikkan tubuhnya lalu mengulas senyum di sana."Boleh aku bicara dengan Ibu?" tanyanya."Kenapa? Kau mau berceramah padaku apa?" tuduh Neni ketus, tapi satu tangannya terulur meminta Meliana mendekat.Meliana sambut tangan itu, ia lantas duduk ke samping Neni dan berhadapa

  • Nice to Meet You Again   Restu Neni itu Segalanya

    Masih ingat dibenak Rika akan kejadian bulan lalu di mana dirinya harus berlari keliling rumah Arga tanpa alas kaki sebanyak sepuluh kali karena melakban mulut Neni dengan sengaja.Ia masih keukeh sampai hari ini untuk tidak terlalu banyak bicara pada ibu Arga dan ibu mertua Meliana itu, sekedarnya saja dan tetap melakukan apa yang Neni anjurkan selama proses programnya."Apa aku harus bersujud kepadanya, hah?" Rika berkacak pinggang."Kau tahu semua ini berkat bimbingan dan bantuan darinya, kenapa kau kejam sekali?" balas Juna, menyerah sudah kalau Rika mengibarkan bendera perang pada Neni.Aku harus apa dan aku masa bodoh, itu yang ada dibenak dua orang yang sedang mondar-mandir di depan rumah.Mereka endak berangkat ke klinik untuk pemeriksaan lanjutan, satu bulan pertama proses program kehamilan ini, mendekati hari datang bulan berikutnya, Rika wajib kontrol untuk memeriksakan kandunga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status