Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Di sebuah kantor seorang laki-laki tampan, tinggi dan berkharisma tampak gelisah dan ragu, dan semakin kelihatan dari gerak geriknya saat kekasih yang membuatnya tidak karuan itu muncul di depan matanya."Danil, aku ada kejutan untukmu" seru Alea sambil menghampirinya, kemudian gadis itu menggelayut manja di pundaknya."Kejutan apa itu sayang? Kau membuatku begitu penasaran," ucap Danil tersenyum lembut sambil menanti dengan wajah penasaran, ia mengesampingkan perasaannya demi menyambut sang kekasih yang sedang berbahagia itu.Alea melepas Danil kemudian merogoh tas yang menggantung indah di pundaknya, lalu mengeluarkan sebuah map berwarna merah dari dalamnya."Nah, ini dia!" Serunya dengan semangat. "Jadi aku mendapat tawaran kerja sama dari agensi ADC untuk menjadi model tetap selama yang aku mau. Aku bebas mengakhiri kontrak kapan saja, karena itu aku merasa ini sebuah keberuntungan, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk benar-benar melejitkan karirku, jadi kau tolong tunggu aku s
Danil tidak ingin membuang-buang waktu lebih lama lagi, ia ingin segera mengeksekusi rencananya, hal pertama yang ia lakukan adalah menghubungi sekertaris sekaligus sahabatnya yang bernama Alex. Ia meminta Alex untuk mencari seorang gadis biasa yang sedang bekerja menjadi karyawan di perusahaannya yang posisinya paling rendah dan memungkinkan untuk diajak kerja sama dalam menjalankan ide gilanya itu, alasannya jika ia menikahi karyawan yang paling rendah jabatannya, kemungkinan seratus persen gadis itu tidak akan menolak, Selain itu ia juga bisa mengatur rencana apapun dengan mudah dan tidak perlu takut akan muncul perasaan yang ia tidak inginkan.Tidak menunggu sampai dua hari setelah ide gila itu muncul, Alex akhirnya datang menemui Danil. Ia membawa seorang gadis bersamanya yang bertugas sebagai cleaning servis di bagian staf yang benar-benar posisinya paling rendah di perusahaan itu bahkan tidak ada lagi yang lebih rendah di bawahnya, dan gadis ini hanya pekerja part time, ia hanya
"Arghh... Bagaimana ini? Aku pasti membuatnya marah, sepertinya aku bakalan dipecat. Oh tuhan! sekaratlah dompetku." Gumam Emili memukul-mukul kepalanya pelan saat mengingat kejadian di kantor, ia tidak setegar kelihatannya saat berargument dengan bosnya, begitu keluar dari ruangan Danil Fernando, lututnya gemetar ketakutan dan tubuhnya terasa tidak berdaya.Ia masih meratapi nasibnya di saat pintu kamarnya di buka."Eh Ibu, belum tidur?"Emili membenarkan posisi dan mencoba mengabaikan pikirannya."Ibu mau bicara Em, tapi jangan dianggap beban ya." Bu Tiara tau, apapun yang akan keluar dari mulutnya hanya akan menjadi beban untuk anak gadisnya itu, tapi setidaknya ia memberi tahu Emili sejak awal."Kenapa memangnya, Bu? bicara saja, bicara itu bukan beban, Bu" Emili agak bercanda."Ibu mau bicara serius, bukan sembarangan pembicaraan ini, Em" kata Bu Tiara terlihat agak canggung dan ragu."Bicara saja Bu, ada apa sih?" Ucap Emili dengan senyum hangat, ia mempersiapkan diri untuk menjad
Begitu Bu Tiara meninggalkan kamarnya, Emili memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar segera mendapatkan uang itu, kepalanya sedikit berdenyut mengingat perkataan ibunya barusan, ia berpikir sambil memencet-mencet kepalanya yang agak pening, seketika terbesit di ingatannya tentang bosnya Pak Danil Fernando dan tawaran Alex beberapa waktu lalu, Ia merasa telah menemukan ide untuk mendapatkan uang yang banyak, tapi ia segera mengurungkan niatnya sambil mengetuk-ngetuk kepalanya."Apa yang aku pikirkan?" Ucapnya sedikit frustasi.Tapi semakin ia berpikir, semakin ia merasa, kalau itu satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang lebih cepat, ia pun kembali memantapkan niatnya lalu tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menyambar ponselnya dan mengutak atik keyboardnya demi merangkai huruf demi huruf, Setelah berkali-kali merangkai huruf menjadi kata, akhirnya ada juga kalimat yang berhasil terketik di layar ponselnya."Bisakah kita bertemu Besok, Pak Alex?" Kalimat pnedek itu terki
Bahkan gelap masih menyelimuti bumi di saat dering ponsel Danil sudah mengganggu tidurnya, ia agak kesal tapi diangkatnya juga, ia mengecek ponselnya dan ternyata ada nama Alex yang sedang menari-nari di layarnya."Ada masalah apa, Lex? Kenapa kamu menelpon sepagi ini? Ganggu saja." Cecar Danil agak gusar, ia mengusap kedua matanya yang masih mengantuk."Maaf, Bos. Oke saya minta maaf, tapi ini sangat penting" Alex terdengar buru- buru."Iya saya akan memaafkanmu kali ini. Ayo cepat katakan! Informasi penting apa yang membuatmu menghubungiku sepagi ini?" ucapnya terdengar malas."Kemarin Nona Emili mengirim pesan, katanya dia mau bertemu denganku" Alex tidak ingin berbasa-basi lagi."Siapa katamu? Hal sepenting ini kenapa baru bilang sekarang?" Ucap Danil sadar sepenuhnya, rasa kantuknya seketika hilang bagai ditelan udara. Ia tidak akan pernah lupa dengan gadis itu, satu-satunya orang rendahan yang berani merendahkannya, ia masih belum terima dengan perlakuannya kemarin, ketika ia dit
Danil dan Alex tiba di kampus, di mana Emili kuliah, Alex bertindak seperti Intel yang mengawasi setiap mahasiswa yang lalu-lalang dari kejauhan, tidak lama kemudian, ia akhirnya menemukan targetnya, setelah merasa yakin tidak salah orang, ia pun menghampiri targetnya tersebut."Nona Emili...!" Seru Alex membuat Emili kaget."Alex..?" Emili lupa sopan santunnya sakin kagetnya karena tiba-tiba ada Alex."Maaf, maksud Saya, Pak Alex. Ko bisa ada di sini?" Kata Emili sambil celingak celinguk mengawasi sekitar, berharap tidak ada teman dekat yang melihatnya."Ikut saya, bukannya Nona Emili mau bertemu dengan Saya?" Ucap Alex sedikit menekan."Iya tapi kan, setidaknya balas pesan saya dulu, kemudian buat janji untuk bertemu, jangan seperti ini..." Emili mengomel."Anda pikir anda ini siapa? bisakah anda ikut saya saja Nona?" Potong Alex dengan nada penuh tekanan dan menggertak. Mau tidak mau Emili pun mengekor di belakangnya.Emili jadi gelisah karena ternyata Alex tidak sendirian, selain A
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Danil begitu tiba di restoran mewah langganannya dan mendudukkan badannya di kursi, to the point' dan tidak ada pendahuluan sama sekali. Sangat sombong seperti yang ingin dilakukannya sejak tadi, ia benar-benar ingin membalas perlakuan Emili, benar saja dengan cara itu ia merasa menang dan berada di atas angin sekarang.Hal itu membuat Emili menjadi ciut dan sadar akan kesalahannya kemarin, ia begitu mempertahankan harga dirinya sampai lupa, dengan siapa ia berhadapan.Emili melirik Alex untuk meminta bantuan, tapi yang dilirik malah tidak peduli sama sekali."Maaf, Se... Sebenarnya yang saya ingin temui adalah Pak Alex." Terang Emili dengan hati-hati."Lalu? bukannya lebih baik kalau bertemu dengan Saya langsung?" Danil menatap tajam. Emili merasa gugup dibuatnya, ia menjatuhkan pandangannya begitu saja."Baik Pak, jadi begini Pak, mengenai penawaran kerja sama kemarin, Saya kembali mempertimbangkannya dan sudah memikirkan semuanya dengan ma