Share

Bab 9 : Malam Pertama

Author: Apple Cherry
last update Last Updated: 2025-03-01 08:27:25
Perasaan gundah dan ada sedikit kecemasan membuat Aileen lebih banyak diam dengan posisi membelakangi Albani yang baru saja selesai mandi.

Keduanya berada di ranjang yang sama, biar bagaimanapun akan mencurigakan jika mereka tidur di kamar terpisah.

"Biasa saja, tidurlah dan tidak perlu memikirkan apa pun," kata Albani.

Aileen terkesiap, ia tidak menyangka jika Albani akan berkata begitu. Apa ketahuan sekali kalau sekarang ia tengah gugup, pikirnya.

"B-baiklah, kau juga selamat beristirahat."

"Ya, selamat istirahat Aileen."

Mungkin benar, keduanya akan menjalani hubungan platonik. Jadi, meskipun bekerja sama, ia tak peduli merasa cemas akan terjadi hal seperti kontak fisik terkecuali saat keduanya harus berakting dihadapan orang lain.

Aileen mulai memejamkan mata, tapi ia tetap saja gelisah. Sementara itu, ia melihat Albani sudah tidur dengan mudahnya. Aileen jadi sedikit lega, ia tak perlu terjaga bersama Albani yang hanya akan membuat situasinya makin canggung nanti.

T
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 10 : Pernikahan Yang Natural

    "Kau sedang apa?" Pagi-pagi sekali Aileen bersiap seperti akan pergi ke suatu tempat. Albani terheran, padahal ini masih waktu bulan madu mereka. Memang benar pernikahan keduanya hanya formalitas. Keduanya boleh melakukan aktifitasnya masing-masing. Hanya saja, ini masih terlalu dini setelah keduanya baru menikah kemarin. "Maaf Al, aku harus ke bank untuk mengurus sesuatu," jawab Aileen. Ia sibuk mengenakan pakaian khasnya, khas Aileen Haura yang lama. "Untuk apa kau kesana?" tanya Albani. "Em, sebenarnya aku pernah memberikan kombinasi pin atm pada Rio, aku juga memberikan kartu atm ku. Tapi itu sudah lama, dan pagi ini aku tidak bisa mengakses mobile banking." "Rio, mantan mu?" Aileen menghela napas. "Jangan sebut dia mantan ku. Aku tidak sudi!" "Ya, tapi itu kenyataan." Albani berkata seadanya. "Terserah, aku harus pergi sekarang," ucap Aileen. "Ini masih bulan madu kita," kata Albani. Seketika membuat Aileen yang mendengar jadi terkejut. "B-Bulan madu?" "Mak

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 11 : Seseorang Yang Mirip

    Tak heran jika keduanya bersama. Aileen makin yakin, jika Rio dan pacarnya yang bernama Lenka memang serasi. Semuanya semakin jelas setelah Albani baru saja memberitahunya bahwa orang suruhannya sudah mengecek cctv ATM tempat dimana orang menarik isi tabungannya. "Jadi, Rio menyuruh pacarnya untuk mengambil uangku," gumam Aileen. "Bisa jadi, atau malah selama ini Lenka lah yang mengambil uangmu," jawab Albani. "Intinya Rio memberitahu kombinasi sandi ATM ku pada pacarnya. Dasar sampah!" geram Aileen. Ia ingin sekali memaki Rio, tapi saat ini tak bisa. "Ini lebih bagus, kau bisa membuat orang itu lebih hancur," kata Albani dengan penuh keyakinan. "Bagaimana caranya, beritahu aku bagaimana caranya memulai untuk membuat ia menderita, Al." Aileen jadi tak sabaran. Bukan karena uang di tabungannya sudah raib hampir sepenuhnya. Tapi ia merasa sangat dihinakan oleh orang bernama Rio dan Lenka. "Tenanglah, kita akan mulai pelan-pelan," kata Albani. Aileen tersenyum, ia bisa senyum

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 12 : Menyudahi Bulan Madu

    Albani tidak tau bagaimana Aileen bisa mengucapkan kata-kata yang berbahaya itu. Namun satu hal yang membuatnya lega, ternyata Aileen bukan seperti wanita yang pernah hadir di masa lalunya. Hanya saja kata-kata Aileen tadi membuatnya jadi tidak sengaja kepikiran. Bahkan sekarang Albani sampai pergi keluar untuk sekedar mencari angin segar. "Kau tau, aku tidak mau jadi kesedihan ataupun mengingatkanmu pada kesedihan di masa lalu. Walau kita menikah atas dasar perjanjian saling menguntungkan. Tetap saja, bagiku kau adalah penyelamatku, Al. Jadi, tolong jangan lihat aku mirip dengan orang itu jika orang itu membuatmu sedih." Itu adalah perkataan Aileen yang membuatnya jadi tidak nyaman. Semoga saja itu bukan awal dari terbentuknya rasa simpati diantara keduanya. Albani tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama, saat ia menjatuhkan hatinya pada orang di masa lalu. Nyatanya perasaan itu hanya ilusi yang menyakitkan. Albani pun tak ingin itu terulang. "Anda mau pesan apa?" tanya pela

    Last Updated : 2025-03-02
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 13 : Rumah Baru Aileen

    Aileen tahu sikapnya mungkin berlebihan. Tapi menurutnya ini yang paling tepat, bersikap profesional sebagai rekan bisnis. Ya, ini hanya bisnis di mata Albani, jadi seharusnya sejak awal dia tak perlu bersikap ramah seolah keduanya berteman dekat. "Kau sudah berkemas?" tanya Albani. "Sudah," sahut Aileen singkat. Lagipula dia tak banyak membawa barang sejak awal. "Kau akan tinggal di rumahmu sendiri, jadi tak perlu merasa sungkan diganggu siapapun," kata Albani. Aileen diam sambil berpikir. Ia mencerna kalimat Albani yang menyebut itu rumahnya. "Rumahku?" "Hem," sahut Albani sambil merapikan kemejanya. "Itu rumahmu," terang Aileen. "Rumahmu, saya memberikan rumah itu untukmu." Aileen benar-benar tak salah dengar. Tapi ia tak butuh rumah pribadi, itu sangat berlebihan. "Aku tak mau, lagipula aku saat ini tidak butuh." "Tidak masalah, ini benefit dari perjanjian yang tertulis," terang Albani. Aileen memang tak membawa seluruh poin dari perjanjian karena sudah percaya i

    Last Updated : 2025-03-02
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 14 : Unggahan Di Sosial Media Aileen

    Sebelum masuk ke dalam rumah Aileen sempat merasa ada yang sedang menatapnya dari jauh. Ia pun sampai celingukan melihat sekeliling, mungkin saja ada orang yang memantaunya. "Pasti aku salah, lagipula untuk apa memantauku," gumam Aileen mengedikkan bahu lalu masuk ke rumah. "Selamat datang, Nyonya," sapa pelayan. "Ah, salam kenal, saya Aileen." Aileen menyapa kembali. "Nyonya Aileen, perkenalkan saya Nami, pelayan di rumah ini." Wanita itu kira-kira berusia empat puluhan. Senyumnya terlihat ramah, wajah serta tampilannya juga sangat alami dan bersahaja. Aileen memberikan senyum tulus. "Salam kenal Bu Nami, panggil saja saya Ai." "Baik nyonya Ai," kata Bu Nami, sopan. "Ai saja, tanpa perlu nyonya." Aileen merasa tidak nyaman. "Maaf jika saya membuat Anda kurang nyaman nyonya, tapi sebaiknya saya tetap memanggil Anda dengan sebutan nyonya. Silakan biar saya tunjukkan kamar Anda," kata Bu Nami. Aileen menghela napas. "Ya, baiklah kalau begitu, Bu." Bu Nami menunjukkan

    Last Updated : 2025-03-02
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 15 : Hadiah Untuk Mama Mertua

    "Selamat siang, Pak Al." "Ya, selamat siang." Albani masuk kerja seperti biasa, tak ada yang berubah dengan aktivitasnya sebagai CEO di perusahaan yang bergerak pada bidang properti. Albani memang tipe workaholic, tak ayal segala aktifitasnya pun harus berkaitan dengan pekerjaan. "Hei, bukannya pak Al baru saja menikah?" bisik salah seorang karyawan pada teman kerjanya yang lain. "Iya, belum lama ini secara privat." Temannya itu menanggapi serius. "Wah, kenapa tidak digelar pesta besar, ya?" tanya karyawan itu penasaran, bukankah orang kalangan elit suka kemewahan dan mempertontonkannya. "Kurasa keluarga pak Al ingin pernikahan itu lebih privasi, lagipula semakin ternama keluarga, maka justru mereka tidak akan flexing dengan pesta besar-besaran tau." Karyawan lain ikut menyahut. "Oh begitu ya. Kau pandai sekali menilai, apa pernah kenal dengan orang kaya raya seperti pak Al?" ledek karyawan itu pada temannya. "Mengkhayal saja sana!" Albani mendengarnya cukup jelas, tapi

    Last Updated : 2025-03-02
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 16 : Respon Mama Mertua Aileen Yang Di Luar Dugaan

    Aileen sampai di rumah Albani. Sesuai dengan ekspektasinya, rumah itu sangat luas dan mewah. Jadi, ini adalah rumah yang tidak ditinggali oleh kedua orang tua Albani. Bisa dibilang, orang tua Albani hanya pulang saat acara tertentu, sisanya mereka harus meneruskan bisnis di luar negeri. "Ayo masuk," ajak Albani. Aileen pun mengikuti langkah kaki Albani, hanya saja sepatu hak tinggi miliknya sedikit membuatnya sulit berjalan normal. Albani melihatnya, ia segera menawarkan diri untuk menggandeng tangan Aileen, memberikan lengannya agar diraih oleh wanita itu. "Terima kasih, Al." "Pelan-pelan," kata Albani melihat Aileen yang agak kesulitan. Di luar dugaan, rumah mewah itu tidak punya penjaga. Ia juga tidak melihat ada pelayan yang wara-wiri sedari tadi. "Al, dimana orang tuamu?" tanya Aileen. "Di ruang makan, pasti mereka sudah menunggu," jawab Albani. "Ah, baiklah." Keduanya pergi ke meja makan, dan benar saja di sana sudah duduk seorang wanita paruh baya berpenampilan

    Last Updated : 2025-03-02
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 17 : Fakta Baru Albani

    "Kau yakin tidak apa-apa?" Lagi-lagi Albani memastikan hal sudah Aileen jelaskan. Ia baik-baik saja, tidak tersinggung ataupun sedih dengan perkataan wanita bernama Melani, ibu kandung Albani, mama mertuanya. "Aku tidak apa-apa," angguk Aileen lagi. "Jangan dipikirkan, lagipula aku tidak merasa tersinggung." "Benarkah? Saya saja tidak pernah bisa menerima setiap ucapannya. Bagaimana bisa kau malah tidak apa-apa," ucap Albani heran. "Yang dikatakan mamamu itu benar, Al." Aileen berpikir cukup serius sebelum mengatakan hal itu. "Apa?" Albani makin tak mengerti. "Kita memang menikah tidak saling suka, justru respon ibumu itu normal. Dibandingkan respon mamaku, kenapa mamaku bersikap seolah-olah aku pasti bahagia jika menikahi mu? Padahal jelas ia tahu, bersama orang yang tak punya rasa apa-apa terhadap kita itu mungkin saja akan menyakitkan." Albani pun diam mendengarkan perkataan Aileen. Tapi baginya tetap saja ibunya sangat menjengkelkan tadi. Bagaimana bisa bahkan wan

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 36 : Satu Bulan

    "Mengapa kita harus menginap di sini, Al?" Aileen bukannya tidak mau menginap di rumah orang tua Albani, hanya saja ia merasa tidak enak jika harus tidur berdua lagi dengan Albani dalam satu ranjang. "Ini permintaan mama," kata Al. "Mamamu meminta kita menginap?" Tentu saja Aileen tidak langsung percaya, apalagi sikap Melani yang jelas menunjukkan hal sebaliknya. Melani tidak menyukainya, itu yang Aileen tangkap dari sikapnya. "Ya, mama bilang kita setidaknya tinggal satu bulan." "SATU BULAN?" sahut Aileen amat terkejut. "Kau bercanda, kan, Al?" Albani menghela napas. "Kau keberatan, ya?" Tentu saja, batin Aileen. Apalagi itu tandanya mereka harus tidur satu kamar selama satu bulan lamanya. Satu hari saja sangat menyiksa, apalagi satu bulan. "Saya tau kau begini karena melihat sikap mama yang kurang menyenangkan. Tapi kau tenang saja, mama kali ini yang meminta kita tinggal, jadi kau tak perlu mencemaskan apa-apa." Aileen mengerti, sebenarnya ia pun sama sekali tidak masa

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 35 : Penyambutan

    "Duduklah," ucap Albani. Aileen pun duduk setelah Albani menarik kursi untuknya. "Al, kau tampak sempurna." Melani membuka obrolan, tidak menyapa Aileen, ia malah memuji putranya sendiri. "Selamat malam, Tante," ujar Aileen. "Apa? Tante?" Melani terkekeh. "Aileen, panggil kami dengan sebutan papa dan mama, karena kami orang tuamu," ucap Martin pada menantunya. "Tidak, kau saja yang dipanggil papa. Aku tidak sudi dipanggil mama olehnya!" tegas Melani. "Hentikan sikap kekanakanmu." Martin mengingatkan istrinya agar tidak berlebihan. "Kenapa? Kau bilang aku boleh menyambut tamu, beginilah caraku menyambutnya." Melani sangat ketus. Albani menghela napas panjang sebelum akhirnya berdiri. "Bersikaplah elegan, kalian tidak hadir saat saya menikah. Sekarang, di depan kalian adalah anggota keluarga baru yang juga dari keluarga baru. Tidak sepantasnya kalian berdebat dan bersikap seenaknya pada istri saya." Aileen tidak mengira jika Albani akan mengatakan hal itu di depan kedua

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 34 : Acara Makan Malam

    "Halo, tadi kau menelepon?" tanya Albani yang sedang diperjalanan menuju rumah. Albani tersentak mendengar penjelasan Aileen, ia pun segera mematikan telepon untuk memeriksa apa benar yang Aileen katakan. Ia kaget begitu melihat foto profil chat-nya berubah. "Siapa yang mengganti fotonya?" gumamnya bingung. Albani pun segera menghapus karena tidak ingin Aileen salah paham. "Halo, Aileen. Mengenai makan malam memang benar, malam ini ada acara makan malam di rumah papa. Tapi kalau foto profil, maaf itu jelas bukan saya yang mengubahnya. Begitu juga untuk chat yang dikirimkan padamu, itu bukan saya yang mengirim," jelas Albani. Aileen sekarang mengerti, jadi bukan Albani yang melakukannya sendiri. Lantas siapa, batin Aileen. Setelah menjelaskan, Albani mematikan telepon dengan alasan sedang diperjalanan menuju rumah. Albani meminta agar Aileen segera bersiap. "Jadi siapa yang mengirimkan pesan itu padaku, ya." Aileen pun heran sambil memikirkan siapa orangnya. Tapi apaka

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 33 : Pesan Singkat

    Rio memberikan bukti, bukan sekedar perkataan. Ia sempat memotret Albani dan Aileen yang tengah makan di sebuah restoran hotel berbintang. Ia juga tak lupa memotret momen saat Aileen keluar dari mobil Albani lalu memasuki rumah mewah. "Ini, aku sempat membuntuti awalnya karena penasaran saja. Apa benar sepupumu itu selingkuh?" Lenka benar-benar syok melihat bukti foto-foto itu. Namun yang membuat ia jengkel adalah keterlibatan Rio di dalamnya. "Selama ini kau masih memperhatikan mantanmu itu, ya?" "Bukan, tidak seperti itu, Lenka. Awalnya hanya tidak sengaja, tapi aku penasaran sebab pria itu sepupumu. Bukannya dia sudah menikah, kupikir kau perlu tau karena dia juga kan kerabatmu." Rio menjelaskan menggunakan versi yang berbeda. Ia berharap Lenka percaya argumennya itu. "Sejak kapan kau peduli? Kau tak pernah peduli dengan sepupuku, kerabat, bahkan orang tuaku." Lenka menahan diri agar tidak meledak lagi, padahal baru saja ia berhasil menarik Rio ke dalam kendalinya. Tapi

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 32 : Rumor

    Untuk beberapa detik Aileen masih belum menyadari bahwa peluh di sekujur tubuhnya membuatnya tanpa sadar ingin menggelinjang. Hawa panas dan getaran sedikit geli membuat tubuh bawahnya bereaksi aneh. Kakinya sibuk membuat gerakan seperti menggesek. Tangannya meremas kain sprei kuat dengan kepala mendongak ke atas meski matanya terpejam. Bibirnya bergerak kecil, sesekali ia menggigitnya hingga suara erangannya lolos. "Ah!!" Aileen, gadis itu kemudian melotot. Ia menatap sebelahnya, kaget luar biasa menemukan Albani tidur membelakanginya. "Barusan? Astaga, apa aku...." desah panjang pelan. Aileen tak sadar mendapatkan pelepasan hanya karena mimpi erotis yang dialaminya. Jelas sekali itu seperti nyata, bukan mimpi ataupun khayalan. Gadis itu lalu mengusap wajah, ia berjalan pelan ke kamar mandi dan lupa bahwa kakinya masih sedikit sakit. "Akk." Aileen melirik Albani lagi, syukurlah pria itu masih tidur. Ia menutup mulut tak ingin membuat pria itu terkejut. Aileen membasu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 31 : Nafsu Atau Akal Sehat

    Albani keluar setelah yakin bahwa dirinya kini lebih tenang. Aileen sama sekali tidak bisa tidur, tapi gadis itu memutuskan untuk memejamkan mata dan berpura-pura sudah terlelap. Tentu saja itu Aileen lakukan sebab ia tak ingin kalau nantinya Albani tidak nyaman dengannya. "Apa kau sudah tidur?" tanya Albani. Ia duduk di sisi Aileen dengan sedikit jarak. Aileen tidak menjawab karena ingin dianggap sudah tidur oleh Albani. "Jangan memaksakan diri kalau belum bisa tidur," ucap Albani. Ia tau, Aileen belum tidur dan hanya berpura-pura. "Em, kau tau ya. Maafkan aku, Al." "Tidak perlu minta maaf. Kau sudah lebih enakan?" "Ya, sudah tidak apa-apa." Albani berbaring di sisi Aileen, di tengah-tengah mereka ada bantal yang menjadi penghalang. "Sebenarnya baju ini kau dapat dari siapa, Al?" tanya Aileen. Ia penasaran, karena baju yang dia kenakan lebih mirip lingerie dibandingkan baju tidur biasa. "Asisten saya, besok akan saya tanya mengapa ia memilih baju begitu."

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 30 : Diambang Batas Gairah

    Melani benar-benar emosi dengan kejadian tadi. Ia benci harus melihat Albani dan gadis itu memiliki kemungkinan untuk saling mengisi dan berdekatan. Padahal sebelumnya ia yakin bahwa putranya takkan tertarik dengan gadis kampungan seperti Aileen. Namun yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, Albani malah mengusirnya. Apalagi tadi Aileen dengan tidak tau diri memanggil Albani, padahal sudah jelas Albani sedang berbicara dengan orang lain di pintu kamar. "Dia sudah jelas terlihat sangat cari perhatian. Aku takkan biarkan dia menguasai Al. Aku takkan biarkan gadis itu bertingkah seenaknya sendiri." "Kenapa kau bicara sendiri?" Suaminya tiba-tiba saja muncul membuat Melani terkejut. "Kau tak perlu tau!" tegas Melani. Ia takkan bicara tentang Albani lagi di depan Martin. Kini dia harus berhati-hati sebab Martin dan dirinya punya pemikiran dan cara yang berlawanan. "Kau mengganggu Al ya." Martin mengambil handuk, ia akan bersiap untuk mandi. Pria itu baru saja pulang, ia curiga m

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 29 : Kau Tak Boleh Memakan Wanita Itu

    "Kau tak masalah minum wine?" tanya Albani. "Mm, boleh kalau hanya sedikit," jawab Aileen. Namun yang terjadi malahan sebaliknya. Tubuhnya terasa lengket karena terkena tumpahan minuman yang tak sengaja mengenainya. Kejadiannya begitu singkat saat seorang pelayan hotel masuk membawakan sebotol wine untuk mereka sebagai hadiah. Aileen bermaksud memutar gelas, namun wine itu malah tumpah mengenai pakaian yang ia pakai. "Ah bagaimana ini," kata Aileen sembari memeriksa bajunya yang basah. "Apa basah sekali?" tanya Albani. "Ya, ini lumayan," terang Aileen. "Kau bisa bersihkan dulu, lalu pakai ini," ujar Albani memberikan satu set perlengkapan tidur pada Aileen. . "Tadi saya pikir mungkin ini perlu untuk berjaga-jaga," ucap Albani sambil menggaruk tengkuknya canggung. Rupanya Albani juga mempersiapkan baju tidur segala, batin Aileen gugup. Itu wajar, tak ada yang aneh dengan hal itu. Aileen berusaha tetap biasa dan tidak perlu memikirkan hal-hal aneh walau pikiran itu sela

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 28 : Sebuah Alasan dan Pengakuan

    Situasinya jadi amat canggung antara Albani dan Aileen. Mereka harus tetap di dalam kamar hotel sementara karena orang-orang yang membuntuti keduanya masih ada di sekitarnya. Aileen mencoba mengubur rasa tak nyaman itu dengan memainkan ponsel. Begitupun Albani, tapi pria itu memang sedang bekerja dengan ponselnya seperti biasa. "Kau sedang bekerja, ya?" tanya Aileen. "Ya, sedikit. Ada apa?" Aileen cepat menggeleng. "Tidak kok, hanya membuka obrolan karena terlalu sepi." Albani menatap Aileen sekilas kemudian memasukkan ponsel ke sakunya. "Kau bosan ya, apa kita keluar saja?" "Tidak, di sini saja. Maksudku memang ini rencananya untuk mengelabuhi mereka, kan," ujar Aileen. Albani juga sebenarnya bosan, tapi benar yang Aileen katakan barusan. Keberadaan keduanya di dalam kamar hotel demi mengelabuhi orang-orang di luar. "Em, sebenarnya ini membuatku penasaran, Al." "Penasaran?" "Ya, keluargamu, mengapa mereka harus mengawasi kita?" tanya Aileen ingin tau alasan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status