Share

Akhirnya Gol

Verrel terus mengikuti langkah Angela menuju kamarnya. Tapi tiba-tiba Angela berhenti tepat di depan pintu kamarnya berbalik arah melihat ke arah Verrel.

"Stop! Berhenti, jangan ikuti aku terus!" cegah Angela.

"Rupanya kau terlihat sangat bahagia setelah seharian kencan dengan pria itu," sindir Verrel.

"Tentu saja, bukankah kau sudah tahu jawabannya," kata Angela. 

Verrel memegang kedua pundak Angela. Ia tampak marah dengan sikap Angela yang seenaknya. 

"Kau tahu, aku ini suamimu. Kenapa kau tidak bisa menghargaiku sedikit saja," ucap Verrel.

"Sebentar lagi kita akan cerai jadi tidak ada yang perlu di perbincangkan." Angela kembali mengungkit kesepakatannya.

"Oh, ya aku rasa kau terlalu cepat menyimpulkan jika kita akan bercerai. Tapi, kau tidak tahu sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu," kata Verrel. 

"Tapi tetap saja, aku ingin kita bercerai," kata Angela.

"Kenapa?" tanya Verrel sembari berjalan ke arahnya membuat Angela terpaksa mundur selangkah demi selangkah hingga tanpa sadar ia memasuki kamarnya sendiri.

"Itu ... aku ...," jawab Angela terbata-bata. Ia tidak sanggup menerima tatapan maut Verrel.

"Sudah ku bilang aku jatuh cinta padamu. Kau membuat pertahananku runtuh," ucap Verrel.

"Aku tidak percaya dengan perkataanmu, dulu kau pasti merayu pacarmu dengan cara yang sama. Kau berhasil membuatnya hamil, lalu sekarang kau meninggalkannya," bantah Angela.

"Angela, sudah ku bilang aku tidak menghamili Hellen. Aku juga tidak percaya kenapa dia bisa hamil anakku," keluh Verrel.

"Mungkin kau melakukannya saat mabuk, sehingga kau tidak tahu jika telah menanamkan benihmu di sana,"  jawab Angela.

"Sudahlah, aku lelah. Pergilah ke kamarmu, ini kamarku. Jadi menyingkirlah!" usir Angela. 

"Aku suamimu, Angela. Tidak seharusnya kita tidur terpisah," ucap Verrel.

"Harus, karena sebentar lagi kita akan bercerai. Kau kembali pada kekasihmu dan aku kembali ke kehidupanku," ucap Angela.

Angela meletakkan tasnya di atas meja riasnya, sementara Verrel masih berdiri terpaku di depan pintu. 

"Kenapa kau masih saja berdiri di sana. Pergilah!" usir Angela.

"Siapa lelaki tadi, kau terlihat sangat bahagia ketika bersamanya," selidik Verrel.

"Dia kakak kelasku, bukankah kau sudah pernah bertemu dengannya," ujar Angela.

"Iya, maksudku apa artinya dia bagimu?" tanya Verrel lagi.

"Hanya sekedar kakak kelasku," jawab Angela membuka lemarinya. Ia mau mencari pakaian ganti tidur yang layak.

"Tapi sepertinya ia tidak menganggapnya begitu," kata Verrel lirih.

Angela menoleh pada Verrel."Tuan Verrel, kenapa hari ini kau sangat cerewet sekali." 

Angela membiarkan Verrel masih berdiri di pintu kamar, sementara dia masuk ke kamar mandi. Angela sudah menguncinya jadi laki-laki itu tidak akan mengganggu ritual mandinya.

Di kamar mata Verrel tertuju pada paperbag yang ada di lantai. Entah kenapa ada rasa tertarik untuk mengetahui isinya.

Ia merogoh salah satu paperbagnya, di dalam ia menemukan gaun berwarna peach. Lalu di paperbag lainnya ia menemukan perhiasan berupa kalung. Ada satu hal yang belum di temukannya yaitu cincin. Entah di mana Angela menyimpannya.

Verrel melihat tas Angela yang tergeletak di atas meja. Ia memberanikan diri membuka resleting tasnya. Tak ada cincin di dalamnya. Tidak mungkin informannya keliru memberi informasi.

Ceklek. Tiba-toba pintu kamar mandi terbuka.

"Apa yang sedang kau lakukan!" teriak Angela mengagetkan Verrel.

"Aku mencari cincin. Bukankah kau menerima cincin dari laki-laki itu," kata Verrel.

Angela langsung merebut tas miliknya."Kau tidak bisa menghargai privasi orang." 

"Privasi! Kau istriku tapi kau jalan bersama pria lain! Siapa yang tidak marah, di tambah lagi kau di belikan cincin olehnya. Angela! Lihat aku, aku adalah suami sahmu!" tekan Verrel.

"Kau berkata begitu seolah aku wanita apa! Dia hanya mengajakku untuk membeli cincin pertunangannya. Kenapa aku pergi? Kau tidak menanyakannya? Karena aku sudah muak denganmu. Kau mengikatku tapi kau juga menyakitiku!" tandas Angela.

Verrel menarik tubuh Angela dalam pelukannya. 

"Lepaskan, aku tidak mau kau peluk," tolak Angela. Verrel berusaha menenangkan Angela. Mengecup puncak kepalanya.

"Tenanglah, kau tega meninggalkanku seharian. Aku sangat merindukanmu," kata Verrel. Ia masih merangkul erat tubuh ramping Angela.

Verrel menarik dagu Angela. "Percayalah, aku jatuh cinta padamu. Aku bisa gila jika kau sedikit saja jauh dariku."

Jantung Angela berdebar begitu kencang apalagi ketika Verrel melumat bibirnya. Ia tidak sempat untuk menolak. Lidah lelaki itu telah bergerilya di dalam mulutnya, menciptakan sensasi luar biasa.

"Aku merindukanmu, Angela," kata Verrel parau. Ia sudah tidak bisa menahan kerinduannya. Ciuman Verrel turun ke leher jenjang Angela sementara kedua tangan Verrel memegang dua bukit kenyal yang menantangnya.

"Owh ...."

Angela mendesah pelan, otaknya seakan berselancar ke awan. Ia lupa jika tadi tengah bertengkar dengan Verrel. Lelaki itu membopong tubuh Angela, lalu meletakkannya di pembaringan. Ia belum melepaskan pagutannya, sementara tangan Verrel dengan terampil membuka bathrobe yang di kenakan Angela. 

Salah satu tangannya mengusap bukit kembar itu secara bergantian, lalu menghisap puncaknya. Kaki Angela bergerak-gerak, menandakan hasratnya juga naik. 

Verrel membuka kedua kaki Angela."Tenanglah, aku akan melakukannya dengan pelan."

Tubuh Angela sudah polos, sementara Verrel sibuk menurunkan celananya. Entah apa yang ada di otak Angela, kali ini ia sepertinya sudah tidak bisa berpikir lagi. Pasalnya Verrel memberi sentuhan erotis di bagian tubuhnya yang sensitit. 

Tongkat panjang berurat itu akhirnya berhasil melesat masuk membobol pertahanan terakhir Angela. Darah segar keluar, Angela sampai menangis karena menahan perih. Tapi saat Verrel memacunya lagi, rasa sakit itu tidak begitu terasa.

Angela seakan melayang-layang ke udara, ia sudah tidak bisa berpikir akibat buruknya setelah ini. Ia hanya ingin menikmati sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Verrel juga merasakan kenikmatan luarbiasa, ia berkata dalam hatinya jika setiap hari ia akan melakukan ini bersama Angela. Ia tergila-gila pada wanita di depannya. Ia terus saja memacu, memompa, dan mengulangi pergerakan itu hongga keduanya klimaks.

Angela meneteskan airmata, ia baru sadar jika telah melakukan kesalahan besar. Sekarang tubuhnya benar-benar menjadi milik Verrel.

Terakhir Verrel mengecup kening Angela lalu ia berguling ke samping.

"Terima kasih, sayang," ucap Verrel.

Angela masih terdiam. Ia takut jika Verrel akan meninggalkannya. 

"Sayang, kau tidak apa-apa kan? Aku senang akhirnya kita bisa menjadi suami istri seutuhnya," ucap Verrel bahagia. 

"Setiap hari kita akan melakukannya. Bersiap-siaplah aku akan datang memuaskanmu," kata Verrel berceloteh sendiri.

Tiba-tiba Angela menangis terisak-isak. "Kenapa kau menangis? Kau menyesal melakukannya?" 

Angela masih saja menangis, Verrel memeluk tubuh polos di belakang. Sementara Angela masih saja menangis. Baginya sekarang celah untuk pergi dari Verrel sudah tidak ada lagi. Tubuhnya sudah menjadi milik pria itu. Ia takut jika Verrel hanya mempermainkannya.

---Bersambung---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status