Home / Urban / Nikahi AKU Brondong NAKAL !! / Bab 7 : Ditolak Sekuriti Dikerubuti Penggemar

Share

Bab 7 : Ditolak Sekuriti Dikerubuti Penggemar

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2023-12-05 05:58:35

Sementara itu, sesaat setelah Jessica pergi ke kantor, Candra Wiguna datang ke rumah Jessica saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Namun, lelaki tampan itu tak bisa menemui Jessica yang telah berangkat ke kantor. Pemuda tampan itu tampak tergesa-gesa, ketika menyambangi pos penjaga pada sisi kanan rumah mewah Jessica untuk menemui Rey, sekuriti yang telah menggantikan jam jaga Darma.

Saat melihat pemuda tampan yang terlihat lebih rapi dan necis pada saat beberapa malam lalu saat dalam keadaan mabuk, Candra Wiguna jelas terlihat berbeda sehingga Rey menyambutnya dengan tersenyum ramah karena tidak mengetahui identitas dari lelaki tersebut.

“Selamat pagi Pak ... mau bertemu dengan siapa? Dan dari mana?” tanya Rey keluar dari pos jaga mengamati lelaki dengan bentuk tubuh tinggi dari atas kebawah. Tubuhnya yang atletis dan pembawaannya yang tampak cool layaknya orang kaya dengan kulit putih bersih serta berpakaian bagus membuat Rey menghormati lelaki tampan tersebut.

“Saya dengan Candra, apa bisa saya bertemu dengan Nona Jessica?” tanya Candra santai.

Mendengar nama pemuda yang diwanti-wanti oleh sang bos untuk diusirnya jika bertamu ke rumah itu, membuat Rey memasang wajah masam dan tampak garang. Candra sendiri yang melihat perubahan roman wajah sekuriti tersebut pun, bergumam dalam hatinya.

'Kenapa juga nih sekuriti? Perasaan tadi ramah banget.'

“Mau apa kamu kesini! Pergi dari sini!” teriak Rey mengingat perintah Jessica selaku bosnya.

“Maaf Pak..., apa salah saya? Dari kemarin saya kirim buket bunga dan makanan diterima tuh! Hari ini saya ingin bertemu Nona Jessica. Tolonglah Pak..., ini pasti salah paham. Sampaikan padanya, saya ingin bertemu. Tolong saya Pak, soalnya sebentar lagi saya akan keluar kota “ pinta Candra dengan mencakupkan tangannya bingung kala sekuriti tinggi besar itu mendorong tubuhnya untuk menjauhi pos keamanan.

“Kamu itu lelaki yang nggak tau diri. Majikan saya sudah cukup baik menampung kamu di rumahnya waktu mabuk. Eh, malah kamu mencuri barang di rumah ini,” ujar Rey berasumsi seperti itu karena Jessica meminta untuk mengusir lelaki tersebut tanpa alasan. Hingga salah seorang pekerja di rumah itu, memberikan berita yang tak benar atas diri Candra.

“Mencuri? Seumur hidup saya, nggak pernah sekali pun, saya mencuri Pak. Demi Allah Pak ... Saya nggak mencuri apa pun di rumah ini. Coba Bapak tanyakan lagi ke Nona Jessica,” bantah Candra masih ngotot dengan Rey.

“Sudah ... Begini saja, lebih baik kamu pergi dari sini dari pada saya panggilkan polisi. Karena, majikan saya merasa terganggu dengan kamu. Silakan kamu pergi dari sini,” perintah Rey sembari menghubungi Wati yang ada di dalam rumah tersebut.

“Pak ... tolong saya..., soalnya hanya hari ini aja saya ada waktu untuk bertemu. Tiga bulan ke depan saya sibuk sekali,” tutur Candra dengan wajah memelas.

Tak ada respons apa pun, usai Rey menghubungi Wati membuat Candra kian menggila dengan memanggil nama Jessica yang dipikirnya masih berada di dalam rumah mewah tersebut.

“Jessica...! Jessica...! Tolong temui aku. Jessica...! Buka pintunya....!” teriak Candra dari luar pintu gerbang yang terbuat dari kayu jati tinggi dan hampir dipastikan tidak ada seorang pun yang akan mampu melihat aktivitas penghuni rumah tersebut.

Rey yang kesal dengan ulah Candra Wiguna yang terus meneriakkan nama Jessica membuat sekuriti itu pun, mendekati Candra dan memiting tangannya seraya berkata, “Kamu jangan buat onar di depan rumah orang! Begundal! Cepat menyingkir!”

Bruk!

Candra Wiguna didorong oleh Rey yang tubuhnya tegap tinggi hingga terjatuh di depan pintu gerbang rumah mewah tersebut. Dengan meringis kesakitan, Candra terlihat mengambil ponselnya yang berdering cukup keras.

“Ya Anjani..., kenapa?” tanya Candra Wiguna pada seorang wanita dalam sambungan telepon masih meringis dan membersihkan pakaiannya.

“Kemana lo? Dicari nih, sama Om teguh,” ujar seorang gadis bernama Anjani diujung telepon.

“Iya, nanti gue langsung ke Bandara. Gue lagi ada urusan, bentar lagi gue jalan ke bandara,” jawab Candra.

“Eh! Elo itu gimana sih..., apa nanti kata wartawan yang meliput kita di Bandara. Beberapa hari ini, elo itu aneh banget sih. Ada masalah apa lagi? Mama elo baik-baik aja kan?” tanya Anjani teman satu filmnya yang selama ini telah menjadi teman akrabnya di dunia keartisan.

“Nanti di Bandara gue cerita ke lo. Kalau hari ini gue kagak berhasil, gue minta bantuan elo,” pinta Candra sebagai bentuk dari jawaban Anjani.

“Dasar Pea ... Ditanya apa jawabnya apa. Ini sama Om teguh aja. Tunggu jangan di tutup,” pinta Anjani kesal.

Sementara beberapa orang yang lewat di depan pintu gerbang Jessica menoleh ke arah Candra yang sedang berkomunikasi dengan Anjani. Beberapa di antaranya turun dari motor dan mobil hingga membuat jalanan di kompleks perumahan elite itu dihiasi dengan deretan mobil yang terparkir di pinggir jalan.

“Kak Bintang yaa...! Kak..., minta photo dong!” seru salah seorang penggemar mendekati Bintang yang semakin bingung untuk menghindar.

“Kak..., minta tanda tangan dong.”

“Ini rumah Kak Bintang yaa?” tanya seorang lainnya.

Beberapa pertanyaan meluncur dari beberapa orang yang mengenali bintang. Hingga mau tak mau, Bintang pun memberikan kesempatan pada beberapa penggemar yang mengenalinya untuk berphoto, tandatangan di baju mereka. Sampai akhirnya, Bintang menjawab sang sutradara yang berbicara diujung teleponnya.

"Kamu dimana Bintang?" tanya Teguh sang sutradara.

“Maaf Om..., sekarang saya ke Bandara,” ujar Bintang kala mendengar suara lembut dari sutradaranya.

“Bintang ... tolong kamu itu jaga sikap. Masa semua kru satu mobil ke Bandara kamu malah carter mobil,” gerutu Teguh selaku sutradara.

“Maaf Om..., ada sedikit masalah penting yang mendesak. Saya harus menemui Dokter mama. Karena kan, saya akan sibuk selama 3 bulan ini. Maafkan saya, Om,” ujar Candra Wiguna membohongi sutradaranya.

Setelah itu, Candra kembali melayani beberapa penggemarnya yang kian membeludak di depan rumah Jessica untuk sekedar berphoto bersama dan meminta tanda tangannya. Terlihat semakin lama Candra meladeni penggemarnya maka semakin banyak remaja putri bahkan ibu-ibu muda komoleks tersebut tumpah ruah di depan pintu gerbang rumah mewah Jessica. Malah beberapa penggemar banyak yang menduga kalau rumah mewah tersebut tempat tinggal sang idola.

Sampai akhirnya Candra Wiguna berpamitan dengan beberapa penggemarnya yang belum sempat photo dan meminta tanda tangannya dengan berkata-kata dan melambaikan tangannya.

“Maaf ... Maaf ... Aku harus uber pesawat dulu yaa... Terima kasih semua...” Candra Wiguna berlari kecil memasuki sebuah mobil carter yang telah menunggu untuk membawanya ke Bandara. Karena seluruh kru pendukung Film berjudul "'Psikopat"' telah meluncur pula ke Bandara untuk menuju Bandung.

Di dalam mobil, Candra Wiguna meminta pada sang sopir lebih kencang untuk memacu mobil yang dicarter agar tidak didahului oleh rombongan kru dari Film. Selama dalam perjalanan menuju Bandara, Candra yang belum sempat menjenguk mamanya yang dirawat di rumah sakit pun, menghubungi sang mama dalam sambungan telepon.

“Maa..., Maaf Candra nggak sempat pamit ke Mama. Hari ini sampai tiga bulan Candra sibuk sekali, karena harus ke beberapa daerah. Mama yang kuat dan semangat ya. Nanti kalau ada waktu senggang, pasti Candra akan jenguk Mama...,” urainya dengan suara pelan dan ada rasa sesal, karena waktu yang sempit tidak digunakan untuk bertemu sang mama.

“Can, kamu baik-baik di sana. Jaga sikap kamu. Ini Mama dijaga sama Dessy. Karena adik kamu kan, harus mengikuti ujian ke sekolah. Ini kamu ngomong sama Dessy,” ucap Sukesih, sang mama.

Candra yang sebenarnya malas berbicara dengan Dessy, terpaksa mendengarkan sapaan dari gadis yang semasa jaman SMA menjadi teman sekelasnya dan pernah menjalin cinta dengannya. Namun, mereka putus karena Candra bukanlah orang dari kalangan berada. Terlebih, perceraian kedua orang tuanya membuat Candra merasa minder. Karena Papanya memilih hidup bersama sang bos wanitanya yang menjadi janda dengan tiga orang anak di saat Sukesih, sang mama mulai sakit-sakitan.

“Halo Des, maaf udah merepotkan,” ujar Candra basa basi dalam sambungan telepon.

“Santai aja, kebetulan aku juga lagi nggak ada gawe. Jadi bisalah aku jaga mama kamu,” jawab Dessy.

“Nanti aku minta bik Darsi untuk jaga mama. Kamu nggak usah sampai tidur di rumah sakit. Sekali lagi makasih Des,” pinta Candra secara tak langsung menolak Dessy untuk menjaga mamanya.

“Nggak usah bik Darsi suruh ke rumah sakit. Biar aku yang urus mama kamu. Apalagi kata mama kamu, gara-gara promosi film itu kamu harus keliling kota selama hampir 3 bulan. Kamu santai aja. Juga aku udah berhenti kerja, jadi banyak waktu luang untuk jaga mama kamu,” tolak Dessy atas permintaan Candra.

Dengan menarik napas panjang, Candra yang enggan berdebat kembali pada Dessy sangat menyadari jerat dari sang mantan yang ingin kembali kepelukkannya setelah 3 tahun silam mereka putus. Namun, Candra yang tak ingin memberikan harapan apa pun pada sang mantan harus mengatakan hal yang harus dikatakannya. Apalagi saat ini dalam benaknya, ada tanggung jawab besar atas tindakannya pada Jessica.

“Des ... Sebelumnya aku minta maaf, bila ucapanku ini melukai hati kamu ... Terus terang, aku nggak akan bisa balik ke kamu. Hatiku sudah milik orang lain. Seorang wanita yang sudah membuat diriku berubah total. Dia sudah membuat aku menjadi lelaki yang sesungguhnya. Aku harap kamu mengerti hal itu. Jadi selepas ucapanku ini, jika kamu mau meninggalkan rumah sakit pun, aku persilakan. Aku nggak mau terpasung dalam kebaikan kamu pada mamaku. Maafkan aku...,” ungkap Candra yang tak ingin kembali pada Dessy yang sejak dua tahun lalu selalu mengejar-ngejarnya usai dirinya menjadi seorang bintang sinetron dan iklan 3 tahun lalu.

“Hehehehe ... Jangan negatif dulu Candra. Seriusz aku juga nggak ada minta kamu untuk balikan ke aku. Disini aku ikhlas mengurusi mama kamu. Karena selama ini, mama kamu udah aku anggap seperti mamaku sendiri. Kamu santai aja, aku juga mau kamu semakin sukses. Memang nggak bisa dipungkiri, kalau aku masih sayang dan cinta sama kamu. Tapi, bukannya cinta nggak harus memiliki?" bantah Dessy kembali selicin belut.

“Ya udah terserah kamu aja. Sampaikan salam ke mama. Aku udah sampai bandara,” sahut Candra tak ingin membantah lagi dan menutup sambungan telepon.

Candra yang sangat paham dengan karakter Dessy yang tak akan menyerah hingga berhasil telah cukup dimengerti karena mereka berpacaran kelas 1 SMA hingga 3 SMA dan putus selesai lulus SMA saat Candra tidak melanjutkan kuliah dan itu membuat Dessy tahu kondisi keluarga Candra. Lalu wanita cantik itu memutuskan cinta kasih mereka usai SMA. Saat Dessy menyambangi rumah Candra yang berada dalam lingkungan kumuh dan Sukesih menjadi kuli cuci setrika pakaian pada beberapa orang kaya disekitar rumahnya.

Namun sejak Candra menjadi bintang figuran dan iklan selama 2 tahun, lelaki tampan itu tidak lagi membiarkan sang mama jadi kuli cuci dan setrika pakaian beberapa tetangga yang kaya dengan membelikan sebuah rumah dalam lingkungan perumahan. Hingga kerja keras Candra yang diawali hanya menjadi figuran, membuka keberuntungan lelaki tampan itu, saat dewi fortuna berpihak padanya menjadi bintang utama sinetron dan menjadi artis di saat Candra berusia 22 tahun dan kian melejit selama 3 tahun ini.

Sesampai di bandara, Candra langsung menghubungi Anjani yang tak terlihat batang hidungnya.

“Hey ... Gue udah sampe nih. Lo udah di mana?” tanya Candra celingukan di depan pintu keberangkatan domestik.

“Udah deket..., elo tunggu aja ya. Pasti tadi elo suruh ngebut abangnya kan?” tuduh Anjani.

“Iyee..., dari pada gue di damprat sama Om Teguh,” jawabnya.

“Bintang ... Lain kali jangan lah pakai acara ngebut gitu. Kasihan mama elo kalau terjadi apa-apa sama elo. Tadi elo udah pamit kan sama mama?” tanya Anjani yang selama mereka bersama-sama merintis karier sudah tahu kondisi Candra dan beberapa kali bertemu dengan Sukesih, mamanya Candra.

“Ya..., Gue udah pamit sama mama,” tutur Candra singkat.

“Siapa yang jaga di rumah sakit? Adek lo?” tanya Anjani kembali.

“Bukan adek gue ... Dia lagi banyak kegiatan di sekolahnya. Apalagi mau ujian akhir sekolah. Pokoknya adalah yang jaga,” ungkap Candra.

“Bukan Dessy kan?!" tanya Anjani penuh rasa curiga.

“Udah dulu ya, kalau elo masih lama gue mau cari sarapan dulu. Perut gue lapar. Byee....”

Candra sengaja tak menjawab apa yang ditanya Anjani. Karena selama ini, Candra banyak bercerita tentang Dessy apda Anjani, hingga membuat teman main filmnya itu, antipati pada gadis muda yang licik dan pintar bersilat lidah itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk semua pembaca setia Good Novel yang baik hati. Yukk lanjut ke babak selanjutnya di jamin seru. Mohon untuk kasih ulasan di bagian depan dengan bintang 5. Love You Sekebon. Terima kasih banyak(⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   THE END

    Langit Ubud pagi itu berwarna jingga lembut, menyapa sawah hijau yang membentang di depan vila kecil Jessica dan Andy. Aroma kopi Bali menguar dari dapur, bercampur dengan tawa riang seorang anak laki-laki yang berlari di halaman. Arjuna, yang kini berusia lima tahun, sedang mengejar kupu-kupu, rambut ikalnya berkibar tertiup angin. Wajahnya, dengan mata besar dan lesung pipi, mengingatkan pada seseorang dari masa lalu—Candra. Tapi bagi Jessica dan Andy, Arjuna adalah milik mereka, titik darah yang mereka rawat dengan cinta tanpa syarat.Jessica berdiri di teras, tangannya meraba perutnya yang kembali membulat. Kehamilan keduanya, kali ini benar-benar anak Andy, membawa kebahagiaan baru dalam hidup mereka. Ia tersenyum melihat Arjuna, yang kini berlari ke arah Andy yang baru keluar dari dapur dengan secangkir kopi di tangan.“Papi! Lihat, kupu-kupu!” seru Arjuna, tangannya menunjuk ke udara dengan penuh semangat.Andy tertawa, mengangkat Arjuna ke pundaknya. “Wah, Ju, kamu mau tangkap

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Rahasia Besar

    Malam di Ubud terasa lebih dingin dari biasanya, meski angin hanya bertiup pelan membawa aroma bunga kamboja. Jessica duduk di tepi ranjang, tangannya meraba perutnya yang semakin membulat. Pikirannya masih dipenuhi bayang-bayang Candra, kata-katanya yang penuh penyesalan, dan tatapan Andy yang teguh melindunginya. Di sisi lain ranjang, Andy sedang membaca dokumen ekspor, kacamatanya sedikit melorot di hidungnya. Ia sesekali melirik Jessica, tahu bahwa istrinya sedang bergulat dengan pikiran yang tak diucapkannya.“Jess, kamu nggak apa-apa?” tanya Andy lembut, meletakkan dokumennya ke meja samping ranjang.Jessica menoleh, tersenyum kecil untuk menenangkan suaminya. “Aku baik-baik aja, Andy. Cuma… aku nggak nyangka Candra bakal dateng ke sini. Aku pikir dia udah lupain aku, lupain semua yang pernah ada di antara kami.”Andy merangkak mendekat, tangannya meraih tangan Jessica, menggenggamnya erat. “Dia nggak punya hak atas kamu, Jess. Nggak atas kamu, nggak atas anak kita. Aku janji, a

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Candra mencari Jessica

    Langit Bali pagi itu cerah, awan tipis berarak pelan di cakrawala. Di vila kecil di pinggir Ubud, Jessica duduk di teras dengan secangkir teh jahe, tangannya sesekali mengusap perutnya yang kian membesar. Andy, yang baru selesai memeriksa dokumen bisnis di ruang kerja, keluar membawa sepiring pisang goreng. Ia meletakkan piring itu di meja kayu, lalu mencium kening Jessica dengan lembut.“Pagi, cantik. Ini camilan buat kamu sama Arjuna,” godanya, matanya berbinar.Jessica tersenyum lebar, memukul lengan Andy pelan. “Bunga, maksud kamu! Belum tentu Arjuna, lho. Eh, makasih, ya, pisangnya kelihatan enak.”Andy tertawa, duduk di samping Jessica sambil mengambil sepotong pisang. “Bunga atau Arjuna, yang penting sehat. Kamu udah ke dokter minggu ini, kan? Apa kata dokter?”“Semuanya baik-baik aja,” jawab Jessica, menyeruput tehnya. “Bayinya aktif, katanya. Mungkin nanti malah jadi penutup sawah kayak bapaknya, suka jalan-jalan di ladang.”Andy terkekeh, tangannya meraih tangan Jessica. “At

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   NIKAH!

    Langit Bali di senja hari berwarna jingga keemasan, menyapa Ubud dengan lembut. Angin sepoi-sepoi membelai dedaunan sawah yang mengelilingi vila kecil tempat Jessica berdiri. Wanita itu mengenakan kebaya putih sederhana, rambutnya digelung rapi dengan hiasan bunga melati yang harum. Ia menatap cermin kecil di tangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah langkah yang tepat. Di perutnya, anak yang kini berusia lima bulan tumbuh sehat, dan setiap tendangannya mengingatkan Jessica akan kehidupan baru yang menanti. Tapi di hatinya, bayang-bayang Candra masih sesekali muncul, meski kini hanya seperti angin lalu.Di sudut lain vila, Andy sedang mempersiapkan diri. Pria itu mengenakan beskap putih yang serasi dengan kebaya Jessica, wajahnya tenang tapi matanya penuh harap. Ia memandang ke arah sawah, mengingat percakapan panjangnya dengan Jessica tiga bulan lalu, saat ia tiba di Bali dengan hati penuh keberanian. Andy tak pernah membayangkan bahwa Jessica, wanita yang selama

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Andy Meminta Restu

    Langit Bali di pagi hari menyapa Jessica dengan lembut. Cahaya matahari menyelinap melalui celah-celah jendela vila kecil di Ubud, menggambar garis-garis emas di lantai kayu. Jessica duduk di teras, memegang cangkir teh jahe yang masih mengepul, menatap hamparan sawah yang berkilau oleh embun. Udara segar mengisi paru-parunya, dan untuk sesaat, ia merasa damai. Tapi di balik ketenangan itu, pikirannya masih bergulat dengan bayang-bayang Candra, Anjani, dan anak yang kini tumbuh di rahimnya. Ia menyentuh perutnya, berbisik pelan, “Kita bakal baik-baik aja, ya, Nak.”Di Jakarta, suasana berbeda menyelimuti Andy. Pria berusia 40 tahun itu duduk di kantornya yang sederhana, dikelilingi tumpukan dokumen ekspor-impor. Layar laptopnya menampilkan laporan keuangan, tapi matanya kosong, pikirannya melayang ke Jessica. Sudah dua hari sejak pesan singkatnya ke Jessica, dan balasan “Makasih, Andy. Aku bakal kabarin” masih terngiang di kepalanya. Ia tahu Jessica sedang terluka, dan meski ia hanya

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Pergi ke Bali

    Pagi di apartemen Jessica dan Candra terasa seperti ruang tanpa udara. Aroma kopi yang biasanya mengisi ruang tamu kini hilang, digantikan hawa dingin dan sunyi. Jessica duduk di sudut sofa, matanya sembab, menatap koper yang sudah ia siapkan semalam. Keputusannya bulat: ia akan pergi ke Bali, meninggalkan Jakarta, Candra, dan semua luka yang kini menggerogoti hatinya. Di tangannya, ia memegang tiket pesawat yang dipesan secara impulsif tengah malam, ketika air matanya tak lagi bisa dibendung.Berita tentang kehamilan Anjani, ditambah foto kebersamaan Candra dan Anjani yang dikirim Gendis, masih menghantui pikirannya. Jessica mencoba mengalihkan perhatian dengan memeriksa email terkait bisnis ekspor-impornya, tapi setiap kata di layar ponselnya terasa kabur. Pikirannya terus kembali ke Candra—pria yang ia pikir akan menjadi suaminya, tapi kini hanya menyisakan rasa sakit. Yang lebih membebani, Jessica baru saja mengetahui dirinya hamil. Anak Candra. Tapi ia memutuskan untuk merahasiak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status