Share

Ajakan Selingkuh

     “Keadaan nyonya Nadia semakin buruk, sebaiknya mulai sekarang dia di rawat di rumah sakit saja,” saran Jiyo, wanita paruh baya yang berprofesi sebagai dokter keluarga.

     Aliya terdiam sesaat sambil menatap Nadia yang tidak sadarkan diri, wajah Nadia yang pucat itu terlihat damai meski sebenarnya dia merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Selama ini, perempuan tersebut masih bisa berkeliaran di sekitar rumah karena dokter keluarga merawatnya secara pribadi.

     “Baiklah, apapun yang terbaik untuknya Dok,” balas Aliya menyetujui, sebenarnya dia tak berani mengambil keputusan tanpa persetujuan Arya. Namun, jika menyangkut kesehatan Nadia, sang suami jelas tidak menentang sama sekali.

     Wajah pria berusia 30 tahun itu tampak khawatir. Arya menarik napas dalam-dalam saat memasuki bangsal, matanya yang selalu tajam tiba-tiba melembut begitu melihat sosok wanita yang dicintainya terbaring lemah di ranjang pasien. Arya menghampirinya, lalu membungkuk dan langsung mengecup kening istrinya. Pagi-pagi buta dia rela pulang dari luar negri meninggalkan kepentingan bisnisnya begitu mendengar istri pertamanya di larikan ke rumah sakit.   

     “Buka matamu Nadia, ini aku di sini menemanimu,” bisik Arya di dekat telinga Nadia, tapi wanita itu tetap tidak membuka matanya.

     Tatapan Arya tiba-tiba beralih pada Aliya yang kini duduk di sofa di sudut ruangan. Tatapan lembutnya tadi berubah tajam kembali. Matanya melotot sempurna dengan kedua alis yang bertaut.

     "Ini gara-gara kau tidak becus merawatnya! Belakanga ini Nadia terlambat meminum obatnya karena kau sering mengunci diri di kamarmu! Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, maka aku tidak akan memaafkanmu!" kecam Arya, pria itu malah menuduh Aliya dengan kasar seolah-olah wanita itu tidak berguna sebagai pembantu.

     Aliya lantas menundukkan kepala, bukan rasa bersalah yang kini memenuhi ruang hatinya melainkan rasa kesal begitu dalam. Dia semakin muak terus di perlakukan rendah seperti ini, dia sangat ingin melawan. Tapi nyalinya selalu menciut karena teriakan dan sorot mata tajam suaminya.

     “Maaf Mas. Belakangan ini badanku kurang sehat jadi—“

     “Tidak usah banyak alasan! Kau bahkan masih bisa berdiri tegak, dasar pemalas!”

     Melihat suaminya sama sekali tak peduli padanya membuat hatinya terasa sakit. Arya seperti mata pisau paling tajam yang selalu melukai hatinya. Manik matanya kembali berkaca-kaca menahan segala kesedihannya, sebelum air matanya benar-benar menetes, Aliya segera meninggalkan bangsal tempat Nadia dirawat.

     Berjalan menjauh sampai menemukan sebuah taman di tengah-tengah rumah sakit. Setelah mendudukkan tubuhnya di kursi taman, Aliya memilih menumpahkan air matanya, namun tiba-tiba terdengar suara pria yang familiar di telinga.

     "Sampai kapan kamu akan membiarkan air mata jatuh di wajah cantikmu itu?"

     Mata Aliya membelalak lebar dengan jantung yang berdebar kencang menatap pria yang sama sekali tidak ingin ditemuinya lagi itu.

     “Tolong jangan pernah temui aku lagi!” teriak Aliya, hendak segera pergi tapi Jevan lebih cepat mencegah tanganya.

     Perlahan Jevan melangkah mendekat, memperpendek jarak di antara mereka hingga Aliya menegang di tempatnya. Apalagi seringaian muncul di wajah pria tampan itu.

     “Memang benar aku telah mengikutimu Aliya. Bisa di bilang, aku mulai terobsesi padamu sejak tubuhmu yang luar biasa itu telah memuaskan hasratku.” matanya menelisik tubuh Aliya yang terbalut dress selutut itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

     Dan kaki Aliya pun langsung melemas. Bahkan Aliya harus berpegangan pada sandaran kursi taman agar tubuhnya tidak oleng. Jantungnya masih berdebar tak karuan juga tubuhnya gemetar hebat.

     “Maaf! Aku tidak punya waktu untuk menanggapi pria gila dengan pikiran mesum sepertimu!” pekik Aliya kesal dan langsung menarik kasar tanganya. Lalu segera melangkah cepat meninggalkan Jevan.

     Aliya berusaha menghindari Jevan, kakinya terus melangkah tanpa tujuan, kemanapun asal menjauh dari Jevan. Rasanya risih karena sejak malam itu Jevan terus menganggu akal pikiran dan hatinya. Ya, seperti ada suatu perasaan yang aneh, sulit di artikan karena Jevan memberikan apa yang tidak suaminya berikan yaitu nafkah batin. Hal itupun yang membuat Aliya mengurunkan niatnya untuk melaporkan perilaku bejat Jevan ke pihak berwajib.

      “Kesempatan terkadang tidak datang dua kali Aliya!” teriak Jevan yang ternyata masih mengikuti kemanapun Aliya pergi.

     Aliya menoleh ke belakang di mana Jevan tengah menatapnya dengan tatapan lembut. Bahkan, sudut bibir Jevan mengembang sempurna menampakkan deretan putih giginya, membuat paras tampannya terlihat begitu indah karena perpaduan antara manis dan tampan sekaligus memanjakan mata siapapun yang memandangnya.

     Tanpa sadar Aliya terbuai, dia langsung menggelengkan kepalanya untuk mengalihkan fokusnya agar tidak terjerumus lebih dalam pada pesona Jevan. Hingga suara berat Jevan kembali terdengar.

     “Maksudku, apa kau yakin ingin aku menghindar? Apa kau yakin ingin tetap setia pada suami yang tak memedulikanmu itu?”

     Setelah mengatakannya, senyum miring tersungging di bibir Jevan. Dia kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana hitam yang dia kenakan hari ini.

     Jevan melangkah mendekati Aliya. Keduanya berada di koridor belakang rumah sakit yang kebetulan sepi. Dan entah mengapa Aliya tak berniat menghindar lagi melainkan mendongakkan kepala membalas tatapan lembut dari netra mata coklat Hazel Jevan. Sosoknya yang tinggi dan Aliya hanya sebahunya membuat Aliya harus mendongak dengan extra.

     “Kenapa tidak berpaling pada orang lain saja?” usul Jevan seraya menunduk hingga jarak wajah mereka begitu dekat, bahkan Aliya pun bisa merasakan hangat nafasnya. “Aku bisa membuatmu nyaman, aku juga bisa memuaskanmu di ranjang. Bahkan, kau bisa mencoba menghabiskan uangku yang tak terbatas. Dan yang lebih penting aku bisa memberimu cinta dan kasih sayang. Jadi, bisakah kita berhubungan lebih dekat lagi?”

     Tentu Aliya terhenyak dengan ajakan Jevan. Walau terdengar kurang ajar. Namun, Suara Jevan seolah menusuk menembus akal sehatnya. Cinta dan kasih sayang,  kata itu mengandung suatu hal yang selama ini ia dambakan. Tetap saja Aliya mendengus kasar serta menghela napas begitu panjang menanggapinya.

     “Jadi, maksudnya kau mengajakku berselingkuh?” sorot matanya seketika menajam.

     “Kau benar. Selingkuhlah denganku!”

    

    

    

     

    

    

    

     

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status