Share

Ajakan Selingkuh

Author: Meylda
last update Last Updated: 2023-03-16 13:24:50

     “Keadaan nyonya Nadia semakin buruk, sebaiknya mulai sekarang dia di rawat di rumah sakit saja,” saran Jiyo, wanita paruh baya yang berprofesi sebagai dokter keluarga.

     Aliya terdiam sesaat sambil menatap Nadia yang tidak sadarkan diri, wajah Nadia yang pucat itu terlihat damai meski sebenarnya dia merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Selama ini, perempuan tersebut masih bisa berkeliaran di sekitar rumah karena dokter keluarga merawatnya secara pribadi.

     “Baiklah, apapun yang terbaik untuknya Dok,” balas Aliya menyetujui, sebenarnya dia tak berani mengambil keputusan tanpa persetujuan Arya. Namun, jika menyangkut kesehatan Nadia, sang suami jelas tidak menentang sama sekali.

     Wajah pria berusia 30 tahun itu tampak khawatir. Arya menarik napas dalam-dalam saat memasuki bangsal, matanya yang selalu tajam tiba-tiba melembut begitu melihat sosok wanita yang dicintainya terbaring lemah di ranjang pasien. Arya menghampirinya, lalu membungkuk dan langsung mengecup kening istrinya. Pagi-pagi buta dia rela pulang dari luar negri meninggalkan kepentingan bisnisnya begitu mendengar istri pertamanya di larikan ke rumah sakit.   

     “Buka matamu Nadia, ini aku di sini menemanimu,” bisik Arya di dekat telinga Nadia, tapi wanita itu tetap tidak membuka matanya.

     Tatapan Arya tiba-tiba beralih pada Aliya yang kini duduk di sofa di sudut ruangan. Tatapan lembutnya tadi berubah tajam kembali. Matanya melotot sempurna dengan kedua alis yang bertaut.

     "Ini gara-gara kau tidak becus merawatnya! Belakanga ini Nadia terlambat meminum obatnya karena kau sering mengunci diri di kamarmu! Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, maka aku tidak akan memaafkanmu!" kecam Arya, pria itu malah menuduh Aliya dengan kasar seolah-olah wanita itu tidak berguna sebagai pembantu.

     Aliya lantas menundukkan kepala, bukan rasa bersalah yang kini memenuhi ruang hatinya melainkan rasa kesal begitu dalam. Dia semakin muak terus di perlakukan rendah seperti ini, dia sangat ingin melawan. Tapi nyalinya selalu menciut karena teriakan dan sorot mata tajam suaminya.

     “Maaf Mas. Belakangan ini badanku kurang sehat jadi—“

     “Tidak usah banyak alasan! Kau bahkan masih bisa berdiri tegak, dasar pemalas!”

     Melihat suaminya sama sekali tak peduli padanya membuat hatinya terasa sakit. Arya seperti mata pisau paling tajam yang selalu melukai hatinya. Manik matanya kembali berkaca-kaca menahan segala kesedihannya, sebelum air matanya benar-benar menetes, Aliya segera meninggalkan bangsal tempat Nadia dirawat.

     Berjalan menjauh sampai menemukan sebuah taman di tengah-tengah rumah sakit. Setelah mendudukkan tubuhnya di kursi taman, Aliya memilih menumpahkan air matanya, namun tiba-tiba terdengar suara pria yang familiar di telinga.

     "Sampai kapan kamu akan membiarkan air mata jatuh di wajah cantikmu itu?"

     Mata Aliya membelalak lebar dengan jantung yang berdebar kencang menatap pria yang sama sekali tidak ingin ditemuinya lagi itu.

     “Tolong jangan pernah temui aku lagi!” teriak Aliya, hendak segera pergi tapi Jevan lebih cepat mencegah tanganya.

     Perlahan Jevan melangkah mendekat, memperpendek jarak di antara mereka hingga Aliya menegang di tempatnya. Apalagi seringaian muncul di wajah pria tampan itu.

     “Memang benar aku telah mengikutimu Aliya. Bisa di bilang, aku mulai terobsesi padamu sejak tubuhmu yang luar biasa itu telah memuaskan hasratku.” matanya menelisik tubuh Aliya yang terbalut dress selutut itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

     Dan kaki Aliya pun langsung melemas. Bahkan Aliya harus berpegangan pada sandaran kursi taman agar tubuhnya tidak oleng. Jantungnya masih berdebar tak karuan juga tubuhnya gemetar hebat.

     “Maaf! Aku tidak punya waktu untuk menanggapi pria gila dengan pikiran mesum sepertimu!” pekik Aliya kesal dan langsung menarik kasar tanganya. Lalu segera melangkah cepat meninggalkan Jevan.

     Aliya berusaha menghindari Jevan, kakinya terus melangkah tanpa tujuan, kemanapun asal menjauh dari Jevan. Rasanya risih karena sejak malam itu Jevan terus menganggu akal pikiran dan hatinya. Ya, seperti ada suatu perasaan yang aneh, sulit di artikan karena Jevan memberikan apa yang tidak suaminya berikan yaitu nafkah batin. Hal itupun yang membuat Aliya mengurunkan niatnya untuk melaporkan perilaku bejat Jevan ke pihak berwajib.

      “Kesempatan terkadang tidak datang dua kali Aliya!” teriak Jevan yang ternyata masih mengikuti kemanapun Aliya pergi.

     Aliya menoleh ke belakang di mana Jevan tengah menatapnya dengan tatapan lembut. Bahkan, sudut bibir Jevan mengembang sempurna menampakkan deretan putih giginya, membuat paras tampannya terlihat begitu indah karena perpaduan antara manis dan tampan sekaligus memanjakan mata siapapun yang memandangnya.

     Tanpa sadar Aliya terbuai, dia langsung menggelengkan kepalanya untuk mengalihkan fokusnya agar tidak terjerumus lebih dalam pada pesona Jevan. Hingga suara berat Jevan kembali terdengar.

     “Maksudku, apa kau yakin ingin aku menghindar? Apa kau yakin ingin tetap setia pada suami yang tak memedulikanmu itu?”

     Setelah mengatakannya, senyum miring tersungging di bibir Jevan. Dia kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana hitam yang dia kenakan hari ini.

     Jevan melangkah mendekati Aliya. Keduanya berada di koridor belakang rumah sakit yang kebetulan sepi. Dan entah mengapa Aliya tak berniat menghindar lagi melainkan mendongakkan kepala membalas tatapan lembut dari netra mata coklat Hazel Jevan. Sosoknya yang tinggi dan Aliya hanya sebahunya membuat Aliya harus mendongak dengan extra.

     “Kenapa tidak berpaling pada orang lain saja?” usul Jevan seraya menunduk hingga jarak wajah mereka begitu dekat, bahkan Aliya pun bisa merasakan hangat nafasnya. “Aku bisa membuatmu nyaman, aku juga bisa memuaskanmu di ranjang. Bahkan, kau bisa mencoba menghabiskan uangku yang tak terbatas. Dan yang lebih penting aku bisa memberimu cinta dan kasih sayang. Jadi, bisakah kita berhubungan lebih dekat lagi?”

     Tentu Aliya terhenyak dengan ajakan Jevan. Walau terdengar kurang ajar. Namun, Suara Jevan seolah menusuk menembus akal sehatnya. Cinta dan kasih sayang,  kata itu mengandung suatu hal yang selama ini ia dambakan. Tetap saja Aliya mendengus kasar serta menghela napas begitu panjang menanggapinya.

     “Jadi, maksudnya kau mengajakku berselingkuh?” sorot matanya seketika menajam.

     “Kau benar. Selingkuhlah denganku!”

    

    

    

     

    

    

    

     

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Cinta Istri Kedua   Ketulusan yang Dicemburui

    Kedua mata Arya memang tertutup rapat, tetapi dia sepenuhnya sadar akan rasa sakit akibat luka yang menusuk-nusuk kulitnya dan badannya yang terasa remuk. Luka di pelipisnya, selebar lima sentimeter, kini sudah dijahit, meskipun rasa sakitnya masih terasa. Untungnya, lukanya tidak sampai menyebabkan gegar otak. Ada pula luka di bagian kaki dan lengan akibat tergores aspal. Yang parah, kakinya mengalami patah tulang dan dipastikan dia tidak akan bisa berjalan, meskipun tidak permanen. Dokter pun menyarankan perawatan maksimal. Dokter menjelaskan bahwa Arya harus menjalani berbagai tindakan perawatan, seperti reposisi atau penyusunan kembali tulang. Kemudian, untuk menjaga tulang dalam posisi yang benar, akan dipasang gips. Pengobatan untuk menetralisir rasa nyeri juga akan dilakukan, dan dilanjutkan dengan rehabilitasi. Aliya, sebagai pihak keluarga, tentu menyetujui keputusan yang diberikan oleh dokter. Soal biaya, tidak perlu khawatir karena suaminya memiliki asuransi kesehatan bisn

  • Noda Cinta Istri Kedua   Masih Ada Rasa

    "Kita akan mengetahuinya setelah kau ikut pulang bersamaku Aliya." Arya menggenggam kedua tangan Aliya dan menatapnya serius untuk meyakinkannya. "Tidak! Aku bukan wanita bodoh, aku tidak akan kembali dan terluka lagi Mas, kita harus bercerai!" Aliya langsung menarik tangan dari genggamannya, berjalan cepat meninggalkan Arya yang terpaku atas penolakan. "Kumohon Aliya! Ayah dan ibuku memaksaku menikah lagi dan segera punya keturunan, aku… maafkan aku karena tak mengakuimu Aliya. Aku berjanji setelah kita pulang nanti semuanya akan berbeda!" Langkah Aliya terhenti, tangannya tiba-tiba mengepal menahan rasa sesak yang lagi-lagi timbul dalam hati, ia sudah menduga jika akan kecewa lagi dan lagi. Arya jelas sekali mengatakan jika permohonan itu bukan murni muncul dalam lubuk hatinya melainkan hanya sebuah perintah dari orang tuanya. Aliya berbalik, menatap pria yang masih sah suaminya itu dengan tatap nanar. Bibirnya mengulas senyum samar yang dipaksakan.

  • Noda Cinta Istri Kedua   Keputusan Labil

    Para pekerja di kantor pada heboh melihat Aliya kembali bekerja, mereka menelisiknya penuh tanda tanya karena mereka sangat penasaran kenapa dia tiba-tiba keluar kerja dan sekarang kembali lagi bekerja. Hal yang lebih heboh adalah, mereka kaget bukan main karena Aliya datang ke kantor semobil dengan CEO perusahaan, Jevan. “Aliya!” Pekik Caca kegirangan saat Aliya tengah berjalan menuju ruang kerjanya, dia adalah rekan kerja yang dapat diandalkan dan sudah baik padanya selama ini, Caca dengan antusias menghambur memeluk tubuh Aliya dengan erat seolah mengobati rindu sudah lama tak berjumpa. “Kangen banget tau, hei ponselmu tuh buat apa sih! Ada apa-apa ngak kabar-kabar, aku khawatir tau Al!” protes Caca masih memeluk Aliya dengan erat. Jangan tanya di mana Jevan berada, setelah memarkirkan mobilnya, dia di sambut dengan para asistennya dan langsung bergegas bekerja meninggalkan Aliya sendirian. Yah, ia memakluminya karena pria itu termasuk orang yang gila bekerja.

  • Noda Cinta Istri Kedua   Ingin Bercerai

    “Ada hal penting yang ingin ayah bicarakan denganmu,” Adikara membuka suara di tengah-tengah suasana sarapan pagi saat mereka semua berkumpul di ruang makan. Setelah sesuap nasi dan lauk pauk masuk ke dalam mulutnya, Arya menaruh perlahan sendok yang semula ada di genggaman untuk berhenti sejenak terlebih dahulu dari aktivitas makannya, menggeser piringnya untuk meletakkan kedua tangan yang terlipat rapi di atas meja makan. Arya menatap ayahnya dengan rasa penasaran. “Ya Ayah, apa yang ingin Anda sampaikan?” Adikara termenung terlebih dahulu sebelum mengutarakan apa yang akan dia sampaikan, merangkai kata yang tepat agar putranya menerima ucapannya dan mematuhinya dengan segera. Tanpa basa-basi dia akhirnya membuka suaranya lagi. “Ayah pikir sudah saatnya kau memikirkan kembali tentang keturunan.” Ucapan itu bagai sebuah tuntutan yang tiba-tiba menyerang hatinya yang masih bersedih dan berduka atas kematian istrinya. “Apa yang ayah katakan! Istri saya baru saja m

  • Noda Cinta Istri Kedua   Masa Lalu Kelam

    Ciumannya terasa semakin dalam dan liar. Jevan seperti hewan buas yang kini melahap Aliya dengan rakus. Lidahnya bahkan menerobos masuk seakan mengoyak dan mengobrak-abrik mulut Aliya. “Jevan hentikan!” pekik Aliya di sela-sela menarik nafas saat Jevan memberinya kesempatan. Aliya tampak megap-megap karena pungutan Jevan jauh dari kata lembut, pria di atasnya itu kembali menciumnya dengan brutal sampai bibir Aliya berdarah. Ciumannya turun ke leher dan meninggalkan bekas kemerahan di sana. “Sadarlah kau mabuk!” kali ini Aliya berteriak lebih keras karena Jevan perlahan menyusuri area sensitifnya. “Jevan!” Aliya kehilangan kesabaran, tangannya melayang di udara menampar Jevan dengan keras agar pria mabuk itu menghentikan aksinya. “Akh!” pria itu meringis kesakitan sembari mengusap pipinya yang panas. Pandangannya masih sayu, akal sehatnya perlahan-lahan mulai kembali. Namun bersamaan dengan itu, kepalanya berdenyut tak karuan bercampur perutn

  • Noda Cinta Istri Kedua   Nama Wanita Lain

    “Tidak Mah, biar kupanggilkan pembantu yang lain. Dia tugasnya memasak,” ucap Arya dengan datar, menatap Aliya yang masih membeku di tempatnya dengan mengisyaratkan mata seolah dalam perkataannya wanita itu harus menaati perintahnya barusan. Aliya membalas tatapan itu dengan matanya yang memerah menahan bulir-bulir air mata, tangannya mengepal erat. Disebut sebagai pembantu membuat harga dirinya jatuh sedalam jurang yang paling dalam. Dirinya menggeleng menandakan dia tak mau melaksanakan perintah suaminya. “Aku bukan pembantu, aku nyonya besar di rumah ini!” teriak Aliya di dalam hatinya, rasanya ia ingin menyuarakan hal tersebut sekeras-kerasnya di depan keluarga Arya. Saat amarah masih menguasai hatinya, Aliya dapat merasakan langkah tegas Arya mendekat padanya, kemudian tangannya yang terkepal seketika di genggam oleh Arya dan pria itu menariknya menjauh dari ruang tamu, menjauh dari keluarga yang dia hormati. “Jangan pernah mengaku pada mereka jika kau ist

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status