Home / Romansa / Noda Di Balik Hijab Humairah / Bab 3. Noda Di Balik Hijab Humairah 1

Share

Bab 3. Noda Di Balik Hijab Humairah 1

Author: Mommy QieS
last update Last Updated: 2025-08-30 13:25:37

"Dasar CEO menyebalkan! berani-beraninya dia mengancamku. Awas saja aku akan berbuat kerusuhan di kantornya. Dengan begitu ia akan melepaskanku," gumam Humairah sembari mengenakan gamis berikut kerudung yang dibelikan oleh Abian padanya.

"Mau secantik apapun hijab ini melekat di tubuhku, tetap saja aku sudah ternoda. Rasanya aku seperti seorang pendosa yang berusaha menutup aib sendiri," gumam gadis itu dengan memoles sedikit pelembab bibir agar tidak terlihat pucat pasi pada saat masuk ke kantor.

Noda di balik hijab Humairah memang lah tidak akan bisa kembali suci. Karena mahkota berharganya telah terenggut dengan paksa. Hatinya begitu sangat tersayat dengan keadaan tersebut.

Humairah berasa menjadikan hijab yang ia kenakan untuk menutupi aibnya. Tetapi, mau bagaimana lagi gelas kaca yang sudah retak tidak mungkin kembali utuh seperti semula. Tentu saja air suci dan bening akan terlihat tak sempurna karenanya.

"Arghhhh, aku benci diriku sendiri!" teriak Humairah. Hidupnya benar-benar telah hancur berkeping-keping.

Apalagi, Minggu depan keluarga dari ustadz Ammar akan segera mengkhitbahnya. Tentu saja dia merasa sangat bersalah dan berdosa dua kali lipat jika saja sampai menyembunyikan aib tersebut.

"Ya Allah, mengapa nasibku begitu sangat malang sekali!" Humairah tak henti-hentinya merutuki kebodohan diri sendiri.

"Andai saja semalam aku tidak ikut party di sini, tentunya semua ini tidak akan pernah terjadi."

Rasanya Humairah ingin sekali menghilang dari perut bumi. Tetapi, ia tidak tahu harus berlabuh kemana. Hatinya terlalu sakit jika harus menghindari kenyataan yang ada.

Gadis itu pun meraih tas selempangnya yang semalam sudah berserakan di lantai gara-gara terlalu menikmati manisnya cinta satu malam bersama pimpinan perusahaan mereka sendiri.

"Astaghfirullah, banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab?" Humairah sampai ternganga.

Di sana ada panggilan telfon dari abah dan umma-nya, juga Aluna sang sahabat. Yang lebih menyesakkan dada lagi ustadz Ammar yang jarang sekali bertukar pesan dengannya. Tiba-tiba menghubungi dengan isi pesan penuh kekhawatiran.

Assalamu'alaykum, Ukhti. Anti di mana? Ana dan juga keluargamu mencari keberadaanmu ~ Ammar Fathan Syaifullah.

Isi pesan W******p dari Ustadz Ammar sontak membuat Humairah tak nyaman. Dia merasa berdosa dengan pria yang digadang-gadangkan akan menjadi calon suaminya itu.

"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? ustadz Ammar begitu sangat mengkhawatirkan keadaanku. Kalau begini aku akan terkena masalah besar." Humairah sampai mengigit bibir sendiri.

Rasanya gadis berhijab itu ingin cepat-cepat menghilang dari planet bumi dan terbang menuju planet mars agar tak seorang pun dapat mengejarnya.

Dari sekian banyak isi pesan masuk dan panggilan orang-orang yang mengasihinya tak satu pun panggilan telfon dan isi pesan mereka yang dibalas oleh Humairah. Gadis itu kebingungan harus melakukan apa.

"Aluna?"

Humairah pun akhirnya mengangkat sambungan ponsel sang sahabat. Dia tidak tahu lagi harus mengadu kemana. Apalagi waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia ingin ambil libur kerja, tapi Abian sang CEO menyebalkan tersebut telah membatasi kebebasannya.

"Assalamu'alaykum kamu di mana, Mairah? kau tahu hari ini aku harus mengerjakan tugas di gudang secara dobel. Mana seniornya galak minta ampun. Istirahat sebentar saja diomelin. Untung aku bisa beralasan dengan kebelet pipis. Kalau tidak aku bakal jadi robot berjalan karena perintahnya yang tidak masuk akal," omel Aluna tanpa titik koma.

"Hari ini yâng memberikan pengarahan adalah nenek lampir. Dia sok-sokan jadi kepala gudang, padahal hanya ditugaskan untuk mewakili. Karena kepala bagian gudang ada urusan penting lain. Kalau tidak ada secuil iman di hati sudah aku sobek-sobek tu mulut nenek lampir," oceh Aluna lagi.

"Wa'alaykumussalam warramahtullahi. Kamu dari tadi bicaranya tanpa titik koma. Bahkan, aku belum sempat menjawab salammu. Hari ini aku telat ke kantor," jawab Humairah dengan begitu elegan.

Padahal, gadis itu sedang menyembunyikan kemelut hidupnya yang begitu sangat menyedihkan. Tetapi, ia tidak mungkin mengatakan pada sang sahabat jika semalam dia telah melakukan perbuatan dosa bersama atasan mereka sendiri.

"Eh, tunggu dulu! semalam kamu menghilang kemana? Aku tunggu-tunggu sampai pukul setengah sebelas malam tak nampak sekali batang hidungmu. Akhirnya aku pulang nebeng dengan asisten Reza. Teman-teman kantor yang lain sudah pulang duluan. Aku pun terpaksa berbohong pada abah dan ummamu jika kamu menginap di kost-anku," oceh Aluna panjang lebar.

"A-aku pulang duluan naik taksi! kepalaku pusing. Aku tidak pulang ke rumah. Aku tidak ingin membuat abah dan umma khawatir. Apalagi sudah larut malam," kilah Humairah yang terdengar tidak masuk akal.

"Jangan bilang jika kamu menginap di hotel dengan mas bule?" teriak Aluna. Gadis itu memang fans berat bule sejati.

"Aku bukan kamu yang mudah terobsesi pria bule. Ustadz Ammar saja sudah cukup untukku!" kilah Humairah dengan menutupi segala luka hatinya.

''Ciyeee, yang sebentar lagi akan dilamar ustadz!" goda Aluna yang tidak menyadari noda di balik hijab Humairah telah menghalangi gadis itu untuk meraih kebahagiaan.

"Sudah, jangan bahas yang aneh-aneh lagi. Aku baik-baik saja. Aku semalam tidur di penginapan. Kepala ku pusing melihat suasana pesta yang meriah. Terimakasih sudah menutupi aibku, m-maksudku terimakasih karena sudah memberitahukan abah dan umma jika aku menginap di tempatmu," ungkap Humairah dengan sedikit gugup.

Hampir saja gadis itu keceplosan atas musibah yang telah menimpanya. Tetapi, sebisa mungkin dia berusaha menyangkal agar Aluna tidak menaruh curiga.

"Ya sudah, cepetan ke kantor! aku rasa kamu akan mendapatkan surat peringatan satu karena datang terlambat. Mana sudah pukul sembilan. Berasa sekali seperti kantor nenek moyangmu. Untung kerjanya hanya bagian gudang," omel Aluna atas kecerobohan sang sahabat.

"Aku juga ingin izin hari ini, tapi CEO gila itu memaksaku untuk tetap masuk kerja. Rasanya ingin aku lenyapkan dia dari atas muka bumi," oceh Humairah tanpa sadar.

"M-maksudnya, C-CEO? Jangan bilang jika kamu ada main dengan pak Abian? katanya tidak ingin tahu bagaimana bentuk rupa CEO perusahaan kita, tetapi nyatanya kamu nyosor duluan," tebak Aluna sesuka hati.

"Aku tidak kenal pak Abian. Aku hanya asal ngucap saja. Sudah, jangan dibahas lagi! Dua puluh menit dari sekarang aku sudah sampai ke kantor."

Humairah mematikan sambungan ponsel mereka. Dia lebih memilih untuk tidak meladeni Aluna. Karena ia sangat tahu jika sahabatnya itu suka sekali menguliti tentang kehidupan pribadinya.

Humairah pun gegas keluar dari hotel yang menjadi saksi hilangnya mahkota berharga yang sudah selama dua puluh satu tahun ini dia jaga dengan baik. Dia pun terpaksa masuk ke dalam mobil yang telah diutus untuk menjemputnya.

"Gila! aku sudah seperti nona besar saja!" gumam Humairah sembari menggeleng pelan.

Gara-gara hasr4t satu malamnya bersama sang CEO, sontak merubah kehidupannya yang semula damai sentosa menjadi berisik dan penuh sandiwara.

Humairah termangu sembari mengusap-usap layar ponsel. Rasanya ia begitu lelah meskipun berada di dalam mobil berkelas dan ber AC. Jika bisa memilih, gadis itu lebih baik menjaga booth roti bakar milik sang aba daripada harus terikat dengan pria asing yang sama sekali tidak disukainya.

"Ustadz Ammar! Angkat tidak ya?" gumam Humairah saat pria yang kerap kali ia sebutkan dalam do'an tersebut melakukan panggilan telfon padanya.

"Assalamu'alaykum, Ukhti. Anti di mana?" sapa Ammar dengan perasaan tak tenang.

"Wa'alaykumussalam warramahtullahi, ana baik-baik saja ustadz. Sekarang sedang dalam perjalanan menuju kantor," sahut Humairah dengan perasaan gugup yang berlipat-lipat.

"Maa syaa Allah, dari sejak semalam ana begitu mengkhawatirkan anti. Syukurlah, jika kamu baik-baik saja. Insya Allah jika kita sudah menikah nanti kamu tidak usah bekerja lagi. Cukup jadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anak kita," ungkap ustadz Ammar penuh pengharapan.

Deghhh.

Jantung Humairah rasanya ingin berpindah tempat saat mendengar pernyataan ustadz Ammar barusan. Dia merasa speechless sendiri. Ustadz tampan itu terlalu sempurna untuk disakiti.

Noda di balik hijab Humairah, membuat gadis itu begitu tak pantas bersanding dengan ustadz tampan tersebut. Ingin menolak saat ini juga, tetapi lisannya terlalu keluh untuk berucap.

"Maafkan aku ustadz!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 11. Tertidur Di Ranjang Sang CEO

    Humairah pun tak sanggup menahan kantuknya. Dia pun akhirnya tertidur di ranjang sang CEO. Niat hati ingin kembali pulang tidak terlaksanakan gadis itu justru terlelap bak putri tidur. "Kamu cantik sekali, Baby. Demi apapun aku harus bisa mendapatkanmu. Di sini akan ku pastikan lahir benihku. Dengan begini aku bisa lepas dari wanita ular itu. Toh, baru pertunangan dan rancangan pernikahan. Belum ijab qobul juga." Abian berbicara sendiri. Ia pun duduk di samping Humairah yang sedang terlelap. Diusapnya pipi mulus gadis yang telah memberikannya keh4ngatan semalam. Senyuman tipis terbingkai indah di bibir Abian. Rasanya ia ingin kembali mengulang indahnya cinta semalam. Cuppp. Kecupan lembut pun menempel di bibir ranum Humairah. Dia tidak menyadari jika Abian kembali mencuri kecupannya. Abian yâng awam dalam ilmu agama tidak memahami jika apa yang ia lakukan tersebut adalah dosa besar karena menyentuh wanita yang tak halal untuk dia sentuh. "Aku harus menjadikannya tawanank

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 10. Diam-diam Mengagumi Humairah

    Humairah merasakan jantungnya berdebar kencang saat tak sengaja kedua telapak tangannya menyentuh dada bidang Abian yâng begitu sigap menarik tubuhnya agar tidak ambruk ke lantai. Dunia bagaikan dejavu saat tatapan keduanya saling bertemu pandang. Siluet kehangatan satu malam kembali terngiang di benak dua insan yang belum halal saling meluahkan tersebut. "Sepertinya aku sudah gila!" bisikan hati Humairah. Rasanya gadis itu ingin sekali menghilang ke planet mars. Dia cukup malu tinggal di muka bumi saat pikiran mesum terlintas dalam benaknya. "Apa artinya hijab yang aku kenakan, jika itu tak mampu menjaga marwahku sebagai wanita muslimah. Siang malam aku sujud di atas sajadah mengagungkan nama sang pencipta, nyatanya hatiku kotor karena percikan noda dosa yang tidak bisa aku hapuskan begitu saja dari hidupku," batin Humairah penuh sesal. Gadis itu pun kembali menyadari kemelut satu malam yang terjadi semalam. Sehingga rasa kagum terhadap Abian barusan tertutupi oleh kebenci

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 9. Biang Kerok Di Balik Malam Party

    "Itu suara apa?" tanya Celline yang baru akan melangkahkan kakinya keluar pintu. "Bukan apa-apa. Sekarang kau pergilah!" Abian menggertak Celline agar segera meninggalkannya. "Ta-tapi, aku harus melihat keadaan di dalam ruangan pribadimu. Jangan bilang kamu_ "Jangan berpikir terlalu jauh! Sekarang pergilah! kau bebas melakukan sesuatu sesuka hatimu," ujar Abian dengan raut wajah tenang. Padahal, Abian tidak ingin Celline sampai mengetahui jika di dalam ruangannya ada Humairah. Gadis yang semalam sudah membangkitkan gairahnya berkali-kali lipat. "Aku harap kamu bisa menjaga hati dan pandangan hanya untukku. Ingat! Aku calon istrimu. Sebentar lagi kita akan menikah." Celline memberikan sebuah ancaman pada Abian. Namun sayang sekali pria itu tetap terlihat tenang. Celline pun pergi dengan perasaan kesal. Dia merasa gagal karena belum bisa mengambil ciuman Abian. "Awas saja, aku akan mencari cara untuk bisa tidur satu ranjang denganmu, Mas. Semalam aku gagal membersamaimu.

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 8. Tidak Cinta Tapi Cemburu

    "Ini tetap menjadi urusanku, Mas. Kamu adalah calon suamiku. Itu berarti aku harus tahu siapa saja wanita yang masuk ke ruang kerjamu selain sekretaris Fransiska," tekan Celline dengan perasaan kesal terhadap Abian. "Jika kamu hanya ingin mengusik pekerjaanku, lebih baik kamu keluar saja! Banyak berkas-berkas yang harus aku tanda tangani hari ini." Abian terlihat tenang. Dia sama sekali tidak takut andai kata Celline mengakhiri pertunangan mereka dengan baik-baik. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu jujur mengenai wanita yang kini kau jadikan rekan kerja istimewa tersebut. Aku mendengar dari orang lain jika kamu menjadikan karyawan wanita sebagai sekretaris bayanganmu." Celline masih bersikeras agar Abian memberikan penjelasan yang akurat padanya. "Aku di sini adalah seorang pimpinan perusahaan. Aku berhak mempekerjakan siapapun di sini. Kamu atau siapapun tidak berhak untuk mencampuri urusan pekerjaanku. Lagian kita pun belum menikah. Jadi, kau tidak punya hak membatasi pekerj

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 7. Kecemburuan Abian

    "Apa yang terjadi!" seru Abian. Dia pun menyusul Humairah menuju ruang khusus dapur pribadinya. Pria bewokan tersebut nampak terkejut saat melihat Humairah tergeletak di dapur. Untung saja gadis tersebut belum sempat menyeduh air panas. Kalau tidak mungkin dia akan ketumpahan air tersebut, karena tiba-tiba ambruk. "Gadis itu! Dia pingsan!" Abian gegas mengangkat tubuh mungil Humairah. Hatinya tak rela jika melihat gadis yang telah menyentuh hatinya tersebut terkapar. "Bangun, Baby! Mengapa kamu suka sekali membuat spot jantungku? Maafkan aku karena telah mengabaikanmu. Aku tidak bermaksud membuatmu terlalu kelelahan!'' Abian nampak menyesali perbuatannya. Dia pun menepuk-nepuk pipi Humairah berkali-kali. Tetapi, gadis itu tetap memejamkan matanya. "Jika saja kamu tidak berkeras hati. Tentu tidak begini jadinya. Aku minta maaf," ungkap pria sombong itu sembari meletakkan tubuh Humairah di atas kasur yang ada di kamar pribadinya. Abian mengecup lembut kening Humairah. Dia begi

  • Noda Di Balik Hijab Humairah    Bab 6. Obsesi Ingin Memiliki

    Humairah histeris, dia benar-benar emosi saat CEO arogan itu menciumnya tanpa perasaan. Dia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Abian. "Kamu yang memulai memancing amarahku. Jadi, mulai detik ini kamu adalah milikku," ucap Abian sesuka hatinya. Obsesi ingin memiliki gadis yang telah memberikannya kehangatan semalam, membuat Abian tak bisa melupakan kemanisan yang telah mereka ciptakan di luar kesadaran tersebut. "Jangan bermimpi! Aku sudah mempunyai calon suami. Sama sepertimu yâng juga sudah memiliki calon istri. Tolong jangan menganggu kenyamanan hidupku! Aku pun akan melakukan hal yang sama. Lupakan segala hal yang sudah terlanjur terjadi," tekan Humairah sembari mengusap bibirnya yang basah bekas sentuhan Abian. "Calon suamimu pun tidak akan sudi jika menikahi wanita yang ternoda. Apalagi di dalam sini akan bertumbuh calon buah hati kita," kekeh Abian. Pria tampan itu sebenarnya sangat kecewa lantaran Humairah tak menerima sedikitpun apa yang ia tawarkan. Gadis tersebut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status