“Kamu apa kabar?” tanya Diandra.
“A-aku baik. Maaf, pertemuan kita harus diawali dengan keadaan kaya gini,” ucap Saga.
Saat ini mereka tengah berada di ruangan hanya berdua, lantaran Bella dibawa Sinta ke ruangannya untuk istirahat.
“Bukan masalah besar. Lagi pula aku gak kenapa-napa. Cuma luka sedikit yang sebentar lagi juga sembuh,” ujar Diandra sembari tersenyum.
“Kamu gak pernah berubah, Di. Sejak dulu kamu selalu begitu, mempertahankan senyummu meski keadaanmu lagi gak baik-baik aja,” batin Saga menatap Diandra sendu.
“Mana istri kamu? Kenapa kamu jagain Bella sendirian? Kamu udah kabarin dia kan keberadaanmu sekarang?” tanya Diandra mencoba mencairkan suasana.
Saga yang mendengar itu seketika terdiam, berpikir jika mengatakan kebenaran sama saja akan mengungkit masa lalu.
“Andai kamu tau, kalau Mama Bella sudah gak ada. Dan Mama Bella adalah teman kita dulu, apa kamu akan merasa kecewa dan dikhianati, Di?” batin Saga.
“Ga?” panggil Diandra.
“Mama Bella udah gak ada sejak Bella lahir.” Hanya itu yang terucap dari mulut Saga.
Diandra yang mendengar itu menjadi tak enak hati, karena melihat perubahan raut wajah Saga.
“Maaf, aku gak bermaksud ngungkit luka lama kamu,” tutur Diandra.
“Gak masalah. Toh, kita baru ketemu, wajar kalau kamu tanya hal itu.” Meski ada rasa getir di hati, namun Saga tetap menjawab dengan tersenyum karena tak ingin Diandra merasa tak nyaman.
“Jadi, Bella belum tahu seperti apa Mamanya?” tanya Diandra.
“Bella Cuma tau fotonya. Tapi meskipun gitu, Bella anak yang kuat, dia tumbuh dikelilingi orang-orang yang sayang sama Bella. Jadi aku rasa Bella gak merasa kesepian,” ujar Saga.
“Kamu salah, Ga. Sehangat apapun orang sekelilingnya, gak akan bisa gantiin hangatnya dekapan Ibu kandungnya,” tutur Diandra.
“Kalau gitu kenapa gak kamu aja yang jadi Mama sambung buat Bella? Kamu masih seperti dulu, yang paling peka sama perasaan orang, tapi gak peka perasaan pasangan!” sindir Saga.
“Enak aja! Aku udah nikah, jadi jangan digodain, kualat nanti kamu! Lagian, emang kapan coba aku gak peka? Yang ada kamu tuh yang egois!” cibir Diandra.
“Aku egois kan karena sayang.” Saga mencoba membela diri dari ucapan Diandra.
Sementara Diandra yang mendengar kalimat itu terdiam. Pipinya memanas, ingatan masa lalu kembali berputar diingatan namun segera ia tepis kembali.
“Mikir apaan sih kamu, Di?! Bisa-bisanya ingat mantan padahal kamu sendiri udah punya suami. Gak boleh, gak boleh, aku gak boleh ingat-ingat masa lalu, yang bisa bikin hancur rumah tanggaku!” batin Diandra.
Saga yang melihat Diandra terdiam buru-buru meralat ucapannya. Ia tak ingin Diandra berpikir macam-macam dan menjadi canggung.
“Jangan salah paham, aku bersikap kaya gitu bukan Cuma sama kamu, tapi sama semua orang. Aku kan penyayang,” ucap Saga.
“Gimana sama pernikahan kamu? Apak amu Bahagia, Di?” tanya Saga mengalihkan pembicaraan.
“Ternyata kamu tetep Saga yang kaya dulu ya? Saga yang narsis,” ucap Diandra tersenyum memandang Saga. “Gak ada alasan buat aku gak Bahagia sama rumah tanggaku, karena aku menikah dengan lelaki yang tepat. Aku rasa kondisiku udah membaik, aku pulang sekarang ya,” sambungnya.
“Aku antar. Aku yang bertanggung jawab karena udah bikin kamu kaya gini,” ucap Saga.
“Gak perlu. Aku bisa kok pulang sendiri. Mendingan kamu bawa pulang Bella, kasihan dia pasti capek. Ini juga rumah sakit, gak baik kalau Bella lama-lama di sini,” titah Diandra.
“Kita pulang sama-sama. Kamu tunggu sebentar, biar aku ambilin kursi roda sekalian jemput Bella. Ingat, tunggu aku!”ucap Saga mewanti-wanti Diandra.
Saga bergegas keluar menjemput putrinya di ruangan Sinta, sekaligus mengambil kursi roda dan tongkat untuk Diandra. Sebab kaki Diandra mengalami cedera hingga harus dipasangi alat bantu. Usai menjemput Bella, Saga bergegas kembali ke ruangan Diandra.
“Ayo kita pulang!” Dengan semangat Saga mengajak Diandra juga putrinya. Ia membantu Diandra duduk di kursi roda dengan sangat hati-hati.
Seperti gambaran keluarga Bahagia. Saga, Diandra, dan juga Bella tampak serasi ketika mereka berjalan bersama. Tanpa orang lain ketahui jika mereka hanya mantan yang bertemu tak sengaja.
Suasana dalam mobil terasa hening, semua terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga tiba-tiba suara Bella memecah suasana.
“Tante, Tante temannya Papa ya?” tanya Bella.
“Iya, sayang. Tante sama Papa Bella dulunya berteman waktu masih sekolah,” ujar Diandra.
“Oh, pantesan Papa tadi sampai nangisin Tante terus. Bella kira, Tante calon Mama baru buat Bella,” ujar Bella menunduk lesu.
Sementara Saga langsung membungkam mulut Bella agar tak meneruskan ucapannya lagi.
“Jangan didengarin, Bella kadang suka gini.” Saga buru-bru menghentikan ucapan putrinya sebelum merembet kemana-mana. Sedangkan Diandra sendiri tersenyum menanggapinya.
“Oh iya, rumah kamu di mana sekarang, Di?” tanya Saga.
“Perumahan Harmoni. Tapi kamu bisa turunin aku di jalan aja gak apa-apa,” pinta Diandra.
“No, kamu lupa kalau kamu belum bisa jalan? Lagian belanjaan kamu juga banyak banget. Kamu gak bakalan bisa bawanya.” Saga tersenyum mengejek ke arah Diandra, membuat Wanita itu mendengkus kesal.
Tak berselang lama kemudian mereka sudah tiba di kediaman Diandra. Namun, alangkah terkejutnya Diandra yang melihat ada mobil yang tak asing parker di halaman rumahnya.
‘Deg’
Diandra terdiam memaku, perasaannya mendadak tak tenang.
“Tuhan, aka nada drama apalagi ini?” batin Diandra.
Melihat Dandra yang terdiam, membuat Saga bertanya-tanya. Ia pun mengikuti arah pandang Diandra.“Kamu kenapa, Di? Ada masalah sama pemilik mobil itu?” tanya Saga.“Enggak, gak apa-apa,kok.” Jawab Diandra dengan memaksakan senyumnya.“Semoga Mama gak lihat kita berdua. Aku gak mau ada masalah lagi nantinya, apalagi sampai bawa-bawa orang lain.” batin Diandra.“Ayo aku bantu turun, atau kamu mau ikut kita pulang ke rumahku?” tanya Saga menggoda.“Makasih! Tapi rumahku masih nyaman untuk ditempati,”jawab Diandra ketus.“Cantik, Tante pulang dulu, ya. Ingat pesan Tante, jangan lari-lari di jalan lagi, ya.” Diandra menasehati Bella.“Makasih, Tante. Bella janji, Bella gak lari-lari lagi di jalan,” jawab Bella.“Ya udah, aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin aja ya,” pinta Saga yang hanya dijawab anggukan oleh Diandra.Setelah memastikan Saga dan Bella pergi, Diandra bergegas masuk ke dalam rumah dengan menggunakan tongkat yang diberikan Saga.Namun, baru saja ia membuka pintu, Diand
Saga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat dirinya tengah fokus menyetir, tiba-tiba Bella menunjukan benda yang tak asing di ingatannya.“Papa, ini dompet Tante Diandra ketinggalan,” ucap Bella sambal menunjukkan dompet berwarna pink di tangannya.Tentu saja Saga tak merasa asing dengan dompet itu, karena itu adalah dompet yang dia belikan saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Diandra dulu.“Kamu dapat dari mana dompet ini, sayang?” tanya Saga sembari menepikan mobilnya..“Ada di bawah situ, Pa. Kita balikin sekarang yok, Pa. Pasti Tante Diandra lagi nyariin dompetnya,” ujar Bella.“Iya, sayang. Tapi ini beneran jatuh ‘kan? Bukan akal-akalan Bella biar bisa ketemu Tante lagi?” tanya Saga dengan mata menyipit. Pasalnya, saat Saga membantu Diandra turun ia tak melihat adanya dompet. Terlebih, ia cukup paham dengan tingkat kecerdasan anaknya yang banyak akal.“Hehe, maafin Bella, Pa. Tapi Bella masih pingin ketemu Tante. Nanti kita undang Tante Dian makan malam ya, Pa.”
“Tuan, Saga? Silahkan masuk, Anda mencari Diandra? Kebetulan Diandra ada di dalam,” ucap Danu gugup. “Papa! Kenapa malah di suruh masuk sih?! Dia selingkuhan Diandra loh, Pa. Perempuan ular itu udah selingkuh dibelakang Reza,” ucap Risa tanpa mengindahkan kode dari suaminya yang menyuruhnya diam. “Diam, Ma! Jangan sembarangan bicara! Tuan Saga ini salah satu kolega Papa dari perusahaan tempat Reza kerja. Beliau ini orang terpandang, jadi gak mungkin berbuat seperti itu,” ucap Danu. Mendengar itu, Risa pun terkejut. Bahkan wajahnya pucat pasi. Tak terkecuali Diandra yang juga sama terkejutnya. Ia tak menyangka jika Saga kini sehebat itu. Sebab dulu dirinya tak mengetahui jika Saga adalah anak pemilik perusahaan terbesar tempat suaminya bekerja. “Kenapa malah diam saja? Cepat minta maaf, Ma. Kamu mau anak kita di pecat dan perusahaan Papa yang kecil itu gulung tikar sebelum mencapai puncak jaya? Cepat minta maaf!” titah Danu pada istrinya. “Eh … Tu-tuan Saga, saya mohon maaf untuk k
“Maksudnya apa, Tuan?” tanya Risa gugup. Sebab ia takut terjebak lagi dengan ucapannya. “Bukankah Anda sendiri yang bilang, kalau saya Sugar Daddy, Diandra? Jadi, mulai sekarang saya turuti apa yang Anda katakann,” terang Saga. “Udah deh, Ga. Jangan makin ngawur ngomongnya. Buruan sana pulang, kasihan Bella nungguin kamu dari tadi. Udah sore, sebentar lagi suamiku pulang. Tolong jangan buat keributan dirumahku, Ga. Please,” pinta Diandra, “Oke, tapi sebelum itu simpan baik-baik kartu namaku. Kalau ada apa-apa, langsung hubungin aku,” ucap Saga. Setelah merasa urusannya dengan Diandra selesai, Saga bergegas kembali ke mobilnya. “Papa kok lama banget sih? Gimana, Pa? Tante Diandra mau gak makan malam di rumah kita?” tanya Bella tak sabar. “Sayang, Tante Bella minta maaf karena gak bisa nurutin permintaan Bella. Lagi pula, sekarang kan Tante masih sakit, jadi biarin Tante istirahat dulu ya,” ujar Saga. “Yah, ya udah deh gak apa-apa.” Karena hari sudah semakin sore, Saga memutuskan
“Ma, apa maksud Mama tadi di telepon? Siapa yang pulang sama Diandra? Laki-laki mana yang jadi selingkuhan Diandra, Ma?!” tanya Reza.Ya, begitu mendapat telepon dari Ibunya yang mengabarkan jika Diandra membuat onar dengan pulang diantar laki-laki lain, Reza langsung bergegas pulang.Reza sendiri tak mengerti, apa yang membuat ia begitu tak terima mendengar kabar itu. Yang pasti, Reza merasa tak ingin ada laki-laki lain yang mendekati istrinya.Egois memang, disaat dirinya dengan begitu nyamannya selingkuh dengan teman Diandra, ia juga tak terima jika istrinya didekati pria lain.“Istri kamu pulang diantar Bos kamu yang sombong itu, Za. Dia bahkan bikin Mama diancam sama Bos kamu itu. Dasar ganjen, pura-pura polos ternyata murahan. Dari dulu kan Mamam udah ilang, jangan nikahin dia. Benar ‘kan dugaan Mama, kalu ternyata istri kamu itu bukan perempuan baik-bak,” cibir Risa.Reza yang mendengar itu sangat terkejut, tak menyangka jika istrinya mengenal atasannya. Ia menatap tajam istrin
Diandra tengah memainkan ponselanya, sementara Reza tengah serius membaca buku. Mereka sama-sama duduk di atas ranjang. Jika dulu aktivitas di atas ranjang mereka selalu hangat dengan canda tawa, berbeda dengan sekarang yang saling diam.Saat tengah membuka galeri ponselnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah foto yang ia ambil tadi pagi. Ingatannya kembali berputar, ia yakin jika warna lipstick yang ada di kemeja suaminya bukanlah miliknya. Karena diliputi rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Diandra memberanikan diri untuk menanyakan siapa pemilik noda lipstick itu.“Kenapa diam, Mas? Siapa pemilik noda ini?” tanya Diandra lagi. Sebab Reza terus bungkam tak langsung menjawabnya.“I-itu, itu punya … Eh, punya karyawanku. Iya, punya Mona si karyawan baru. Kemarin lift rusak, jadi kita semua jalannya lewat tangga darurat. Waktu aku mau naik, kebetulan Mona mau turun. Entah gimana kejadiannya tiba-tiba dia hampir jatuh. Reflek aku tangkap dong, gak tau kalau lipstiknya kena ke b
Dengan menaiki ojek, Diandra menuju alamat yang di berikan melalui pesan singkat dari sosok misterius. Awalnya ia tak ingin mempercayai pesan yang menurutnya tipuan. Tapi begitu pesan ke-dua masuk yang memberi tahukan nama suami sekaligus nama yang menempati kontrakan itu, Diandra memutuskan untuk mengecek kebenarannya.Sesampainya di alamat yang dimaksud, Diandra terpaku menatap mobil yang sangat ia kenali parkir di halaman sebuah kontrakan yang sangat ia kenali siapa pemiliknya.“Gak mungkin, Mas Reza … Ara … Gak mungkin mereka berdua ….” Diandra menutup mulutnya, tak sanggup meneruskan ucapannya.Dengan Langkah kaki gemetar Diandra berjalan menunju pintu.TokTokTok‘Ceklek’Terkejut, itu adalah gambaran dari wajah keduanya. Clara yang mendengar suara ketukan pintu langsung bergegas membukakan pintu. Begitu mendapati tamu yang datang adalah Diandra, Clara tak mampu menutupi kegugupannya.“Oh, Ha-hai, Di? Apa kabar?” tanya Clara basa-basi.‘Plak!’Bukan jawaban mulut, melainkan seb
Saga tak berkedip menatap layar monitor yang memunculkan sosok Diandra yang tengah melabrak Reza dan Clara. Tapi tentunya melabrak dengan cara elegan namun mematikan sebab selalu tepat sasaran.Ia sendiri sempat terkejut kala mendengar Diandra tak mengelak sama sekali saat dituduh oleh Reza. Justru malah memuji Saga secara gamblang dihadapan suaminya. Membuat Saga tak henti-hentinya tersenyum.“Lo serius masih cinta sama Diandra, Ga?” tanya Kevin tak percaya.“Kenapa? Lo cemburu?” tanya Saga.“Bukan gitu. Maksud gue, lo ‘kan udah pernah nikah, terus sampe punya Bella lagi. Masa lo gak pernah jatuh cinta atau berpaling gitu dari Diandra? Ini udah lima tahun lebih loh, Ga!” ucap Kevin.“Gue gak perduli seberapa lamapun gue harus nungguin dia, gue cuman mau Diandra, Vin. Lo juga tau kan kalau cuma Diandra yang udah Diandra lakuin buat gue?” ucap Saga dengan tatapan menerawang.Flashback;Saat masih duduk di bangku SMP, Saga pernah menjadi korban perundungan teman-temannya. Alasan mereka