Melihat Dandra yang terdiam, membuat Saga bertanya-tanya. Ia pun mengikuti arah pandang Diandra.
“Kamu kenapa, Di? Ada masalah sama pemilik mobil itu?” tanya Saga.
“Enggak, gak apa-apa,kok.” Jawab Diandra dengan memaksakan senyumnya.
“Semoga Mama gak lihat kita berdua. Aku gak mau ada masalah lagi nantinya, apalagi sampai bawa-bawa orang lain.” batin Diandra.
“Ayo aku bantu turun, atau kamu mau ikut kita pulang ke rumahku?” tanya Saga menggoda.
“Makasih! Tapi rumahku masih nyaman untuk ditempati,”jawab Diandra ketus.
“Cantik, Tante pulang dulu, ya. Ingat pesan Tante, jangan lari-lari di jalan lagi, ya.” Diandra menasehati Bella.
“Makasih, Tante. Bella janji, Bella gak lari-lari lagi di jalan,” jawab Bella.
“Ya udah, aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin aja ya,” pinta Saga yang hanya dijawab anggukan oleh Diandra.
Setelah memastikan Saga dan Bella pergi, Diandra bergegas masuk ke dalam rumah dengan menggunakan tongkat yang diberikan Saga.
Namun, baru saja ia membuka pintu, Diandra langsung disambut dengan amukan pemilik mobil yang parkir di halaman rumah yang tak lain adalah mertuanya.
“Bagus! Dasar menantu tidak tau malu! Ditinggal suami kerja malah sibuk godain laki-laki lain! Pantas saja kamu mandul kerjaan kamu aja kaya gitu. Aku yakin, sebelum kamu menikah dengan anakku, kamu sudah menjajakan tubuhmu sama laki-laki lain ‘kan? Ngaku kamu!” Tanpa memperdulikan kondisi menantunya, Risa terus menjambak Diandra dan mendorongnya membuat Diandra mengaduh sakit.
“Aw, ampun, Ma. Diandra gak kaya gitu, Diandra gak pernah godain laki-laki lain. Itu tadi Saga, teman kecil Diandra.” Dengan menahan sakit Diandra mencoba menjelaskan pada mertuanya. Tapi tentu tak akan didengarkan oleh mertua yang sudah lama membencinya.
"Mana ada sih maling yang mau ngaku? Kalau ngaku, bisa-bisa penjara penuh," cibir Danu, Papa mertuanya.
“Oh, jadi namanya Saga? Dan apa kamu bilang tadi? Kamu gak pernah godain laki-laki lain? Omong kosong! Kamu bahkan sampai minta dibelikan apa ini? Baju-baju? Waw, kamu bahkan perawatan ke salon sama laki-laki itu?! Dasar jalang tidak tau malu!” Risa terus memarahi Diandra.
“Enggak,Pa, Ma. Ini semuaDiandra beli pakai uang Diandra sendiri, bukan dari Saga. Dian gak bohong, Ma, Pa.” Diandra terus mencoba menjelaskan pada Risa, namun hal itu justru malah membuat Risa semakin murka.
“Apa?! Jadi anakku kerja keras, banting tulang sampai lembur malam, hasilnya malah kamu hambur-hamburkan buat beli beginian? Kamu bahkan perawatan buat godain laki-laki lain?! Dasar ja*ang! Plak!” Seakan tak cukup memaki Diandra, Risa juga melakukan kekerasan fisik pada menantunya hingga meninggalkan luka memar pada pipi mulus Diandra.
“Enggak, Ma. Itu bukan uang dari Mas Reza. Tapi itu uang tabungan Diandra dari waktu belum nikah sama Mas Reza. Tolong percaya sama Diandra, Ma.”terang Diandra meski tak sepenuhnya jujur. Sebab, ia tak ingin mertuanya tahu jika Diandra memiliki pekerjaan sampingan sebagai penulis novel online.
“Oh, jadi kamu masih punya tabungan dan gak bilang sama suami kamu, sampai-sampai suami kamu harus kerja keras setiap hari buat ngasih makan perempuan gak tau diri kaya kamu! Sepertinya Reza secepatnya harus ceraiin kamu dan cari istri baru. Tentunya yang jauh lebih baik dari kamu, yang bisa ngasih anakku keturunan!”
‘Deg’
Hancur sudah perasaan Diandra mendengar ucapan mertuanya. Lagi-lagi mertuanya menginginkan perceraian antara dirinya dengan suaminya. Bahkan meski sudah berkali-kali ia dikatai mandul, tapi rasa sakit itu tetap terasa.
“Dian gak mandul, Ma. Dian masih bisa punya anak tapi bukan sekarang. Mama sabar dulu ya, Dian pasti akan kasih cucu buat Mama. Tapi Dian mohon, jangan pisahkan Diandra sama Mas Reza. Diandra cinta sama Mas Reza,” ucap Diandra mencoba meyakinkan mertuanya.
"Kalau gak mandul, harusnya sekarang saya dan istri saya sudah menimang cucu. Nyatanya sudah lama menikah masih gitu-gitu aja," ujar Danu.
Saat suasana masih panas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara ketukan pintu.
Tok Tok Tok
Semua mata tertuju ke arah pintu, penasaran siapa yang datang.
“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra