Share

Noktah Merah Pernikahan Firda
Noktah Merah Pernikahan Firda
Penulis: SEFARIDA

BAB 1 Telephone Aneh

 

 

BAB 1 

 

TELEPHONE ANEH

 

Drttt ... drttt ... drttttt.

Ponselku bergetar, nada sambung lagu putus atau terus dari Judika, penyanyi yang terkenal itu terus mengalun syahdu. Netraku bergerak  ke layar ponsel  yang berada disebelah buku kerja di samping gelas kopi yang tinggal separuh ini. 

 

Aku melihat nomer yang tak kukenal masuk ke ponsel kesayanganku.  Aku terkejut  saat menatap profil nomer aplikasi hijau itu tertera gambar  mas Gunarso. 

 

Apakah Lelaki yang menjadi suamiku saat ini berganti nomer pikirku dalam hati.  Aku buru-buru mengangkatnya khawatir ada sesuatu  yang penting, belum sempat ku buka mulut ini, aku mendengar seorang wanita.

 

“Mas Gun, ih … jangan ditekan dengan keras Mas. Sakit Mas, pelan-pelan Mas,” kata suara wanita diseberang sana.

 

Aku tersentak kaget, tak bersuara mendengar rengekan dari seorang wanita yang tak kukenali. Telinga ini kupasang dengan seksama memastikan rengekan siapakah ini yang begitu manja. 

 

Tanpa pikir panjang kutekan tombol loudspeaker dalam aplikasi hijau itu agar aku bisa jelas mendengar. Suara begitu jelas yang ku dengar  percakapan tak pantas diantara mereka melalui ponselku itu.

 

“Tenang sayang, pasti kau akan merasakan kenyamanan yang bikin ketagihan ketemu aku. Bagaimana rasa pijatanku di kakimu ini?” tanya lelaki itu riang yang lamat-lamat kudengar dari ponsel tersebut. Aku belum bisa memastikan apakah benar itu suamiku atau bukan.

 

“Teruskan Mas, aduh ... sakit Mas,” kembali kudengar suara perempuan itu mengaduh dan berteriak kesakitan.

 

Hatiku terus bergolak, sedang apakah mereka? benarkah ini suamiku? Lelaki yang menikahiku enam belas tahun lalu, yang berjanji setia sampai mati denganku. 

 

Aku menunggu suara laki-laki itu menjawab. 

 

“Bagaimana? Enakkan? Mas istirahat dulu capek nanti aku pijat lagi. Makanya lain kali hati-hati,” jawab laki-laki itu seperti kelelahan.

 

Jleb, begitu mendengar suara itu hatiku terasa panas, jantung ini bagaikan berisi granat yang siap meledakkan seluruh isi kota.

 

 Itu benar-benar suara Mas Gunarso, bukankah jam segini seharusnya dia masih bekerja. Kok bisa bersama dengan  seorang   wanita. Siapakah dia?

 

Belum tuntas rasa penasaranku, wanita itu kembali bersuara.

 

"Mas kapan aku kau buatkan surat, masak hanya terbatas sah saja. Tidakkah kau ingin mengenalkan aku pada istrimu serta ibumu," ujar wanita itu seperti menghiba.

 

Apa maksudnya dengan surat yang diminta wanita itu ? Mengapa dia minta dikenalkan padaku beserta ibu, apakah suamiku menikah lagi tanpa sepengetahuanku." bathinku dalam hati.

 

"Entah apa yang telah dilakukan mereka, tidak … tidak, nggak mungkin suamiku melakukan penghianatan serta menodai kesetiaanku dengan menikahi orang lain lagi. Gumamku dalam hati

 

Aku menenangkan hati yang dipenuhi cemburu  serta menenangkan pikiran yang dipenuhi sak wasangka. Rasa sakit dihati menjalar keseluruh tubuh. Jantung yang kumiliki berdegup kencang bergerak naik turun bagai roller coaster ini.

 

"Sabarlah, pasti aku menemukan jalan keluar terbaik. Aku belum berani memberitahukan ke istriku tentang kita," jawab suamiku.

 

Begitu banyak tanya dalam hatiku, rasanya aku pingin membanting ponsel ini. Mendengar semua percakapan dua orang  itu. Awas jika kau pulang pasti aku akan balas dendam padamu mas jika kau benar-benar menipuku.

 

Rasa panas di hatiku seperti ingin membakar apapun yang kulihat.

 

“Saat kita bersama, jangan pernah singgung tentang istriku jika kamu ingin terus bersama dalam mahligai ini,” Lelaki yang terindikasi suamiku  itu berkata tegas pada wanita yang belum kukenal itu. 

 

Aku benar-benar down mendengar jawaban lelaki yang kusebut suami   pada wanita itu, seakan aku adalah wanita yang membosankan dan sudah tak berarti lagi baginya. 

 

Air mata Firda meleleh sempurna dipipi putihnya.

 

“Mana ponselku sayang,” suara suamiku menanyakan pada si wanita yang membuatku cemburu.

 

“Itu Mas Gun dibawah bahumu,” jawab wanita itu.

 

"Oh Tuhan, kenapa ponsel ini memanggil hampir satu jam, kontak siapa ini, aduh ini nomer kontaknya Firda istriku. Gawat ini.” 

 

Suara suamiku itu panik langsung mematikan nomer ponselnya yang terhubung kepadaku.

 

Aku pencet nomor ponsel  itu kembali tapi sudah tidak on lagi. Tulang yang kumiliki seakan remuk tak kuat menahan berat tubuh ini mendengar permintaan  wanita itu.

 

Aku terduduk diatas lantai yang berwarna putih. Untung sekali di kantor ini tinggal aku, semua temanku masih berada dikelasnya masing-masing. 

 

Pikiranku melayang seakan ingin mati saja. Sikap manisnya selama ini hanya untuk mengelabuhi diriku saja.

 

Bagaiman jika Rania dan Raksa tahu kalau Bapaknya ternyata seorang laki-laki yang memiliki istri lagi selain ibunya. Seribu tanya dibenak ini, justeru membuat pusing kepalaku.

 

Aku terus berpikir, suamiku tak pernah nampak mencurigakan. Bahkan selalu pulang  tepat waktu. Jikalau harus terlambat maka Dia akan meneleponku. 

 

Ada apa ini? Apa ada yang salah pada diriku hingga suamiku tergoda ingin beristri lagi dengan wanita lain . Aku terus mengolak-alik setiap kejadian, tapi tetap tak kutemukan kejanggalan. Begitu pandainya suamiku itu menyimpan rahasia.

 

Semilir angin membiusku terus tenggelam dalam pikiranku yang penuh dengan tanya dan luka. Tak terasa waktu berlalu.

 

 Ku lihat jam dinding kantorku menunjukkan jam satu tepat.  Semua orang dikantorku sudah berseliweran dan berkemas untuk pulang. Maklum hari sabtu pasti mereka pingin banget segera pulang untuk ketemu keluarganya.

 

" Firda nggak pulangkah?". Tanya Indah rekanku sekantor.

 

"ntar lagi, masih nanggung nih pekerjaanku belum kelar semua tinggal koreksi pekerjaan siswa kurang 15 lembar."jawabku berbohong sambil pura-pura tetap mengotak atik lembar jawaban tugas siswaku.

 

"Ya udah, selamat lembur ya semoga nanti ada helikopter yang bawa uang banyak untuk upah lemburmu," jawab konyol indah.  

 

Temanku itu tertawa terkekeh kekeh dan terus ngeloyor pergi menuju parkiran depan untuk mengambil sepeda motor bebek merah kesayangannya

 

Aku hanya tersenyum sambil ku beliakkan mataku menatapnya sambil tertawa agar aku tidak terlihat bersedih. 

 

Indah ini memang teman yang menyenangkan. Dia selalu hadir saat aku berada di fase apapun kehidupanku.

 

Saat aku senang dia teman yang membahagiakan. Saat aku melakukan kesalahan dia pula teman yang tak segan mengingatkanku. 

 

Saat aku sedih dia pula teman yang menentramkan hatiku dengan segala saran bijaknya. Aku bersyukur memiliki teman seperti dia

 

Waktu terus berlalu sungguh tiada berasa, rasa penatku tiba tiba datang dan aku masih malas untuk  pulang. Mengingat kejadian tadi, aku takut khilaf saat  menghadapi    Mas Gunarso. Aku harus bisa menenangkan hatiku.

 

Aku harus menyusun rencana agar Mas Gunarso mau berterus terang kepadaku jika memang dia mempunyai istri lagi tanpa sepengetahuanku.

 

Aku harus bisa membuatnya jera, jika dia bisa tidak jujur padaku, apa dia pikir hanya dia saja yang bisa seperti itu. 

 

“Akan kuladeni Mas tantanganmu kali ini. Anda jual saya beli,” batinku sambil menyusun rencana.

 

 

Bersambung

 

Sebaiknya diapakan ya si Gunarso itu? Jawab dong di komentar

Komen (5)
goodnovel comment avatar
EnKa Jasmine
semangatt... basmi saja laki macam itu
goodnovel comment avatar
Adindatsaa
aduh sungguh malang nasibmu Firda
goodnovel comment avatar
Adindatsaa
Aduhh kasian firda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status