"Jangan berani menyentuh istriku lagi, kalau tidak akan kupatahkan jari-jarimu, Bedebah!" teriak Jeff dikuasai amarah. Dia melayangkan tinjunya ke wajah Jose yang tak siap menghadapi luapan emosi suami dari wanita yang diganggunya."Sialan, punya nyali juga dia. Hajar dia beramai-ramai, Kawan!" umpat Jose. Keempat rekannya juga ikut mengeroyok Jeff yang sendirian melindungi Esmeralda. Untungnya Jeff berhasil menghadapi pukulan-pukulan dari berbagai arah yang mengelilinginya. Dia menghajar pria-pria keturunan Hispanik itu bergantian hingga mereka bergelimpangan di lantai."Shit! Ternyata dia bisa berkelahi seperti Rambo, padahal wajahnya alim!" Salah satu rekan Jose yang babak belur mengeluh tak berdaya di lantai restoran pinggiran pantai itu.Setelah kelima pria sok-sokan tadi menyerah kalah kepada Jeff, petugas keamanan pantai baru datang menggelandang mereka ke kantor untuk dimintai keterangan dan diberi peringatan serta denda."Esme, kita cari taksi untuk pulang ke hotel mengambil
Hari terakhir pasangan Esmeralda dan Jeff di Pulau Sisilia dihabiskan dengan menyusuri sebuah pantai berpasir putih berombak kecil dengan air laut berwarna biru jernih bak kristal bernama Pantai Mondello. Kemarin siang mereka telah check out dari winery dan memilih singgah di Palermo karena lokasi pantai indah itu hanya 30 menit naik bus lokal. Transportasi yang disediakan untuk publik tersebut banyak dimanfaatkan para wisatawan yang ingin menikmati keindahan Pantai Mondello, berjemur, atau menikmati kuliner seafood yang terkenal segar.Para penjaja kuliner menawarkan iced Margarita dengan buah segar di tepi pantai, wine dalam botol yang didinginkan juga tersedia bagi pengunjung pantai.Angin sepoi-sepoi menerbangkan kain pantai yang meliliti pinggang Esmeralda. Dia mengenakan kaca mata hitam dan topi bertepi lebar untuk menghindari silau matahari siang. Di sampingnya, Jeff menggandeng tangan Esmeralda. "Tak terasa sebulan yang panjang telah terlewati, besok pagi kita sudah meningga
"Tadaa ... ini kamar tidur kita, Agatha. Bagaimana menurutmu?" ujar Dokter Alan Bowmann ketika membawa masuk Emilia ke sebuah ruangan seluas 120 meter persegi yang didominasi warna cokelat kayu dan krem interior bagian dalamnya. Sebuah sofa berukuran sedang berlapis bulu domba lembut diletakkan di depan sebuah televisi 42 inch yang digantung di dinding. Ada tanaman dalam pot yang asli bukan imitasi, semua terawat dengan subur dan menyejukkan mata. Aerator akuarium menimbulkan bunyi air bergemericik yang menenangkan, ikan hias warna warni berenang di akuarium yang tertanam di dinding sisi barat.Sebuah ranjang king size berseprai putih bersih terpasang tanpa kerutan. Lemari besar dari kayu berjajar di dinding sisi kiri tempat tidur. "Kau orang yang sangat rapi dan memikirkan segala aspek, Hubby. Mengagumkan kamar tidur ini. Bagiku, ruangannya seperti berada di dimensi dunia lain terpisah dari hal lain di luar sana!" puji Emilia yang membuat Dokter Alan mengucap terima kasih.Dia berk
Sudah tiga minggu berlalu semenjak operasi bedah plastik wajah Emilia dieksekusi oleh Dokter Jeremy Barton. Tiba waktunya melepas perban dan memeriksa hasil karya dokter kawakan tersebut.Di dalam ruang perawatan Emilia atau yang disebut dengan panggilan Agatha, beberapa perawat dan dokter mengerumuni tempat tidur pasien. Mereka menunggu Dokter Jeremy membuka lapisan kain kassa tebal yang membungkus wajah wanita itu. Dokter Alan Bowmann menahan napas penuh harap. Seharusnya wajah mendiang istrinya yang akan dilihat olehnya di balik kain kassa. Ketika lembaran terakhir perban dilepas oleh Dokter Jeremy Barton, sepasang mata biru Topaz itu berbinar penuh kebahagiaan. "Ehm ... Dokter Alan, bagaimana menurutmu? Apa sudah sesuai dengan model wajah yang seharusnya direkonstruksi?" tanya dokter bedah plastik itu seraya menoleh ke koleganya."Yes. Hasil rekonstruksi wajah terbaik yang pernah kulihat. Terima kasih, Dokter Jeremy. Kemudian apa lagi yang harus dipatuhi oleh pasien?" jawab Dokt
"Wow, ternyata perkebunan anggur ini tampak lebih indah ketika senja!" puji Esmeralda dari atas punggung kuda jantan yang ditungganginya berdua dengan Jeff.Tali kekang dikendalikan oleh Jeff, kuda berwarna hitam legam itu melangkah pelan-pelan mengelilingi areal luas perkebunan anggur yang berbatasan dengan tebing karang yang tidak terlalu tinggi. Suara deburan ombak besar memecah di batu karang terdengar dari kejauhan."Nanti malam aku berencana mengajakmu candle light dinner berdua di restoran sekaligus mencicipi koleksi anggur winery ini!" ujar Jeff dari balik punggung Esmeralda."Kedengarannya mengasyikkan, aku juga penasaran seperti apa suasana restoran dan bar winery ini di malam hari. Paviliun-paviliun di sekitar tempat kita menginap juga banyak yang terisi tamu asing. Ada dari Afrika Selatan, Australia, Brazil, dan Spanyol setahuku!" jawab Esmeralda antusias. Jeff pun menyahut, "Awesome. Kurasa suasana di malam hari lebih semarak karena para tamu winery ini berkumpul. Kecil
"Wow, akhirnya kita sampai juga di destinasi bulan madu terakhir sebelum kembali ke Kansas, Jeff!" ucap Esmeralda setelah pesawat dari Amalfi Coast mendarat di Pulau Sisilia. Suami Esmeralda tersenyum lebar menanggapi perkataannya, Jeff tahu akan ada banyak hal menarik yang bisa mereka lakukan di pulau yang berada di bagian selatan Italia itu. "Selamat menikmati perjalanan ini, Esme. Last but not least, aku pastikan kenangan di Pulau Sisilia tak akan terlupakan, Darling. Ayo turun dari pesawat!" ajak Jeff seraya merangkul bahu Esmeralda menuju tempat pengambilan kargo penumpang.Taksi bandara mengantarkan mereka ke sebuah winery atau rumah cicip anggur yang juga memiliki pengilangan produksi minuman anggur dan vila untuk tamu yang bersedia membayar paket lengkap menikmati semua fasilitas tempat tersebut. "Wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Sisilia tidak sebanyak dibanding ke Milan dan Roma, Señor!" ujar sopir taksi bernama Guiseppe Cassano itu sambil mengemudi di jalan raya da
"Bella, sudah waktunya kita mengumumkan rencana pernikahan ke para tamu pesta!" ujar Joel Falcon sembari mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu bangkit dari sofa.Namun, Annabella bergeming dari tempat duduknya. Dia bimbang karena memang dalam hati kecilnya dia tidak tertarik kepada pria itu. "Ayo—kenapa kau malah diam seperti patung, Bella?" desak Joel Falcon tak sabar."Baiklah!" tukas Annabella pasrah. Dia bertekad memikirkan jalan keluarnya nanti, yang jelas menjadi istri kakek-kakek bukanlah hal yang diinginkannya.Telapak tangan mungil itu berada dalam genggaman Joel Falcon, pasangan yang berbeda usia hampir sekitar 30 tahun tersebut menemui para tamu pesta dari kalangan selebritis dan orang-orang penting dalam bisnis entertainment. "Attention please!" seru Joel yang sontak membuat seisi ruangan pesta terdiam menghentikan obrolan mereka dan memusatkan pandangan kepadanya."Kami ingin mengumumkan rencana pernikahan dalam waktu dekat ini, awal bulan depan akan menjadi saat
Celia yang sengaja datang ke rumah Annabella untuk menjemput suaminya tanpa sengaja melihat kejadian pemukulan Joel Falcon terhadap Morgan. "Hubby!" serunya lalu membantu Morgan bangkit dari lantai."Kau terluka, mana saja yang sakit, Morgan?" tanya Celia sembari memeriksa badan suaminya."Cihh ... lelaki jantan berkelahi tanpa berlindung di balik punggung perempuan. Apa kau hanya pandai bersilat lidah tanpa bisa menjawab tantanganku?" cemooh Joel sembari memandangi Celia yang masih saja menyihirnya dengan pesona kecantikannya yang anggun berkelas.Mendengar hinaan Joel, dia pun kesal dan berkata kepada Celia, "Baby Girl, menyingkirlah ke tempat yang aman. Aku harus memberi bedebah ini pelajaran yang akan diingatnya seumur hidup!" "HAHAHA. Pelajaran apa maksudmu, dasar pria lemah!" Tawa Joel Falcon membahana di ruangan pesta. Sementara tamu-tamu pesta mulai gelisah berbisik-bisik satu sama lain. Mereka tak paham kenapa kedua pria dewasa itu berselisih dan ingin adu kekerasan. Rumor
"Joel, kumohon—ini hanya salah paham!" Wajah Annabella sontak berubah pucat pasi. "Lantas apa sebabnya kau menolak lamaran pernikahan dariku? Jangan jadikan kontrak dari managemen sebagai alasan, Brad dan aku teman dekat, dia pasti tak akan memberikan penalti karena kau menikah denganku!" Suara Joel Falcon berdentum kasar, alisnya tertaut sengit memandangi sugar baby yang telah dia pelihara beberapa bulan terakhir dengan penuh penghakiman.Perempuan muda itu ketakutan, dia memikirkan kata-kata managernya tadi bahwa Joel Falcon bisa menghancurkan karir yang kini tengah melejit yang dia miliki dengan sangat mudah. "Baiklah, aku akan setuju menikah denganmu asalkan Brad tidak menjatuhkan penalti ganti rugi!" jawab Annabella cerdik. Akhirnya, Joel percaya kepadanya dan menelepon sahabat baiknya yang memiliki perusahaan managemen artis tempat Annabella Stewart bernaung. "Halo, Brad. Aku ingin meminta tolong satu hal kecil kepadamu!" ucapnya dengan nada rendah tanpa keangkuhan."Hey, Joel