"Tamu sudah tinggal sedikit, kalian berdua naiklah ke kamar pengantin yang sudah dipersiapkan spesial oleh pihak wedding organizer!" ujar Tuan Arnold Richero kepada putri sulung dan menantu barunya di meja khusus keluarga yang ada di tepi kolam renang tempat pesta.Awalnya Esmeralda ingin membuka mulut akan menunggu tamu pulang semua saja, tetapi Jeff segera mendahuluinya. "Baiklah, Papa Mertua. Kami pamit naik kalau begitu. Terima kasih atas semua bantuannya. Sampai jumpa besok!" jawab dokter tampan yang menjadi raja pesta tersebut.Dia bangkit dari kursi dan membantu Esmeralda juga dengan menarikkan kursi ke belakang. Tangannya menggenggam telapak tangan yang dingin karena grogi itu. "Apa kau kedinginan di luar ruangan karena cuaca jelang musim dingin, Esme?" tanya Jeff seraya merangkul bahu istrinya yang terbuka dengan protektif.Dalam ingatan Esmeralda, perlakuan Austin dahulu kepadanya penuh kepura-puraan berbeda jauh dengan Jeff yang memperhatikan hal-hal kecil tentang dirinya.
"Ouch ... tidak! Sepertinya aku pecah ketuban, Gustavo dan keluarganya sedang ke kota sebelah berakhir pekan. Bagaimana ini?" ujar Ellen Aquila Perez di dalam kamar tidur kontrakannya. Jam di dinding menunjukkan pukul 01.15 dini hari, dia tak yakin ada taksi yang mau mengantarkannya ke rumah sakit bersalin. Terpaksa Ellen mencoba menelepon Andrew Vinson yang menyewa kontrakan tak jauh dari tempat tinggalnya.Beberapa kali nada sambung terdengar dan suara pria yang masih mengantuk menjawab panggilan telepon Ellen, "Halo, yes Senorita Ellen. Ada apa?" "Halo, Señor Andre. Apa aku bisa merepotkanmu? Air ketubanku pecah, aku akan segera melahirkan. Gustavo sedang pergi sekeluarga ke luar kota, apa bisa mengantarkan aku ke rumah sakit?" ujar Ellen penuh harap. Dia memilin-milin tepi gaun tidurnya yang basah oleh cairan ketuban."Hmm ... bisa, hanya saja kita naik skuter karena tak ada mobil, bagaimana? Taksi sulit dicari dini hari meskipun mungkin saja ada entah di mana!" Andrew Vinson me
"Wah, tampan sekali bayimu, Ellen!" puji Nyonya Lupe Perez, ibu Gustavo saat menjenguk keponakan dan bayi barunya di rumah sakit."Terima kasih, Bibi Lupe. Aku beruntung karena Señor Andre mau mengantarkan aku jam satu pagi ke rumah sakit. Bagaimana liburan akhir pekan kalian berkaravan?" balas Ellen santai. Dia ingin membuka lembaran baru kehidupannya tanpa bayang-bayang Austin. Gustavo menyahut, "Liburan beramai-ramai selalu asyik, Ellen. Oya, apa kau tidak punya rasa ketertarikan kepada Andrew Vinson, Adikku yang Cantik?" "Ohh ... kau ini aneh-aneh saja, Gustav! Aku baru saja melahirkan mana bisa mengejar pria bujangan. Rasanya seperti wanita tak tahu malu saja!" Ellen merona wajahnya. Dia memang menyukai pribadi tetangga stand berjualannya yang berseberangan jalan itu. Namun, menggaet pria single dengan kondisinya baru beranak, absurd pastinya!"Kalian cocok bisa bersanding dan Sergio butuh bapak juga kalau kau mendaftarkan akte kelahirannya nanti. Kasihan bila dia tumbuh besar
Suara hiruk pikuk pesta sederhana di kebun belakang rumah keluarga Perez terdengar di antara lagu berbahasa Latin yang dinyanyikan oleh sepupu perempuan Ellen diiringi permainan gitar akustik dari Gustavo dan papanya. Mempelai wanita yang mengenakan gaun putih selutut bermodel A line sederhana tanpa lengan, sedang berdansa dengan suaminya. Para tamu undangan pernikahan Ellen dan Andrew turut bergembira atas bersatunya mereka."Andre, maafkan aku bila malam ini kita belum bisa merayakan malam pengantin. Masa nifasku masih sekitar setengah bulan lagi!" ujar Ellen cemas."Aku tahu, jangan kau pikirkan. Nanti bila sudah tepat waktunya, kita bisa melakukannya tanpa beban. Fokus dulu dengan pemulihan kesehatanmu pasca melahirkan dan mengurusi Sergio. Kurasa kedai kita dijadikan satu saja, Ellen. Aku bisa membuat beberapa menu kalau kamu mau mengajariku step by step caranya!" jawab Andrew Vinson. Ellen pun tertawa mendengar saran dari suaminya. "Boleh saja, tetapi bagaimana dengan rasa mak
Pesawat yang lepas dari landasan Bandara Kansas City membawa terbang pasangan pengantin baru Esmeralda dan Jeff menuju ke benua biru tepatnya Swiss. Mereka hanya berdua tanpa pengawal sama sekali. Jeff mengatakan ke Tuan Arnold Richero bahwa mereka bukan publik figur jadi tidak akan terlalu mencolok di antara wisatawan biasa.Sementara kakaknya menikmati liburan bulan madu yang entah berapa lamanya, Celia menggantikan tugas Esmeralda sebagai wakil CEO dibantu oleh papanya di kantor grup Richero."Kita sampai pukul berapa di Swiss, Hubby?" tanya Esme yang mulai bosan tanpa aktivitas berjam-jam duduk bengong di kabin pesawat. "Nampaknya sore waktu Swiss, sekitar beberapa jam lagi, Esme. Apa kau lelah?" jawab Jeff seraya membelai rambut panjang istrinya yang berwarna cokelat kemerahan.Esmeralda pun menggelengkan kepalanya. "Bosan saja, semoga tempat tujuan kita menyenangkan untuk dijelajahi!" sahutnya."Kurasa nanti perjalanan pulang ke Kansas kita bisa memilih pesawat Emirates yang me
"Emilia Pilscher, ada panggilan persidangan banding dari pihak penuntut yaitu Mister Arnold Richero di pengadilan negara bagian Kansas!" ujar sipir penjara wanita di depan jeruji sel tahanan.Wajah Emilia mendadak pucat pasi, dia tak menyangka gertakan Esmeralda akan seserius ini akibatnya. Dia pun menjawab sopan, "Baik. Atas dasar apa, Ma'am? Lalu kapan saya harus menghadiri persidangan banding itu?" "Maaf, aku tidak tahu detail isi gugatannya. Namun, jadwal akan diselenggarakan sidang memang sudah ada. Besok pagi kau harus menghadirinya dikawal oleh petugas kepolisian dengan mobil narapidana!" tutur Officer Valerie Brown. Wanita berkulit hitam itu lalu bergegas meninggalkan sel tahanan Emilia.Zelda dan kedua rekan Emilia lainnya cukup syok karena sidang banding untuk memperberat hukuman jarang dilakukan. Namun, masa tahanan setengah tahun yang diterima Emilia memang terkesan ringan bagi narapidana mana pun. "Apa suamimu tidak ingin kau cepat bebas dari penjara, Emmy?" tanya Lily
Mobil tahanan yang mengangkut Emilia berhenti di depan pintu penjara federal Kansas City, Missouri. Wanita berseragam oranye itu digelandang masuk menuju ke selnya. Lily dan Anne segera bergegas menghampiri Emilia. Kemudian mereka mendudukkan rekan satu sel yang terkenal namanya di penjara wanita karena hubungan spesialnya dengan John Barlow itu ke tepi tempat tidur. "Bagaimana hasil persidanganmu, Emmy?" tanya Lily tak sabar.Emilia mengendikkan bahu tak bersemangat. "Belum dibacakan vonisnya oleh hakim tadi, tapi sepertinya aku akan mendekam di sini lebih lama lagi!" jawabnya sendu.Dari tempat tidurnya, Zelda tertawa sendirian. Dia berkata, "Nikmati saja masa-masa kejayaanmu sebagai ratu penjara bersama Don Barlow, Emmy. Bukankah dia memenuhi segala keinginanmu termasuk kebutuhan biologis dan perawatan kecantikanmu yang mahal itu?" Memang yang dikatakan Zelda sesuai kenyataan. Akan tetapi, Emilia tersinggung seolah-olah Zelda menjadikannya sebagai lelucon dan tertawa di atas pen
Derap kaki kuda menjelajah area perkebunan Lavaux di Zurich, Swiss. Esmeralda yang duduk di pelana kuda dan dipeluk dari belakang oleh Jeffrey Norton merasa aman. Dia baru satu kali mengendarai kuda, berbeda dengan Celia yang memang atlet tunggang serasi di kampus dulu. "Kuharap kau bisa rileks, Esme. Nanti bagian punggungmu sakit kalau tegang!" ujar Jeff seraya menarik tali kekang kuda putih yang mereka tunggangi.Esmeralda tertawa kering seraya menjawab, "Maklum saja, Hubby. Aku belum terbiasa berkuda. Jadi apa kau dan Morgan ketika remaja sering berkuda di sepanjang sungai Missouri?""Yeah ... Morgan sangat jago berkuda. Dia selalu berhasil mengalahkanku ketika kami balapan dengan kuda apa pun!" sahut Jeff terkenang masa remajanya dahulu. Esmeralda pun terkikik lalu menyeletuk, "Kurasa Morgan sangat jago, dia menunggangi Celia sampai hamil triplet sekaligus!"Jeff pun meledak dalam tawa. "Ahh ... nampaknya kau benar sekali, Esme. Kita tak boleh kalah dari mereka ya!" tukasnya lal
"Bella, sudah waktunya kita mengumumkan rencana pernikahan ke para tamu pesta!" ujar Joel Falcon sembari mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu bangkit dari sofa.Namun, Annabella bergeming dari tempat duduknya. Dia bimbang karena memang dalam hati kecilnya dia tidak tertarik kepada pria itu. "Ayo—kenapa kau malah diam seperti patung, Bella?" desak Joel Falcon tak sabar."Baiklah!" tukas Annabella pasrah. Dia bertekad memikirkan jalan keluarnya nanti, yang jelas menjadi istri kakek-kakek bukanlah hal yang diinginkannya.Telapak tangan mungil itu berada dalam genggaman Joel Falcon, pasangan yang berbeda usia hampir sekitar 30 tahun tersebut menemui para tamu pesta dari kalangan selebritis dan orang-orang penting dalam bisnis entertainment. "Attention please!" seru Joel yang sontak membuat seisi ruangan pesta terdiam menghentikan obrolan mereka dan memusatkan pandangan kepadanya."Kami ingin mengumumkan rencana pernikahan dalam waktu dekat ini, awal bulan depan akan menjadi saat
Celia yang sengaja datang ke rumah Annabella untuk menjemput suaminya tanpa sengaja melihat kejadian pemukulan Joel Falcon terhadap Morgan. "Hubby!" serunya lalu membantu Morgan bangkit dari lantai."Kau terluka, mana saja yang sakit, Morgan?" tanya Celia sembari memeriksa badan suaminya."Cihh ... lelaki jantan berkelahi tanpa berlindung di balik punggung perempuan. Apa kau hanya pandai bersilat lidah tanpa bisa menjawab tantanganku?" cemooh Joel sembari memandangi Celia yang masih saja menyihirnya dengan pesona kecantikannya yang anggun berkelas.Mendengar hinaan Joel, dia pun kesal dan berkata kepada Celia, "Baby Girl, menyingkirlah ke tempat yang aman. Aku harus memberi bedebah ini pelajaran yang akan diingatnya seumur hidup!" "HAHAHA. Pelajaran apa maksudmu, dasar pria lemah!" Tawa Joel Falcon membahana di ruangan pesta. Sementara tamu-tamu pesta mulai gelisah berbisik-bisik satu sama lain. Mereka tak paham kenapa kedua pria dewasa itu berselisih dan ingin adu kekerasan. Rumor
"Joel, kumohon—ini hanya salah paham!" Wajah Annabella sontak berubah pucat pasi. "Lantas apa sebabnya kau menolak lamaran pernikahan dariku? Jangan jadikan kontrak dari managemen sebagai alasan, Brad dan aku teman dekat, dia pasti tak akan memberikan penalti karena kau menikah denganku!" Suara Joel Falcon berdentum kasar, alisnya tertaut sengit memandangi sugar baby yang telah dia pelihara beberapa bulan terakhir dengan penuh penghakiman.Perempuan muda itu ketakutan, dia memikirkan kata-kata managernya tadi bahwa Joel Falcon bisa menghancurkan karir yang kini tengah melejit yang dia miliki dengan sangat mudah. "Baiklah, aku akan setuju menikah denganmu asalkan Brad tidak menjatuhkan penalti ganti rugi!" jawab Annabella cerdik. Akhirnya, Joel percaya kepadanya dan menelepon sahabat baiknya yang memiliki perusahaan managemen artis tempat Annabella Stewart bernaung. "Halo, Brad. Aku ingin meminta tolong satu hal kecil kepadamu!" ucapnya dengan nada rendah tanpa keangkuhan."Hey, Joel
"Baby Girl, sore nanti aku ada pekerjaan memasak di rumah Annabella Stewart. Dia menggelar acara pesta ulang tahun!" ujar Morgan saat sarapan pagi bersama Celia dan Tuan Arnold Richero."Penyanyi terkenal itu ya? Baiklah, aku akan pulang ke rumah bersama sopir nanti dan tidak menunggu kau menjemputku!" jawab Celia ringan sambil menikmati waffle hangat berlumur selai stroberi.Morgan tersenyum lega karena Celia tidak cemburu mengetahui kliennya selebritis cantik yang masih belia. Dia pun tidak ingin berlaku tidak setia terhadap istrinya yang sedang hamil triplet. Pastinya akan sangat menyakitkan bila dia berselingkuh."Hari semakin siang, ayo kita berangkat ke kantor, Hubby!" ajak Celia lalu dia berpamitan dengan Tuan Arnold Richero.Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk bekerja di kantor masing-masing itu berangkat dalam satu mobil. Morgan selalu mengantarkan istrinya terlebih dahulu sampai ke ruang kerja wakil presdir baru melanjutkan perjalanan ke kantornya sendiri.Sesampainya
"Sir, saya mendapat kabar dari penjara Kansas City bahwa Emilia Pilscher tewas dalam perkelahian antar narapidana wanita. Wajahnya disiram air keras dan mengalami luka organ dalam serta patah tulang di beberapa bagian tubuhnya!" lapor Carlos Peron di kediaman Richero.Tuan Arnold Richero menghela napas dalam-dalam, antara kesedihan dan juga rasa tak percaya bercampur keterkejutan. "Apa kau yakin kabar itu benar, Carlos?" tanya mantan suami Emilia Pilscher tersebut.Carlos mengangguk. "Ini telah dirilis resmi berita kematiannya oleh kamar jenasah rumah sakit dan juga diterima pihak penjara. Jasad Emilia dimakamkan di Crimson Land Cemetery, tempat pemakaman milik penjara khusus untuk narapidana yang wafat ketika masih berada dalam masa hukuman," jawabnya tanpa emosi. Sejak dahulu Carlos justru membenci Emilia yang menurutnya munafik dan jahat."Antarkan aku ke tempat pemakaman yang kau sebutkan tadi, Carlos. Nanti mampirlah ke florist untuk membeli bunga duka cita!" ujar Tuan Arnold Ric
"Nona, sebentar lagi operasi bedah ortopedi untuk tulang-tulang Anda yang mengalami cedera serius akan segera dimulai. Saya akan menyuntikkan obat anestesi. Mohon kerja samanya!" ujar Dokter Clarissa Brown kepada Emilia yang terbaring di atas brankar ruang persiapan operasi."Baik. Silakan saja, Dok!" jawab Emilia pasrah. Tubuhnya hancur lebur setelah serangan Katlin Rookie cs. Rasa sakit semua jadi satu di sekujur tubuhnya sampai-sampai dia tak mampu membedakan sebelah mana yang lebih sakit.Suntikan jarum bius di pembuluh nadinya tak terasa sakit, tetapi efeknya langsung membuat Emilia hilang kesadaran total. Setelah proses pembiusan selesai, paramedis langsung mendorong brankar tersebut memasuki ruang OK di seberang lorong.Tim operasi ortopedi langsung mempersiapkan pembedahan dengan cekatan. Dokter Jennifer Chan yang dipercaya melakukan reparasi tulang yang patah di bagian telapak tangan Emilia baik yang kanan maupun kiri. "Tuliskan di kartu terapi pasien, tidak boleh menggunaka
"Olee ... olee ... olee!" Teriakan yel-yel penyemangat untuk para pemain sepak bola dua tim yang berlaga di lapangan hijau membahana di dalam Stadion Olimpico, kandang klub sepak bola raksasa di Italia yaitu AS Roma.Jeff dan Esmeralda yang duduk di tribun penonton membaur dengan para pendukung AS Roma ikut terbawa suasana penuh semangat. Suami Esmeralda mengenakan jersey klub favoritnya yang berwarna merah menyala. Dia ikut meniup terompet memberi dukungan pemain jagoannya di klub tersebut yang sedang menggiring sirkuit bundar sambil berlari kencang menuju gawang AC Milan. "Come on, Joseph Di Mario!" ujar Jeff dengan penuh harap agar atlet idola yang menjadi kapten AS Roma saat ini tersebut mampu menyumbang gol.Detik-detik menegangkan di depan gawang AC Milan disaksikan para pendukung AS Roma dengan penuh perhatian. Operan demi operan bola dilakukan untuk membuat sebuah terobosan menjebol gawang rival babak final scudetto malam ini. Hingga di menit 75, tendangan keras sang kapten A
Jeff menemani Esmeralda keluar masuk butik fashion brand ternama seperti Gucci, Balenciaga, Dolce & Gabana, dan Dior yang ada di Galeria Vittorio Emanuele II. Pusat perbelanjaan tertua di Milan yang berada di sebuah gang beratap ganda berlantai empat di jantung kota itu ramai dipadati turis dan penduduk lokal yang berlalu lalang sepanjang hari. Etalase kaca butik-butik dengan ornamen berwarna keemasan memberi kesan exclusive pada pusat perbelanjaan elit terbesar di Kota Milan tersebut.Kali ini Esme tahu diri untuk membayar sendiri barang-barang belanjaannya serta mencari ekspedisi pengiriman parcel internasional. Dia tak ingin merepotkan suaminya dengan beban kargo berlebihan. "Kau sungguh fashionista sejati, Esme. Semua barang pilihanmu bagus dan berkelas. Semoga jalan-jalan kita hari ini membuatmu terhibur!" ujar Jeff sambil menunggu petugas di kantor ekspedisi barang memproses barang-barang yang dikirim Esmeralda ke Kansas City."Hanya hari ini saja, Jeff. Maaf kalau aku sedikit
"Jeff, aku ingin kita kembali ke Santorini lain kali. Rasanya seminggu pun tak puas menikmati ketenangan serta keindahan negeri dewa dewi itu!" ujar Esmeralda saat pesawat yang ditumpanginya bersama sang suami lepas dari landasan Bandara Thira."Okay, kenapa tidak? Lain kali akan kutemani berkunjung ke Greece, Esme. Aku ingin sekali ke Italia karena ada liga calcio menjelang final match musim ini. Temani aku menonton pertandingan sepak bola ya?" balas Jeff sambil membelai rambut panjang istrinya yang tergerai.Esmeralda pun mengangguk patuh. Dia berkata, "Pengalaman baru untukku pastinya karena belum pernah menonton langsung pertandingan bola di stadion. Klub mana yang akan berlaga di babak final, Jeff?" "AS Roma FC versus AC Milan FC kalau yang kuikuti dari portal web olah raga, Darling. Itu dua klub besar asal Italia, kita akan menonton di Stadio Olimpico, kandang AS Roma. Aku menjagokan klub itu sejak awal musim berlangsung!" Jeff bercerita penuh semangat dengan mata berbinar-bina