Share

4. Perjodohan

Vianca dan Herion melirik ke dalam ruangan. Keduanya menemukan orang tua mereka tengah duduk di meja yang sama.

"Kenapa Paman dan Bibi juga ada di sini?" tanya Vianca kepada Melina dan George.

"Tentu saja untuk bertemu denganmu, sayang," jawab Melina.

Keluarga Vianca dan Herion sudah mengenal baik sejak dahulu. Terlebih lagi Melina berteman dekat dengan Shally. Tidak jarang mereka mengadakan acara gabungan antara dua keluarga.

Hubungan keluarga Lotze serta keluarga Heigels terkenal sangat baik. Sehingga tidak heran mengapa Vianca bisa mengenal Herion sedari kecil. Walau hubungan keduanya buruk, tetapi orang tua mereka tetap saja masih sering berhubungan satu sama lain.

"Cepat masuk kalian berdua! Duduk di sini." George memanggil mereka untuk segera masuk ke dalam ruangan.

Dengan langkah ragu-ragu, mereka berdua akhirnya memilih masuk daripada nanti kena amuk oleh Melina dan Shally. Entah kenapa firasat Vianca berkata buruk soal pertemuan kali ini.

"Kenapa bertemu di sini? Biasanya kita bertemu di tempat yang lebih terbuka," tanya Herion.

"Karena ada sesuatu yang mau kami bicarakan dengan kalian."

Suasana pun berubah menjadi sedikit lebih tegang. Menjelang mendengar apa yang hendak dibicarakan orang tuanya, Vianca membasahi tenggorokannya dengan air dingin terlebih dahulu. Sangat memberatkan baginya menyaksikan keseriusan Shally dan Zeke.

"Vianca, Herion, kami telah memutuskan bahwa kalian berdua akan dijodohkan. Kami juga sudah memutuskan tanggal pernikahan—"

"Hentikan! Apakah aku baru saja salah dengar?" sela Herion.

"Apa maksudnya dijodohkan? Itu artinya aku harus menikah dengan pria sialan ini?!" Vianca turut protes.

"Ayah, Ibu, aku tidak mau menikahi wanita gila ini."

"Memangnya kau pikir aku juga sudi menikah dan hidup bersamamu?!"

Vianca maupun Herion menolak secara tegas perjodohan tersebut. Mereka sama-sama enggan menikah atau hidup bersama sepanjang waktu. Mereka yang seperti air dan minyak lalu tiba-tiba minta disatukan, ya jelas tidak bisa kecuali salah satunya mengalah.

"Vianca, tutup mulutmu. Apa kau mau aku bungkam menggunakan air cabe?"

Vianca langsung membungkam suara tatkala Shally mulai mengancamnya. Herion pun juga digertak oleh Melina melalui tatapan mata. Mereka berdua sama, sama-sama takut kekuatan seorang Ibu.

"Mari kita lanjutkan lagi pembicaraan ini. Vianca, kau telah membuat banyak masalah di luar sana. Entah sudah berapa uang yang kau keluarkan untuk bersenang-senang dengan banyak lelaki. Sekarang saatnya kau untuk berhenti," tutur Zeke.

"Itu benar, berlaku juga untukmu Herion. Umurmu sudah lebih tiga puluh tahun. Hingga detik ini kau masih belum juga menunjukkan keseriusan terhadap perempuan. Sampai kapan kau akan begini terus?" imbuh George.

"Maka dari itulah, kami berencana menjodohkan kalian. Setidaknya kalian nanti bisa saling berubah satu sama lain." Melina membeberkan langsung maksud dari perjodohan ini.

Isi pikiran Vianca kacau, begitu pula dengan Herion. Mereka berpikir bahwa kehidupan bebas mereka akan segera berakhir. Inilah sesuatu yang paling menakutkan bagi mereka selama ini.

"Aku menolak!"

"Aku juga menolak!"

Vianca dan Herion mengutarakan penolakan mereka secara bersamaan.

"Sayang sekali, kami tidak menerima penolakan kalian dan kami tidak membutuhkan pendapat kalian," ujar Shally tertawa kecil.

"Tetapi, Ibu—"

"Vianca, Herion, kalau kalian tidak mau menjadi gelandangan, sebaiknya kalian ikuti saja perjodohan ini. Reputasi keluarga dipertaruhkan, kalian berdua sudah sangat keterlaluan."

Mereka kembali terdiam selepas George menekan agar mereka segera menikah. Benar-benar tidak ada celah untuk mereka berbicara atau sekedar menyuarakan pendapat singkat.

'Bagaimana semuanya bisa jadi seperti ini? Aku tidak mau menikah dengan Herion. Di sisi lain, aku juga tidak mau jadi gelandangan. Apa yang harus aku lakukan? Rasanya aku ingin kabur saja dari sini,' batin Vianca mulai tertekan.

Kepala Herion berkecamuk parah. Suasana hatinya mendadak memburuk. Orang tua mereka sesuka hati menentukan tanggal pernikahan. Sekarang mereka takkan bisa lari ke mana-mana. Hanya dapat menerima jalannya pernikahan ini begitu saja tanpa ada perlawanan khusus.

Pembahasan mengenai pernikahan Vianca dan Herion berlangsung lancar tanpa hambatan. Sepanjang pembicaraan, orang tua mereka terlihat sangat senang. Hanya mereka yang menginginkan pernikahan ini terjadi.

Sepulangnya dari restoran, Vianca langsung masuk ke dalam kamar tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Apa kau pikir ini akan baik-baik saja?" bisik Zeke.

"Kau pikir ada jalan lain selain ini? Kita harus menikahkan mereka berdua. Setidaknya, tidak ada pihak yang dirugikan di sini," ujar Shally.

"Tolong jangan terlalu keras padanya. Sekarang kita hanya bisa mendorong Vianca pelan-pelan supaya dapat melupakan masa lalu. Aku selalu mengkhawatirkannya setiap waktu meski aku tahu Vianca lihai dalam menyelesaikan masalahnya."

Zeke terduduk di atas sofa, sejujurnya ia sedikit sedih melihat sang putri murung. Akan tetapi, tidak ada jalan lain selain menikahkannya dengan Herion.

"Kau juga jangan terlalu memanjakannya. Sejak dulu kau selalu bersikap lunak, jadi aku terpaksa tegas menghadapi kelakuannya. Lagi pula dulu kita dijodohkan, sama seperti Vianca dan Herion."

Zeke tanpa sadar malah tersenyum saat mengingat momen awal-awal pernikahannya dengan Shally. Mereka juga menolak perjodohan dari orang tua mereka. Pada saat sudah menikah sekali pun, Shally dan Zeke enggan saling bersentuhan.

"Sifat keras kepalamu sama seperti Vianca. Kau bahkan menendangku ketika aku naik ke atas tempat tidur. Aku juga ingat kau dulu memukulku saat aku tanpa sengaja memelukmu," tutur Zeke.

Muka Shally berubah merah padam kalau disuruh mengingat masa-masa itu.

"Itu hanya masa lalu. Tolong jangan diingat lagi. Sekarang yang terpenting kita saling mencintai. Vianca adalah bukti dari cinta kita. Maka dari itu, kita juga harus membantu memperbaiki sikap Vianca."

Shally duduk di samping Zeke sambil menyandarkan kepalanya ke pundak sang suami.

"Kau benar, tetapi nanti coba kau bicara lagi dengan Vianca. Aku tidak mau dia galau seharian sampai mengurung diri di kamar."

"Baiklah, aku akan menemuinya nanti."

Sementara itu, Vianca berbaring di atas tempat tidur. Lagi-lagi dia menghela napas panjang mengingat betapa menyebalkannya bila harus dijodohkan dengan pria seperti Herion.

"Kenapa aku harus menikah? Memangnya kalau aku tidak menikah, aku akan mati? Memangnya kalau aku tidak punya anak, hidupku akan berakhir?! Ada apa dengan manusia di bumi ini? Bisakah aku pindah saja ke planet mars?"

Vianca melempar bantalnya ke sudut ruangan. Sungguh, perasaannya seperti sedang diacak-acak. Bagaimana caranya dia bisa bebas dari kekangan ini? Tidak ada cara lain untuk bebas sebab ancaman orang tuanya tidaklah sebuah gurauan semata.

"Vianca, bolehkah Ibu masuk?" Shally mengetuk pintu dari luar.

"Iya, Ibu, masuk saja," sahut Vianca.

"Apa yang kau lakukan? Apakah kau masih kesal karena keputusan perjodohan ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status