Nona Nakal Menikahi Casanova

Nona Nakal Menikahi Casanova

Oleh:  Xeiralana  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
548Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Vianca Heigels, seorang Nona dari keluarga kaya yang menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan banyak pria. Dia mempunyai kekasih di mana-mana hingga dicap sebagai seorang playgirl kelas kakap. Herion Lotze, seorang lelaki yang senang bermain dengan perempuan. Setiap hari dia selalu berganti perempuan dan menghamburkan harta kekayaannya demi mendapatkan gadis yang dia inginkan. Lalu apa jadinya bila kedua orang ini disatukan oleh janji suci pernikahan? Mereka dijodohkan dan dipaksa menikah. Kedua orang tua mereka sudah muak melihat tingkah anak mereka yang tak kunjung sadar. Kini mereka terpaksa menjalani hidup dalam pernikahan yang tak diinginkan.

Lihat lebih banyak
Nona Nakal Menikahi Casanova Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
11 Bab
1. Si Pecinta Pria
"Selamat pagi, Nona."Seorang pemuda bersenyum manis menyapa hangat sesosok gadis cantik yang tidur di sampingnya. Gadis itu menggeliat seraya mengumpulkan kesadaran penuh."Selamat pagi, Noel."Gadis yang bernama Vianca itu lekas bangun dari posisinya. Kala itu ia maupun Noel tidak mengenakan sehelai pun benang di tubuhnya."Apakah Anda akan pergi sekarang?" tanya Noel."Ya, tetapi sebelum pergi aku akan mandi dulu karena pagi ini ada rapat di kantor."Vianca berjalan menuju kamar mandi. Noel pun ikut bangkit dari tempat tidur lalu membantu memungut pakaian Vianca yang berceceran di atas lantai.Selepas mandi, Vianca pun langsung mengenakan pakaiannya dan menyerahkan sebuah cek kepada Noel."Ini untukmu. Anggap saja sebagai bonus karena telah memuaskanku semalaman," tutur Vianca.Noel tidak langsung mengambil cek itu. Dia terdiam dengan ekspresi wajah tertekuk. Hal ini membuat Vianca menjadi bingung."Ada apa lagi? Apakah ini masih kurang untukmu?" tanya Vianca memastikan.Noel mengg
Baca selengkapnya
2. Omelan Shelly
'Sial! Aku tidak sadar sampai lupa waktu untuk pulang. Padahal hari ini Ayah dan Ibu baru balik dari perjalanan mereka.'Pada pukul satu dini hari, Vianca kembali dari waktu bermainnya. Dia mengendap-endap masuk ke dalam rumah supaya tidak ketahuan oleh kedua orang tuanya. Dia tahu seberapa menakutkan sang Ayah dan Ibu ketika memarahi dirinya."Ehem."Langkah Vianca spontan berhenti tatkala mendengar suara deheman dari seseorang yang tak asing. Sontak ia memutar badan menghadap arah suara tersebut."Ayah, Ibu, kalian belum tidur?"Vianca tersenyum kaku. Ekspresi kedua orang tuanya tak lagi ramah. Mereka sudah menunggu anaknya sedari tadi, tetapi dia baru pulang ketika semua orang tertidur."Vianca, mari kita bicara sebentar."Vianca merinding. Suara Shelly — sang Ibu terdengar horor. Terutama kata-kata berbicara sebentar itu. Tanpa diberi tahu pun Vianca sudah tahu bahwa hidupnya saat ini sedang berada di ujung jurang kematian."Iya, Ibu? Apa yang ingin Ibu bicarakan?" Vianca menghamp
Baca selengkapnya
3. Kedatangan Melina
Jun terperanjat kaget mendapati Melina — Ibu kandung Herion muncul di hadapannya. Melina tidak mengabari Herion bahwa hari ini dia akan mengunjungi perusahaan sang putra. Sekarang Jun kebingungan harus mencari alasan yang seperti apa untuk mencegah Melina masuk ke ruangan Herion."Nyonya, kapan Anda datang? Sekarang Tuan—""Apa kau sedang mencoba untuk mencegahku masuk?"Melina melipat kedua tangan di dada sembari menatap tajam Jun. Sontak saat itu Jun berkeringat dingin sebab dia tahu seberapa menakutkannya Melina."T-Tidak, Nyonya. S-Saya tidak melarang Anda masuk." Jun gelagapan memberi jawaban kepada Melina."Baguslah. Biarkan aku masuk sekarang dan melihat sendiri apa yang sedang dilakukan anak kurang ajar itu."Jun menepuk keningnya, dia tidak bisa berbuat banyak demi menyelamatkan Herion dari amukan Melina.'Semoga Tuan diberi umur panjang oleh Tuhan,' batin Jun berdoa.Melina menerobos masuk ke dalam ruang kerja Herion. Melina tidak terkejut menyaksikan Herion berpelukan mesra
Baca selengkapnya
4. Perjodohan
Vianca dan Herion melirik ke dalam ruangan. Keduanya menemukan orang tua mereka tengah duduk di meja yang sama."Kenapa Paman dan Bibi juga ada di sini?" tanya Vianca kepada Melina dan George."Tentu saja untuk bertemu denganmu, sayang," jawab Melina.Keluarga Vianca dan Herion sudah mengenal baik sejak dahulu. Terlebih lagi Melina berteman dekat dengan Shally. Tidak jarang mereka mengadakan acara gabungan antara dua keluarga.Hubungan keluarga Lotze serta keluarga Heigels terkenal sangat baik. Sehingga tidak heran mengapa Vianca bisa mengenal Herion sedari kecil. Walau hubungan keduanya buruk, tetapi orang tua mereka tetap saja masih sering berhubungan satu sama lain."Cepat masuk kalian berdua! Duduk di sini." George memanggil mereka untuk segera masuk ke dalam ruangan.Dengan langkah ragu-ragu, mereka berdua akhirnya memilih masuk daripada nanti kena amuk oleh Melina dan Shally. Entah kenapa firasat Vianca berkata buruk soal pertemuan kali ini."Kenapa bertemu di sini? Biasanya kit
Baca selengkapnya
5. Demam
Vianca langsung membelakangi sang Ibu begitu ditanyai soal perjodohan tersebut. Seharusnya Shally sudah tahu jawabannya tanpa ditanyakan. Anak gadis satu-satunya itu memang paling benci diatur. Shally tahu itu, tetapi dia tetap memaksa Vianca untuk menikah demi kebaikan sang putri."Ibu kan tahu aku berkomitmen tidak akan menikah seumur hidup. Mengapa sekarang Ibu malah menjodohkanku degan Herion?" keluh Vianca.Shally duduk di tepi ranjang Vianca. Tangannya perlahan mengusap lembut kepala Vianca. Dia menatap lembut punggung Vianca sembari mengulas senyum tipis. Sebenarnya, di balik ketegasan Shally, tersimpan kehangatan dan kasih sayang yang besar terhadap putrinya."Maafkan Ibu, sayang. Kalau tidak begini, kau takkan pernah berubah. Apa kau tidak bosan terus menerus menyakiti hati pria secara bergantian?"Vianca sontak bangkit dari posisi tiduran. Dia duduk menghadap sang Ibu."Tetapi, Ibu, aku ingin terus hidup seperti ini. Kalau aku menikah, itu artinya aku berpisah dengan Ayah da
Baca selengkapnya
6. Hati yang Remuk
"Berhentilah mengatakan omong kosong! Sekarang aku sedang pusing memikirkan cara membatalkan pernikahan ini."Herion menepis apa yang dibicarakan Breno barusan. Dia tidak mau memikirkan hal yang mustahil dia dapatkan. Vianca terlalu jauh berada di depan, dia takkan bisa menangkap hati Vianca. Begitulah yang dirasakan Herion kala itu."Kenapa harus dibatalkan? Cukup jalani saja. Apa mungkin kau takut Vianca kabur dan tidak kembali lagi?"Perkataan Isaak menyesakkan dada. Memang itulah yang terpikirkan oleh Herion."Mustahil dia kabur. Gadis itu tidak bisa hidup tanpa harta orang tuanya. Dia menjadi CEO Heigels Group dan menggunakan uangnya untuk bersenang-senang di luar sana. Tidak mungkin dia mau meninggalkan itu semua," ucap Herion."Ada benarnya juga yang kau katakan itu. Lalu bagaimana kau menanggapinya? Kalian berdua tidak punya pilihan lain selain menikah," ujar Isaak.Sekali lagi, Herion menghela napas panjang. Masalah ini cukup rumit ditampung di kepalanya. Dia tidak yakin terha
Baca selengkapnya
7. Perangkap sang Sahabat
Vianca hari ini bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Kondisinya sudah jauh membaik dari sebelumnya. Akan tetapi, Herion tidak pernah datang menjenguknya sampai hari ini."Vianca!"Tiba-tiba sahabat Vianca yaitu Diandra dan Lilica datang. Mereka berdua langsung memeluk Vianca. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu Vianca, sekarang malah bertemu di rumah sakit."Kapan kalian kembali?" tanya Vianca."Kemarin, maaf kami baru sempat menjengukmu," ujar Diandra."Ternyata kau sudah mau pulang. Kami pikir kau masih lama di sini."Vianca mencubit pipi Lilica. "Apa kau bermaksud mendoakanku untuk sakit lebih lama lagi?"Lilica tertawa. Dia selalu saja seperti itu sedari dulu sampai sekarang."Bukan begitu maksudku. Aku pikir kau sakitnya sedikit lebih lama."Mereka berdua adalah teman Vianca yang dulu juga bersekolah di Rusia. Mereka berasal dari negara yang sama sehingga membuat mereka bisa berteman lebih dekat kala di Rusia dahulu. Sekarang mereka sama-sama bekerja di luar negeri. Hanya Vian
Baca selengkapnya
8. Kesempatan
Di saat sudah lewat tengah malam, Vianca merasa sudah berada di batas kemampuannya untuk menenggak alkohol. Gadis itu nyaris kehilangan kesadaran. Dia mabuk karena terlalu banyak alkohol yang dia minum."Aku sudah tidak kuat lagi."Vianca menidurkan kepala di atas meja. Diandra dan Lilica sengaja tidak minum terlalu banyak supaya mereka bisa menyukseskan rencana mereka."Vianca, bangun! Hei, bangun!" Diandra mengguncang-guncang tubuh Vianca untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar tidak sadar lagi."Sepertinya dia sudah minum terlalu banyak. Itu artinya Vianca sedang stres berat. Biasanya dia selalu menahan diri supaya tidak mabuk," ujar Lilica.Memang benar yang dikatakan Lilica. Vianca sekali pun tidak membiarkan dirinya berlarut dalam rasa mabuk. Akan tetapi, pada hari ini dia kebablasan sampai minum lebih dari sepuluh gelas.Diandra memberi kode kepada Breno kalau Vianca tidak lagi sadarkan diri. Breno dan Isaak paham, mereka akan melakukan rencana selanjutnya."Sepertinya Via
Baca selengkapnya
9. Fitting Gaun
Seberkas cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar. Vianca seketika membuka mata karena terganggu oleh sinar mentari tersebut. Dia duduk lalu meregangkan otot-otot tubuh yang kaku."Eh? Bukankah semalam aku berada di club? Kenapa sekarang aku ada di kamar? Mungkinkah Diandra dan Lilica yang mengantarkanku pulang? Ya, mungkin saja begitu," gumam Vianca.Kemudian Vianca beranjak turun dari tempat tidur. Shally tiba-tiba masuk ke kamar untuk memastikan apakah Vianca sudah bangun atau belum."Oh, kau sudah bangun?"Vianca tersentak mendapati Shally masik ke kamarnya. Dia ingat kalau kemarin tidak meminta izin kepada sang Ibu. Sekarang Shally pasti akan mengomeli dia lagi."Aku baru saja bangun." Vianca berupaya tetap tenang dan santai."Vianca, apa kau tahu kesalahanmu kemarin?"Vianca merasa merinding ketika suara dingin Shally seolah-olah mengiris bulu kuduk. Vianca tersenyum kaku, mencoba agar kepanikannya tak terlalu terlihat jelas."Maafkan aku, Ibu. Aku tidak meminta izin per
Baca selengkapnya
10. Lubang di Hati
Reyna tampak sangat marah begitu mendengar nama Vianca. Dia tidak menyukai gadis itu karena selalu menarik perhatian para lelaki. Tidak hanya pria dari kalangan bawah, bahkan pria dari kalangan konglomerat pun selalu mengejar Vianca. Hanya saja, gadis itu sedikit pemilih, dia menyukai pria bertubuh kekar dan bersifat lembut seperti Noel."Kenapa dia? Bukankah kau bermusuhan dengannya? Aku tidak bisa menerimanya kau direbut oleh wanita itu."Herion menghela napas panjang. Kekasihnya itu selalu saja menampakkan rasa irinya terhadap Vianca. Tanpa dia ketahui alasan yang jelas, Reyna selalu mengutarakan kebencian kepada Vianca."Tenang saja. Aku takkan jatuh cinta dengannya. Kau jangan merisaukan sesuatu yang tidak sepatutnya kau pikirkan," ucap Herion menenangkan Reyna.Dia hanya asal berbicara saja karena Reyna suka sekali mengamuk jika dia salah berbicara soal gadis lain."Benarkah? Awas saja kalau kau jatuh hati padanya," gertak Reyna secara lembut."Iya, aku tidak akan jatuh hati pada
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status