Punggung Nova menegang.Dia menoleh ke belakang dengan ekspresi santai. "Kalau ya, apa rencana Anda?"Brian menyunggingkan tatapan yang muram dan dingin.Seolah-olah orang bermesraan dengan Nova barusan tadi bukan dirinya."Apa lagi yang bisa dilakukan, tentu saja melakukan aborsi."Raut wajah Nova agak pucat dan mengepalkan kedua tangan dengan erat.Tatapan Brian semakin dingin."Nova, jangan lupa dengan aturan permainan kita."Tubuh Nova tiba-tiba mematung.Ya, hubungan antara dia dan Brian memang sebuah permainan.Bagaimanapun, status Nova juga tidak serasi dengan Brian.Dia terlahir di keluarga yang sangat sederhana.Sementara Brian adalah putra Keluarga Frank, juga penguasa keluarga Frank yang sebenarnya.Sejak awal pertemuan dia dan Brian adalah hanyalah sebuah kebetulan.Tiga tahun lalu, ibunya mengalami kecelakaan mobil, sehingga memerlukan uang. Dia dengan keras kepala meminta uang terhadap keluarga ayah kandungnya.Meskipun sudah berlutut semalaman dan pingsan di luar vila ya
Di suasana yang tidak jelas, selebriti itu pun semakin tulus dalam melayani.Nova hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Saat melihat Nova masuk, Brian agak mengangkat alis mata, tetapi tidak bergerakSementara Simon Frank, yang duduk di samping Brian, matanya berbinar ketika melihat Nova.Dia menoleh ke arah kakaknya, lalu menoleh ke arah Nova sambil tersenyum setengah."Bu Nova, kamu mau minum bir di sini?""Kasih sayang dari Pak Stephen yang sulit ditolak.Nova tidak menghampiri mereka, melainkan duduk di pojok."Apa kamu yakin mau duduk sejauh itu? Duduk di sini!" Simon sengaja memperbesar masalah.Orang lain tidak tahu hubungan antara Nova dengan Brian, tetapi sebagai adik Brian, Simon sangat mengerti akan itu.Sejak awal, selebriti ini memang tidak diminati oleh kakaknya, setelah kedatangan Nova, selebriti itu pun semakin disingkirkan.Nova berpenampilan cantik. Jelas dia memiliki wajah yang polos, tetapi disertai semacam pesona yang menggoda.Meskipun hanya mengenaka
Nova sangat kecewa.Dia mengerti maksud Brian.Asalkan dirinya mengangguk, makan Brian tidak akan melarang.Pria ini sama sekali tidak peduli dengan kepergiannya.Dia tidak bermaksud seperti itu terhadap Stephen.Jika pada masa lalu, dia juga akan menolak tanpa ragu-ragu.Namun, hari ini tiba-tiba tumbuh semacam niat nakal padanya.Dia tidak ingin seperti ini terus.Tangannya mengelus perutnya secara refleks.Dia tidak ingin mempergunakan anak ini untuk memaksa Brian bertanggung jawab padanya. Ini hanya sebuah permainan, sehingga tidak perlu dipertanggungjawabkan.Lagi pula, dia juga tidak bisa memaksa pria seperti Brian.Nova juga bukan mesti melahirkan anak ini.Hanya saja, jika membuang anak ini, bagaimana dengan berikutnya?Selama ini Brian benar-benar sedang menghindari kehamilan.Dalam hal ini, dia sangat berhati-hati. Dia tidak memperbolehkan Nova hamil.Sebab itu, setiap kali dia akan mengenakan kondom.Kecuali terakhir kali pada bulan lalu, dia melakukannya dengan kejam, sehin
Selebriti itu langsung mundur karena ketakutan. "Pak Brian, jangan marah. Aku keluar sekarang."Setelah selebriti itu keluar, para wanita lain di dalam ruangan juga keluar satu per satu, tinggal sekumpulan pria.Simon agak menyesal dengan candaan malam ini.Sebenarnya dulu dia juga pernah bercanda seperti ini.Hanya saja dulu Nova sangat penurut. Jangankan meninggalkan Brian, dia bahkan tidak memiliki pikiran seperti ini.Akan tetapi, hari ini ...."Kak, bagaimana kalau panggil Bu Nova kembali? Bilang saja, hanya bercanda! Bu Nova bekerja dengan baik di perusahaan kita, nggak mungkin benar-benar mau resign. Mungkin karena hari ini terlalu lelah, sehingga agak emosi."Brian menyunggingkan senyuman dingin."Aku nggak kekurangan manajer seperti ini. Kalau Pak Stephen mau, bawa pergi saja."Stephen terkekeh, lalu tiba-tiba tidak berani menjawab tuturan Brian.Jika sekarang dia masih belum menyadari hubungan antara Brian dan Nova, dia adalah orang bodoh."Hanya bercanda, siapa yang berani m
Nabila merasa agak lega setelah memarahinya, lalu mulai membicarakan hal serius."Kalau begitu, kamu pasti nggak mau anak ini, 'kan? Besok apa aku harus langsung mengatur jadwal operasi setelah kamu selesai diperiksa?"Nova mengelus perutnya sambil menahan sakit hati dan mengiakannya, "Baik."Usai berbicara, air matanya menetes.Bagaimanapun, dia bersalah pada anak ini.Namun, tanpa hubungan nikah, dia tidak bisa memberikan apa pun kepada anaknya, bagaimana mungkin berani melahirkannya?Dia hanyalah seorang wanita biasa dari keluarga biasa. Dia tidak boleh membiarkan anaknya dianggap anak haram untuk selamanya.Brian tidak akan menikah dengannya.Brian tidak akan memberikan kesempatan apa pun kepada Nova untuk menempel padanya.Perasaan.Cinta.Keluarga.Anak.Brian tidak akan memberikan semua itu kepadanya.Nova memejamkan mata dan menyeka air matanya....Larut malam, Nova tidak bisa tidur dengan nyenyak.Tiba-tiba, dia sepertinya bermimpi.Di dalam mimpi, dia kembali ke masa kecil.
Nova ingin mengelak.Brian malah sudah membuka pintu dan turun dari mobil.Langkah kaki pria sangat konsisten. Bunyinya terdengar agak marah."Apa sudah puas bermain-main?" Brian berhenti di depan dan menatapnya dari ketinggian dengan ekspresi datar."Aku nggak main-main." Nova tidak menatapnya.Tatapan Brian sangat muram. "Kalau begitu, Bu Nova benar-benar mau ikut Stephen? Kapan kamu mulai berhubungan dengannya?"Nova agak mengerutkan bibir. "Pak Brian sudah salah paham. Aku sendiri yang mau resign, nggak ada hubungannya dengan orang lain.""Alasan."Akhirnya nova mengangkat kepalanya dan saling bertatapan dengannya. "Aku mau menikah, Pak Brian."Brian tiba-tiba menyipitkan mata. "Serius?"Nova menjawab, "Ya, serius. Aku sudah berusia 27 tahun."Brian mengasah wajahnya dan matanya memancarkan cahaya yang berbahaya."Apa kamu sudah punya pasangan yang cocok?"Nova terdiam beberapa saat."Masih belum, tapi baik sudah atau belum, aku tetap mau resign.""Apa sudah banyak uang?" Brian men
Setelah meninggalkan rumah sakit, ponsel Nova berdering.Terdengar suara Cindy yang disertai kecemasan."Bu, ayahmu mencari masalah lagi di perusahaan. Kamu cepat ke sini, kalau Pak Brian ketahuan pasti murka lagi."Nova mengerutkan kening dan mengakhiri panggilan dengan tergesa-gesa menuju perusahaan.Begitu masuk ke aula resepsionis, langsung melihat Gary sedang duduk di sofa sambil merokok."Padamkan rokok."Raut wajah Nova sangat muram.Gary tersenyum. "Oke, aku turuti semua yang dikatakan putriku."Nova merasa sakit kepala saat melihat dia seperti ini."Kita bicara di luar."Nova membawa Gary ke sebuah kafe di lantai bawah perusahaan.Baru masuk, Gary langsung tertawa."Sekarang putriku sudah sukses, sudah bisa keluar masuk ke tempat kelas atas seperti ini."Nova menatapnya. "Kalau kamu nggak takut sama Brian, kelak bisa cari aku terus."Gary mencibir. "Apa kamu sedang menakutiku? Apa Brian berhak mengaturku untuk mencari putriku?""Kamu boleh saja mencobanya, lihat bagaimana resp
Bibir Nova agak bergetar.Sejak dia berusia 18 tahun, Gary sering meraba wajahnya dan bokongnya.Ibunya sudah banyak kali bertengkar dengan ayahnya karena hal ini, tetapi Gary tetap saja tidak berubah.Hal ini berlangsung hingga dia masuk universitas dan meninggalkan rumah.Namun, dia tidak mungkin menceritakan hal semacam ini kepada Brian.Dia bertatapan dengan Brian dan berkata, "Nggak."Raut wajah Brian tetap sangat muram. "Aku nggak berharap terjadi hal semacam ini lagi."Hal yang dia maksud adalah kedatangan Gary ke perusahaan."Nggak bakal ada lain kali lagi, karena aku bakal segera resign."Brian menyipitkan mata dan tiba-tiba mencibir. "Kelihatannya Bu Nova bertekad untuk resign."Nova tersenyum getir. "Ya."Brian tersenyum simpul dengan suara yang membuat orang merinding. "Baik, kalau begitu, aku nggak bakal mempertahankan Bu Nova untuk resign."Nova mengiakannya, "Ya."Brian menatapnya, lalu berjalan ke tempat duduk di tepi jendela.Nova baru menyadari bahwa masih ada wanita