Setelah beberapa bulan lamanya, Giselle yang sudah pernah berhenti berharap bisa menginjakkan kembali kakinya di kota Luinz, hari ini akhirnya ia kembali. Kedatangannya di kota Luinz bersama anak dan juga istrinya, disambut oleh Charles dan juga kepala pelayan rumah itu. Charles sangat tidak menduga kalau keesokan hari setelah ia pulang dari tempat Gerald, putranya itu akan menyusul. "Akhirnya kalian pulang juga," ucap Charles memeluk Elodie yang kini berlari ke arahnya. "Elodie datang, Opa," seru anak itu. "Iya, Nak. Selamat datang di rumah Opa," ujar Charles mengelus lembut punggung kecil Elodie dan memeluk cucu satu-satunya yang ia sayangi. Gerald melepaskan mentel hangat yang ia pakai, begitu juga dengan Giselle di sampingnya. "Di mana Mama, Pa?" tanya Gerald menatap sang Papa. "Ada di kamar. Kalian berdua ke sanalah, temui Mama." "Baik, Pa," jawab Giselle. Gerald dan Giselle bergegas menuju sebuah kamar yang berada di lantai satu. Dengan pelayan yang berjalan di
Tiada angin tiada hujan, pagi ini Charles datang tanpa memberikan kabar lebih dulu pada Gerald ampun Giselle. Kedatangan laki-laki itu tampaknya ingin mengatakan hal yang sangat penting. Setelah meminta Papa mertuanya masuk ke dalam rumah, Giselle segera memanggil suaminya untuk segera menemui Papanya di lantai satu.Kini, mereka berada di lantai satu. Elodie juga tengah dipangku oleh Charles, setelah Giselle membujuk si kecil untuk tidak menolak sang Opa. "Ya ampun, Cucu Opa sudah besar, sudah cantik," ujar Charles mengecup pipi Elodie dan memeluknya. "Iya, Opa. Usia Elodie sudah empat tahun. Kemarin Elodie ulang tahun! Opa tidak memberikan hadiah buat Elodie?" pinta anak itu. "Elodie mau hadiah apa? Opa akan belikan sekarang juga!" seru Charles menatap bangga cucu cantiknya. Anak manis itu mengerucutkan bibirnya dan menggelengkan kepala. "Tidak jadi deh, Elodie tidak minta apa-apa. Elodie sudah punya Papa, apa saja yang Elodie mau dibelikan sama Papa. Papanya Elodie itu kaya ra
Udara dingin menjelang akhir tahun sudah merambah sampai di kota Lasster. Pagi yang dingin dan Giselle masih meringkuk di atas ranjang dengan Gerald yang kini memeluknya erat dan posesif. Setiap pagi, Giselle selalu berjuang untuk lepas dari dekapan suaminya ini. Gerald yang selalu menahan Giselle di atas ranjang setiap pagi. Seperti saat ini. "Ini masih pagi, Sayang. Nanti saja, ayo tidur lagi. Udaranya sangat dingin..." Gerald semakin erat melingkarkan lengan kanannya memeluk perut Giselle. Wanita itu menahan perlahan dada bidang Gerald. "Ini sudah pagi, Gerald. Bagaimana kalau Elodie sudah bangun?" "Anak kita sudah besar, tenang saja..." Laki-laki itu malah menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Giselle. Helaan napas panjang dan pasrah terdengar dari bibir Giselle. Ia menatap wajah Gerald yang kembali dalam dalam tidurnya. Mendusal dalam dada Giselle seperti Elodie, mereka berdua benar-benar jiplakan yang pas. Giselle mengusap rambut Gerald dan mengusap punggung kekarnya.
Hari ulang tahun Elodie telah datang. Tidak ada pesta yang meriah di sana, Gerald dan Giselle merayakan ulang tahun Elodie di rumah tanpa mengundang siapapun.Namun bukan berarti Elodie tidak mendapatkan banyak hadiah. Justru, ada empat ajudan Gerald yang datang membawakan banyak hadiah untuk Elodie. "Selamat ulang tahun Nona Kecil, Paman Sergio bawakan hadiah khusus untuk Nona Kecil," ujar Sergio menyerahkan paper bag besar berwarna merah muda di tangannya. "Wahhh, isinya apa, Paman?" tanya anak itu. "Rahasia, dibuka nanti saja," jawab Sergio. "Selamat ulang tahun, Nona Elodie," ucap Lucas dan juga kedua ajudan Gerald yang lainnya. Anak itu sangat senang, hanya ada empat orang yang datang, tapi hadiahnya memenuhi ruangan keluarga di lantai satu. Giselle dan Gerald yang berada di sana pun tersenyum melihat wajah Elodie berseri-seri. "Ayo, Ma... Ayo tiup lilin!" seru anak itu bertepuk tangan heboh. "Iya, Sayang. Tunggu sebentar ya..." Giselle berjalan ke belakang mengambil kue
Suhu udara petang ini sangat dingin, Giselle yang masih terasa sangat lelah usai kegiatan panas mereka semalam pun masih terlelap dalam dekapan Gerald. Hingga terdengar suara ponsel miliknya Gerald bergetar di atas nakas ranjang. Getaran ponsel itu membuat Gerald berdecak kesal karena membangunkan tidur istrinya. "Sayang, siapa? Pagi-pagi begini?" tanya Giselle sambil susah membuka mata. "Sssttt ... tidurlah lagi," bisik Gerald membawa Giselle dalam dekapannya. Satu tangan Gerald terulur meraba-raba nakas di samping ranjang dan ia mencari di mana ponselnya berada saat ini. Gerald langsung menjawab panggilan itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya. "Halo?" Suara seraknya terdengar. "Halo, Gerald, ini Papa..." Mendengar suara itu, Gerald langsung membuka kedua matanya. "Sebentar, Pa," jawab Gerald pelan. Laki-laki itu perlahan-lahan melepas pelukannya dari Giselle dan ia menyelimuti tubuh Giselle dengan hangat. "Tunggu sebentar, Sayang," bisik Gerald menunggu kecupan di p
"Papa ... berarti sekarang Elodie tidak boleh bobo sama Papa dan Mama lagi?" Pertanyaan dengan suara khas yang mungil itu terdengar dari bibir Elodie. Bocah manis yang duduk di atas meja marmer putih di dapur, sedang makan disuapi oleh sang Papa. Gerald tersenyum manis sambil membawa piring kecil berisi ayam goreng yang Elodie minta sejak tadi. "Iya, Sayang. Katanya Elodie mau punya adik yang lucu," jawab Gerald gemas menatap anaknya. "Heem. Elodie mau adik dua ya, Pa..." "Oke! Dua adik yang lucu dan manis untuk Anak Cantiknya Papa!" seru Gerald. "Ayo buka mulut, tinggal tiga suapan saja, Sayang." Anak itu membuka mulutnya dan menerima suapan ayam goreng kesukaannya. Dari lantai dua, tampak muncul Giselle turun. Wanita cantik itu berjalan mendekati suami dan putri kecilnya di dapur. Giselle mendekati mereka berdua dan tersenyum pada Elodie. "Sekarang semuanya serba Papa, sama Mama tidak mau lagi," ujar Giselle menarik kursi duduk di samping si kecil. "Iya dong! Papanya Elodi