Keesokan paginya, Giselle dan Gerald bersiap pergi hari ini. Sedangkan Elodie, dia asik bermain dengan teman barunya, putri dari tetangga sebelah rumah yang berusia satu tahun lebih tua dari Elodie. Sehari-hari mereka bermain bersama diawasi oleh para pelayan. Dan Elodie juga tidak mau tahu lagi Gerald dan Giselle mau pergi ke manapun. Kini, Giselle turun ke lantai satu mendekati suaminya yang tengah duduk bersama orang tuanya di ruang keluarga. Marisa menoleh ke arah Giselle, lalu wanita tua itu melengos begitu saja. Giselle juga tidak peduli sama sekali. "Kalian ada acara?" tanya Charles menatap sang putra. "Tidak, Pa. Aku akan mengantarkan Giselle ke rumah sakit, Pa.""Memangnya istrimu itu kenapa?" sahut Marisa melirik Giselle yang sudah berada di sana."Tidak apa-apa, Giselle sedang tidak enak badan saja," jawab Gerald. "Periksakan mentalnya, siapa tahu ada obat untuk tidak membangkang pada mertua," sahut Marisa. "Marisa..." Charles menatapnya penuh peringatan. Giselle di
"Kita jadi jalan-jalan, kan, Sayang? Aku sudah siap! Elodie juga sudah dimandikan oleh Bibi sejak tadi." Giselle memeluk Gerald dari belakang saat suaminya berada di dalam ruangan kerjanya. Gerald memang tidak pergi ke kantor, tetapi buka berarti Gerald libur bekerja. Ia mengerjapkan semua pekerjaannya dari rumah. "Jadi, tunggu sebentar, oke?" Gerald menatapnya hangat. "Baiklah..." Giselle melepaskan pelukannya. Dari arah pintu, tampak Elodie berlari masuk ke dalam sana. Anak itu sudah cantik dengan balutan dress selutut berwarna kuning cerah dan rambutnya diikat dua lengkap dengan jepit berwarna senada, juga sepasang sepatu yang kelap-kelip kesayangannya. "Waahh ... Wahhh, cantik sekali anak Mama!" seru Giselle menatap si kecil. "Anak Papa apa anak Mama?" sahut Gerald menatap si kecil. "Anak Papa, dong! Yang paling banyak uangnya kan, Papa!" seru Elodie tertawa senang berlari berhambur dalam pelukan sang Papa. Giselle langsung mencebikkan bibirnya menatap mereka berdua. Teru
Setelah kejadian kemarin, antara Giselle dan Marisa pun terlihat tidak seperti biasanya. Pagi ini, mereka tengah sarapan bersama. Giselle duduk di samping Gerald, dan Elodie tengah disuapi oleh pelayan di depan. "Makan yang banyak, Giselle, supaya tidak lemas seperti kemarin," sahut Marisa. "Mama sudah bilang kan, untuk tidak melakukan aktivitas rumah.""Iya, Ma. Aku memang tidak melakukan apapun, tapi Mama selalu memerintahku terus, seperti pembantu saja di rumah ini," jawab Giselle sambil melanjutkan makannya.Jawaban yang Giselle berikan tanpa ia sadari membuat ketiga orang di sampingnya itu langsung menatapnya. Tanpa rasa bersalah, Giselle menatap mereka satu-persatu. Termasuk suaminya yang langsung mengusap pucuk kepalanya dengan lembut. "Memang iya. Aku di suruh ini, disuruh itu," jawab Giselle. "Makanya kemarin aku ketiduran, karena aku lelah tahu, Ma!" Marisa menatapnya tajam dan lekat sebelum wanita itu mengangguk. "Iya, iya ... Mama tahu." Baik Marisa maupun Charles me
Beberapa hari berlalu, tidak terasa kalau Giselle dan Gerald berada di Luinz sudah hampir tiga minggu berada di sana. Hari-hari yang Giselle jalanin terasa semakin berat. Selain mengurus anak dan suaminya, ia juga merawat Mama mertuanya yang masih sakit-sakitan, meskipun kondisi Marisa berangsur membaik.Pagi ini, Giselle tampak tertidur di sofa di dalam rumah. Padahal Giselle tadinya tengah mengamati Elodie yang sedang belajar bersepeda di luar. "Mama ... Mama, lihat! Elodie sudah bisa naik sepeda sendiri!" teriak Elodie dari depan rumah. "Mama...!" Anak itu hendak melambaikan tangannya ke arah Giselle, tetapi sepeda kecilnya justru oleng dan membuat anak itu jatuh terjerembab. Detik itu juga, suara tangisan Elodie pecah dan menggelegar dari arah teras depan rumah. Marisa dan para pelayan pun langsung berlarian keluar. Marisa sangat panik melihat Cucu kesayangannya terjatuh. "Huwaaa ... Kakinya Elodie berdarah! Mama..!" teriak Elodie sambil tengkurap di atas paving di halaman
Setelah kejadian pagi tadi, seharian Giselle merasakan tubuhnya tidak nyaman. Namun, ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, terutama di hadapan anaknya. Malam ini mereka semua tengah makan malam bersama. Giselle duduk di samping Gerald yang kini memangku dan menyuapi Elodie. "Bagaimana kondisimu, Nak? Apa kau demam?" tanya Charles pada Giselle. "Tidak, Pa. Hanya saja sedikit pusing," jawab Giselle. "Tapi kau sudah meminum obat kan, Giselle?" Marisa menatapnya lekat. Giselle mengangguk. "Sudah, Ma. Mama jangan khawatir." "Syukurlah kalau begitu..." Gerald memperhatikan wajah istrinya yang pucat, ia mengusap pucuk kepala Giselle dengan lembut. "Makan yang banyak, Sayang. Setelah ini segeralah istirahat, biar aku saja yang menemani Elodie." "Heem." Giselle mengangguk. "Tapi, Giselle. Sebentar lagi sebelum istirahat bantu Mama siapkan obat dulu ya," pinta Marisa."Ma, Giselle itu sedang sakit, Ma. Mama bisa meminta bantuan pelayan!" sahut Gerald."Hanya sebentar saja, Geral
Beberapa hari kemudian, kondisi Elodie telah membaik. Anak itu sudah sembuh dari demamnya dan juga sudah tidak rewel-rewel lagi saat Giselle mengajaknya ke rumah orang tua Gerald. Seperti hari ini, Giselle tengah menjaga Mama mertuanya dan Elodie juga ada di sana, bermain di teras dengan mainan-mainan barunya. Giselle menuntun Marisa berjalan dan duduk di kursi teras samping. "Hati-hati, Ma. Tidak usah buru-buru duduknya," ujar Giselle. "Iya, Giselle. Mama sudah bisa berjalan kok, jangan khawatir..." Marisa berjalan perlahan-lahan dan duduk di kursi kayu. Wanita itu menatap cucunya yang tengah bermain. Bahkan Charles membelikan banyak sekali mainan untuk Elodie, aneka boneka, hingga sepeda, dan lain-lainnya. "Sayang, Elodie jangan bermain di sana. Jangan dekat-dekat kolam, Sayang," panggil Giselle pada anaknya. "Elodie mau di sini sambil lihat anjing kecil itu, Ma," jawab Eloisa berdiri di tepian kolam. "Lihatnya dari sini saja, Nak. Nanti Elodie kalau lari terpeleset jatuh di