Home / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 97. Perjuangan Seorang Ibu

Share

Bab 97. Perjuangan Seorang Ibu

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-05-20 17:29:28

Laki-laki dengan stelan tuxedo hitam itu melangkah cepat mendekati Giselle yang kini duduk bersimpuh di kaki Marisa.

"Bangun. Jangan seperti ini, Giselle!" seru pria itu menarik pelan pundak Giselle dan membantunya bangun.

Ia mendongak menatap Elodie yang menangis dalam pelukan Marisa. Saat itu juga, Dean langsung merebut Elodie dari gendongan Marisa saat wanita tua itu berusaha membujuk Elodie.

"Apa yang kau lakukan, Dean?!" pekik Marisa menatapnya marah.

"Harusnya saya yang bertanya pada Tante! Apa yang Tante lakukan?!" balas Dean dengan berapi-api.

Marisa mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dan satu langkah mendekati Dean, namun dengan cepat Dean membalikkan badannya dan menyerahkan Elodie pada Giselle.

"Mama..." Elodie langsung merengkuh leher Giselle dan memeluknya dengan sangat erat. "Elodie tidak mau ikut Oma, Elodie mau sama Mama!" seru anak itu.

Giselle mendekapnya dengan sangat-sangat erat. Wanita itu membenamkan wajah Elodie dalam dekapannya.

"Tidak, Sayan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 97. Perjuangan Seorang Ibu

    Laki-laki dengan stelan tuxedo hitam itu melangkah cepat mendekati Giselle yang kini duduk bersimpuh di kaki Marisa. "Bangun. Jangan seperti ini, Giselle!" seru pria itu menarik pelan pundak Giselle dan membantunya bangun. Ia mendongak menatap Elodie yang menangis dalam pelukan Marisa. Saat itu juga, Dean langsung merebut Elodie dari gendongan Marisa saat wanita tua itu berusaha membujuk Elodie. "Apa yang kau lakukan, Dean?!" pekik Marisa menatapnya marah. "Harusnya saya yang bertanya pada Tante! Apa yang Tante lakukan?!" balas Dean dengan berapi-api. Marisa mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dan satu langkah mendekati Dean, namun dengan cepat Dean membalikkan badannya dan menyerahkan Elodie pada Giselle. "Mama..." Elodie langsung merengkuh leher Giselle dan memeluknya dengan sangat erat. "Elodie tidak mau ikut Oma, Elodie mau sama Mama!" seru anak itu. Giselle mendekapnya dengan sangat-sangat erat. Wanita itu membenamkan wajah Elodie dalam dekapannya. "Tidak, Sayan

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 96. Kumohon, Jangan Ambil Anakku

    Keesokan harinya, Giselle sudah membulatkan tekadnya untuk benar-benar berhenti bekerja di perusahaan milik Gerald. Sejak pagi, Giselle menyibukkan dirinya dengan fokus mengurus si kecil. Elodie yang terjaga semalaman karena demam, membuat Giselle ekstra menjaga buah hatinya. Seperti pagi ini, Giselle harus lebih lembut dan sabar membujuk Elodie yang tengah rewel untuk meminum obatnya. Selalu ada drama dan penolakan dari Elodie setiap harinya. "Elodie tidak mau, Mama nakal sekali ... ini pahit! Elodie tidak suka." Anak itu menangis dan mendorong tangan Giselle. Elodie menangis terbaring di sofa ruang tamu, anak itu lemas dan demam hingga dia tidak mau beraktivitas apapun karena tubuhnya dirasa sakit semua. Giselle masih berusaha dengan sepenuh hati. "Sedikit saja, Sayang. Biar perut Elodie tidak sakit lagi, Nak," bujuk Giselle. Perlahan, Giselle membantu Elodie duduk dan membujuknya dengan sepenuh hati untuk meminum obatnya. Elodie pun meminum obat itu cepat dan dia kemb

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 95. Selama ini Ternyata Keluarga Gilbert Punya Seorang Cucu

    Di tempat lain, Marisa kembali ke kediamannya dengan perasaannya yang diliputi rasa tak menentu setelah ia melihat Giselle bersama Elodie. Wanita setengah baya itu masuk ke dalam rumah dan berjalan ke ruang keluarga di mana suaminya duduk di sana sambil membuka-buka dokumen berkas perusahaannya. "Tumben pulang cepat, Ma? Mana belanjaanmu?" tanya Charles—laki-laki tua itu memperhatikan istrinya yang tampak diam dengan wajah cemas. "Kenapa kau diam?" Charles menelisik wajah istrinya dengan curiga. Marisa mengusap wajahnya dan ia mendekati sang suami. Wanita itu meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. "Pa, barusan aku di supermarket bertemu dengan Giselle. Papa tahu ... dia memiliki seorang anak, Pa!" seru Marisa dengan ekspresi wajah yang sulut diartikan. "Apa?" Kedua alis tebal Charles menukik tajam. Seperti yang Marisa duga, suaminya pun pasti tidak akan percaya. "Kau tidak salah lihat, kan, Ma?" "Tidak! Untuk apa aku membual padamu!" pekik Marisa. Wanita men

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 94. Anak Kecil itu, Cucuku?!

    "Mama, lihat ini ... Elodie dibelikan balon yang bagus sama Oma itu, Mama!" Suara Elodie membuyarkan keterkejutan Giselle saat ini. Giselle menatap cepat ke arah Elodie dan langsung menggendong anaknya. "Mama, bagus kan, balonnya?" Elodie mendongak menatap balon karakter miliknya. "Elodie kenapa jalan sampai ke sana-sana, Sayang?" Giselle menatapnya cemas. "Elodie cuma ambil dompet Oma itu yang jatuh, Mama. Terus Elodie kembalikan dan Oma belikan Elodie balon," ungkap Elodie dengan polosnya. Giselle mendekap si kecil dengan erat. Dengan perasaan was-was ia menatap Marisa yang kini berjalan mendekatinya diikuti oleh ajudannya. Marisa menelisik menatap wajah Giselle, lalu beralih pada Elodie yang kesenangan dengan mainan barunya. "Anak ini, anak sia—" "Maaf kalau Elodie telah mengganggu Nyonya," ucap Giselle, ia menyela cepat ucapan Marisa. "Sekali lagi, saya minta maaf. Permisi." Giselle langsung melenggang pergi dan berjalan cepat meninggalkan Marisa bersama ajudannya

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 93. Pertemuan Elodie dan Oma Marisa

    Pukul enam pagi, Elodie terbangun dari tidurnya. Anak perempuan bertubuh mungil itu meringkuk di atas ranjang memeluk boneka beruang berwarna putih miliknya. Elodie menatap sang Mama yang duduk di sampingnya dan tersenyum sambil mengelus lembut pipinya. "Selamat pagi, Sayang," sapa Giselle, ia tertunduk dan meninggalkan kecupan penuh cinta di pipi Elodie. Anak itu menggeliat dan langsung bangun, duduk sambil memeluk Giselle. "Kalau masih mengantuk, Elodie tidur boleh tidur lagi," ujar Giselle mengelus rambut hitam si kecil. "Mama tidak bekerja?" tanyanya dengan polos. "Mama hari ini libur, Sayang. Mama ingin menemani Elodie," jawab Giselle. Kedua mata Elodie melebar, anak itu tersenyum dan mengeratkan pelukannya. "Berarti hari ini Mama temani Elodie main, Ma," ujarnya. "Iya, Sayang. Pasti..." Giselle membalas pelukan Elodie. Saat lengan panjang piyama berwarna merah muda yang Elodie pakai terangkat, Giselle melihat memar merah di lengan anaknya. Perlahan, Giselle

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 92. Giselle, Kau Berhak Bahagia

    Hari sudah gelap dan hujan pun belum reda. Gerald yang berada di rumah, laki-laki itu duduk di dalam ruang keluarga terdiam di sana menunggu kedatangan Sergio yang belum kembali sejak beberapa jam yang lalu. Bahkan, panggilan Gerald pun tidak dijawab oleh ajudannya tersebut. "Ke mana Sergio? Tidak biasanya dia mengabaikan panggilanku," gumam Gerald lirih, ia menatap ke arah jendela besar di dalam ruang keluarga, melihat hujan deras di luar sana. Tak berselang lama, Gerald melihat mobil hitam miliknya yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Dan setelah itu pintu utama rumah terbuka, tampak Sergio masuk ke dalam rumah dan berjalan menemui Gerald. "Selamat malam, Tuan," sapanya dengan sopan. Gerald bergumam pelan dan menatapnya. "Kenapa lama sekali? Ke mana wanita itu pergi?" Sergio terdiam sejenak dan meletakkan kunci mobil milik Gerald di atas meja. "Saya ... saya mengantarkan Giselle pulang. Hanya itu," jawabnya cepat. Iris hitam Gerald menelisik ekspresi wajah ajudanny

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 91. Kita Cukup Sampai di Sini, Gerald!

    "Halo, Nyonya Giselle ... bisakah Nyonya pulang sekarang? Elodie tiba-tiba saja lemas dan mual-mual. Dia terus mencari-cari Nyonya." Kedua mata Giselle melebar mendengar suara pengasuh Elodie di balik panggilan itu. Giselle meremas kertas di tangannya. "Iya, Madam. Saya akan pulang sekarang juga. Tolong jaga Elodie sebentar," jawabnya dengan panik. Panggilan itu pun ditutup oleh Giselle. Wanita itu merapikan semua barang-barang miliknya di atas meja kerjanya. Giselle menoleh ke arah jarum jam yang masih menunjukkan pukul empat sore. Tetapi hujan di luar membuat langit menjadi gelap. Saat Giselle bersiap pergi, tiba-tiba saja Gerald muncul masuk ke dalam ruang kerjanya. "Kau mau ke mana, Giselle?" Gerald mendekatinya. "Saya izin pulang," ucap Giselle menatap Gerald dengan tatapan paniknya. "Pulang? Sebentar lagi kau ikut denganku ke pertemuan dengan beberapa kolegaku. Bagaimana bisa kau izin pulang, heh?" Gerald menarik lengan Giselle. Tetapi, Giselle lebih cepat melepa

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 90. Gerald, Giselle Berhak Bahagia

    Ungkapan yang terang-terangan diucapkan oleh Dean sukses membuat Gerald geram. Dengan sangat mudahnya dia mengatakan masih akan tetap menyukai Giselle tanpa peduli kalau Giselle adalah masa lalu Gerald. "Kau ke sini ingin membahas wanita itu atau membahas pekerjaan!" seru Gerald mengalihkan pembicaraan. "Yahh ... mungkin keduanya. Kalau aku ingin mengajakku membicarakan Giselle, aku tidak akan menyesalinya," jawab Dean santai. Diam-diam Gerald mengepalkan tangannya geram karena ekspresi remeh yang Dean tunjukkan padanya saat ini. Gerald pikir kalau Dean sungguh menjauhi Giselle. Tetapi, sepertinya Dean mengambil celah status yang Giselle miliki. Antara Gerald dan Giselle hanyalah mantan, dan tidak lebih. Mereka yang sudah terlepas dalam segala hubungan, dan Dean merasa Giselle berhak bahagia seperti halnya Gerald. Saat mereka berdua kembali membicarakan tentang pekerjaan, tiba-tiba saja pintu ruangan CEO itu pun terbuka. Muncul seorang wanita cantik dengan balutan dress

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 89. Dean Tak Akan Mundur

    Udara dingin malam ini membuat Giselle setia terjaga. Wanita cantik berambut panjang itu menatap wajah damai putri kecilnya yang sudah terlelap dalam alam mimpi. Sedangkan Giselle, ia terjaga sepanjang malam karena pikirannya yang berisik dan selalu diliputi cemas setiap saat. Giselle menarik selimut tebalnya dan menutupi tubuh kecil Elodie. "Anak Mama, tidur pulas sekali," gumamnya tersenyum dan mengecup pipi Elodie. Giselle beranjak dari pembaringannya dan duduk bersandar pada sandaran ranjang. Ia meraih ponselnya di atas nakas, sejak pulang dari luar kota sore tadi. Giselle mengabaikan semua panggilan dan pesan dari Gerald. Dan tengah malam ini, Giselle mulai membuka pesan itu satu persatu. 'Jawab panggilanku, Giselle!' 'Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu.' 'Silakan bila kau marah padaku, tapi jangan mengabaikan panggilan dan pesanku, Giselle!' Membaca semua pesan itu, Giselle sambil menelan ludah pelan karena merasakan hawa yang aneh di dalam hatinya. En

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status