Share

Bab 7. Aku Tertarik

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-09-15 09:49:11

Sekujur tubuh Vanya bergetar, wajahnya langsung menunduk, terlihat jelas ada rasa takut di sana. Dia benar-benar mengutuk tindakannya sendiri yang terlalu bodoh melakukan tindakan sekonyol itu.

“Lihat aku,” ucap Kevin dengan nada datar, “jangan tundukan kepalamu itu.”

Mendengar hal itu dengan perasaan ragu dan takut dia mendongakkan wajahnya. Memberanikan diri menatap mata Kevin.

“Apa kamu baru saja melamarku, Nona Dirgantara?” ulang Kevin dengan pertanyaan sebelumnya.

“A-aku … aku tidak bermaksud b-bertindak lancang, Tuan, aku hanya … hanya ….” Lidah Vanya mendadak kelu, jantungnya berdegup kencang tak karuan, dia benar-benar takut, terlihat jelas gemetar saat jari-jarinya saling bertautan.

Apalagi saat dia mengingat tindakan Kevin yang mengusir Winda dan mengatakan pada orang-orangnya untuk mengusir wanita itu dan keluarganya dari kota Cavendra ini. Hal ini makin membuatnya ketakutan, bayangan siksaan dari keluarganya jelas akan sangat lebih kejam lagi untuk ke depannya. 

Lalu detik berikutnya, dia membungkukkan tubuhnya di depan Kevin. “Maaf, maaf, maaf, maaf Tuan Kevin, aku benar-benar sudah bertindak lancang.” Suaranya terdengar lirih nyaris ingin mengeluarkan tangisan.

Melihat Vanya bertindak seperti barusan membuat Kevin mengernyitkan keningnya. 

Tap!

Kevin lalu menyentuh bahunya, membuat Vanya itu akhirnya menghentikan gerakannya yang kembali akan membungkukkan tubuhnya di hadapan Kevin.

Tubuh Vanya membeku, kedua matanya beradu pandang, hanya saja, tatapan Kevin benar-benar tidak memperlihatkan bentuk kekejaman di sana. Terasa sama seperti sebelumnya di dalam ballroom tadi.

“Katakan padaku, istri yang baik itu seperti apa?” Pertanyaan Kevin membuat mata Vanya mengerjap beberapa kali.

“I-istri yang baik, tentu saja istri yang bisa menjaga kehormatan suaminya.” Vanya berkata dengan suara bergetar.

Kevin mengangguk singkat, cukup membuat jantung Vanya makin berdegup kencang. Bingung dan takut bercampur jadi satu, karena tidak mengerti arti dari ekspresi pria itu. 

“Lalu … apa alasanmu untuk menjadi istriku?” Pertanyaan itu membuat Vanya membeku. Keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. 

‘Apa alasannya?’ ulang Vanya dalam hati. Alasan yang sesungguhnya, jelas karena tekanan dari keluarganya, lalu apa dia ada alasan yang lain? 

Kevin menghela napas dalam dan tersenyum miring.

“Tujuanmu menikah denganku karena dipaksa keluargamu, kan? Alasan menikah denganku agar keluargamu bisa melancarkan bisnis–”

“Benar,” potong Vanya cepat.

Kevin terlihat memperhatikan gerakan Vanya dengan detail, dia tidak menyangka kalau Vanya langsung membenarkan ucapannya.

“Tapi … kalau aku ada alasan lain lagi, apa … T-tuan Kevin bisa percaya padaku?” Mata Vanya menatap Kevin dengan tatapan yang terlihat sangat jernih, dengan napas yang tercekat, suara terdengar bergetar dan tangannya terkepal kuat. Dia mencoba untuk mengeluarkan semua keberaniannya untuk berkata pada Kevin.

“Alasanku … alasanku karena Anda sudah membantuku tadi,” ucap Vanya dengan jujur.

Mendengar pernyataan itu, Kevin langsung menautkan alisnya lalu, membuang napas dengan berat. “Berlebihan,” ucapnya, “lalu, apa setiap orang yang menolongmu akan kau ajak menikah?” 

Vanya terkejut mendengarnya, lalu dia sedikit mengerucutkan bibirnya dan berkata, “Tidak begitu juga tapi karena kamu … kamu ….” Kembali Vanya tidak bisa berkata-kata di hadapan Kevin, lidahnya benar-benar terasa kelu.

“Sudahlah, kau masuk saja!” potong Kevin cepat, “di sini sangat dingin, salju mungkin akan turun malam ini, keluargamu akan repot kalau kau sakit.” Ucapan Kevin terdengar datar, tapi jelas memiliki arti besar untuk Vanya, bahkan pria itu memberikannya perhatian?

Tidak ingin berlama-lama dan mungkin akan terlibat masalah dengan Kevin, Vanya cepat membalikkan badannya dan berjalan cepat ke arah ballroom pesta, karena langkahnya yang sedikit tergesa, beberapa kali terlihat dia akan terjatuh karena menabrak anak tangga dan menginjak gaunnya sendiri.

Dari kejauhan Kevin melihat dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

Baru saja kembali ke tempat pesta itu, Febiola langsung menghampiri Vanya dengan wajah yang terlihat sedang menahan amarah.

“Dari mana saja kamu, heh?!” ucapnya dengan nada pelan tapi terasa sangat menekan, karena tidak mungkin dia berkata kasar pada Vanya di depan banyak orang. Setidaknya dia berusaha untuk menahan dirinya saat ini.

“Aku dari–”

“Sudah tidak penting untuk sekarang! Ikut aku!” Febiola menarik dengan sedikit kasar pergelangan tangan Vanya membuatnya terhuyung beberapa saat sebelum akhirnya menyesuaikan langkah dengan Febiola.

“Vanya, sepertinya mendapatkan Kevin terlalu sulit untukmu, maka aku dan ayahmu sudah memutuskan untuk tidak terlalu memaksamu,” ucap Febiola saat langkah mereka sejajar.

Vanya menoleh ke arah Febiola, tanpa ada kesempatan untuk bertanya, Febiola kembali bicara, “Aku dan ayahmu sudah sepakat untuk menikahkanmu dengan seseorang, tugasmu hanya mengiyakan dan tidak boleh menolak!”

Hal itu tentu membuat Vanya terkejut.

Lalu, langkah mereka berhenti di dekat Lesmana yang saat ini sedang bicara serius dengan Wiratama Kusnadi.

“Sayang, ternyata tadi Vanya sedang ke toilet,” ucap Febiola pada Lesmana.

Lesmana hanya tersenyum singkat lalu kembali berkata pada lawan bicaranya. 

“Seperti yang saya katakan tadi, semua keputusan ada di tangan Vanya.” Lesmana berkata dengan penuh makna. 

Entah kenapa dia merasa ada firasat buruk untuk dirinya.

Wiratama sama seperti sebelumnya, melihatnya dengan tatapan penuh nafsu, membuatnya sangat tidak nyaman. “Nona, aku sudah bicara pada orang tuamu, menurutku kamu sangat cocok untuk menjadi Nyonya di keluarga Kusnadi.”

Ucapan yang keluar dari mulut Wiratama itu membuat Vanya sangat terkejut. 

“M-maksudnya?” Vanya tergagap dengan mata yang membesar.

“Wanita  muda dan cantik sepertimu ini, lebih baik menjadi nyonya besar keluarga Kusnadi saja, jadilah istriku dan semua kemewahan yang dimiliki keluarga Kusnadi tentu saja akan jatuh ke tanganmu.” Ucapan itu membuat Vanya terkejut, dia lalu melihat ke arah Febiola dan Lesmana.

Vanya menoleh ke arah Lesmana dan Febiola, namun jelas tatapan Febiola sangat tegas kalau dia harus menyetujuinya.

“Nona,” Wiratama kembali mendesak, senyumnya melebar sementara tubuhnya semakin mendekat. “Posisi Nyonya Kusnadi sudah lama kosong. Aku butuh wanita sepertimu untuk mengatur semua urusan di rumahku. Bagaimana menurutmu?”

Tatapan matanya menyapu Vanya dari ujung kepala hingga kaki, membuat Vanya menjadi semakin terjepit, tangannya meremas kuat gaun yang dipakainya. Kemudian dengan berani Wiratama mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Vanya.

Refleks, Vanya menepisnya, napasnya tercekat. 

“Ah ternyata kamu masih malu-malu ya, kalau begini aku makin menyukaimu, Nona.” Wiratama berkata dengan khas pria hidung belangnya, menatap Vanya seperti predator yang sedang menunggu mangsanya.

Vanya masih diam, namun sebelum dia sempat merangkai kata, suara lantang dari belakangnya memotong suasana.

“Kamu menyukainya, tapi apakah Nona Dirgantara ini juga menyukaimu?”

Serentak beberapa orang di sekitar mereka menoleh ke arah sumber suara.

“T-Tuan Kevin?” ucap Vanya terbata, refleks begitu melihat sosok itu berdiri tak jauh dari mereka.

Kehadiran Kevin seketika membuat Febiola waspada, sehingga ia buru-buru membuka suara. “Begini, Tuan Kevin. Kebetulan saat suami saya berbincang dengan Tuan Wiratama, ternyata Tuan Wiratama menyukai Vanya. Tentu saja niatnya serius, dia ingin melamar Vanya. Begitu kan, Sayang?” Ia melirik ke arah Lesmana, menuntut dukungan.

“Benar,” jawab Lesmana tanpa ragu. “Dan tentu saja kalau Vanya setuju, ini akan menjadi hal yang sangat membahagiakan.”

Mendengar jawaban itu, sorot mata Kevin sedikit menyipit. Suaranya terdengar datar, tapi menekan. “Kalau begitu … putrimu setuju menerima lamarannya?”

Ucapannya diiringi tatapan tajam yang kini beralih ke arah Vanya. Gadis itu menunduk buru-buru, seolah takut menanggung beratnya tatapan Kevin yang menusuk.

Tak ingin memberi celah Kevin untuk menghancurkan rencananya, Febiola langsung menyambar cepat, “Vanya harusnya setuju, karena Vanya sudah merasa cocok dengan Tuan Wiratama. Mungkin memang sudah berjodoh jadi takdir bisa menyatukan mereka.”

Kevin mendengus dingin. Tatapannya meninggalkan wajah Vanya dan beralih pada Lesmana. Bibirnya melengkung tipis, namun dingin.

“Tapi … bagaimana ya?” ucapnya santai, namun mengandung tekanan. “Aku juga tertarik dengan putrimu, dan berniat menikahinya. Apa aku tidak punya kesempatan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 7. Aku Tertarik

    Sekujur tubuh Vanya bergetar, wajahnya langsung menunduk, terlihat jelas ada rasa takut di sana. Dia benar-benar mengutuk tindakannya sendiri yang terlalu bodoh melakukan tindakan sekonyol itu.“Lihat aku,” ucap Kevin dengan nada datar, “jangan tundukan kepalamu itu.”Mendengar hal itu dengan perasaan ragu dan takut dia mendongakkan wajahnya. Memberanikan diri menatap mata Kevin.“Apa kamu baru saja melamarku, Nona Dirgantara?” ulang Kevin dengan pertanyaan sebelumnya.“A-aku … aku tidak bermaksud b-bertindak lancang, Tuan, aku hanya … hanya ….” Lidah Vanya mendadak kelu, jantungnya berdegup kencang tak karuan, dia benar-benar takut, terlihat jelas gemetar saat jari-jarinya saling bertautan.Apalagi saat dia mengingat tindakan Kevin yang mengusir Winda dan mengatakan pada orang-orangnya untuk mengusir wanita itu dan keluarganya dari kota Cavendra ini. Hal ini makin membuatnya ketakutan, bayangan siksaan dari keluarganya jelas akan sangat lebih kejam lagi untuk ke depannya. Lalu detik

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 6. Kamu Melamarku?

    Vanya benar-benar tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan saat ini, apalagi semua perlakuan hangat dan juga pembelaan yang dilakukan Kevin semuanya adalah hal asing untuknya. Dia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya dibela dan diperhatikan oleh orang lain setelah masuk ke kediaman Dirgantara.Kemudian, Vanya melihat ke arah Febiola yang mana saat ini wajahnya terlihat kesal, tatapannya penuh amarah memandang punggung Kevin yang kian menjauh.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan,” ucap Lesmana menenangkan Febiola dan merangkul istrinya itu.Febiola lalu menarik napas panjang kemudian tatapannya beralih ke arah Vanya. “Aku tidak akan menerima penghinaan seperti itu kalau anak harammu ini tidak membuat masalah!”Rasanya baru saja Vanya mendapatkan perlindungan, tetapi setelah pemilik kekuatan itu pergi dia kembali merasa ditekan oleh tatapan tajam dan sinis dari Febiola. Sungguh ironis memang.“Kita temui Keluarga Baskara saja, kebetulan kita butuh dukungannya juga.” Lesmana kemudian

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 5. Ucapan Terima Kasih

    Mendengar ucapan Kevin, wanita itu sangat terkejut. “A-apa? A-aku tidak mungkin mendorongnya!”Menyadari kalau hal ini akan jauh lebih rumit, Amira berusaha untuk tenang dan menjelaskan. “Tuan Kevin, Nona Winda Bastian sudah mengatakan hal yang sebenarnya, jelas-jelas semua orang dia melihat kalau Nona Dirgantara yang berniat mendorong pelayan untuk mencelakai saya jadi—”“Maksudmu, kau ingin mengatakan kalau mataku bermasalah begitu?” potong Kevin dengan suara yang cukup dingin.Tatapan yang cukup mematikan dari Kevin dan juga pernyataannya barusan membuat Amira mematung dan suasana di ruangan itu berubah menjadi menegangkan.Kevin lalu mendengus, kemudian menatap ke arah Vanya, hanya saja tatapan itu berubah menjadi sedikit lebih lembut. “Katakan, apa kamu mendorong pelayan itu?”Vanya tersentak saat ditanya Kevin, lalu setelah terdiam sesaat karena keterkejutan itu, dia menggeleng pelan dan berkata dengan suara lemah, “Tidak ….”Saat Vanya mengatakan hal demikian, Winda, wanita tad

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 4. Sandiwara

    Ketika tatapan Kevin mengunci padanya, dunia seolah berhenti berputar bagi Vanya. Sejak awal dia sudah bertekad untuk tidak terlibat masalah, tapi nyatanya saat ini dia malah menyeret Kevin masuk ke dalam masalahnya!Kevin menggerakkan tubuhnya perlahan, bahunya sedikit condong ke depan, lalu satu tangannya mulai terangkat ke arah Vanya, membuat gadis itu mengira pria tersebut akan memukulnya, sama persis seperti ibu dan saudara tirinya.Refleks, Vanya menutup mata, tapi—Kenapa tidak kunjung ada pukulan yang Vanya terima?“Kenapa kamu menutup mata?”Pertanyaan itu membuat Vanya langsung membuka matanya, dan seketika, dia terperangah.Ternyata, Kevin menyodorkan tangan ke arahnya!Apa pria yang dirumorkan kejam dan berdarah dingin ini … sedang membantunya untuk berdiri?!“Tidak mau berdiri?” Suara berat Kevin terdengar, alis pria itu tertaut, menampakkan bingung bercampur sedikit rasa tidak sabar.Walau ragu, cepat Vanya menerima uluran tangan itu. Jarinya sedikit gemetar saat kehang

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 3. Kekacauan

    “Senang bertemu dengan Anda, Tuan Kevin Wicaksana!”Gejolak meriah dari para tamu undangan langsung menyadarkan Vanya dari lamunannya. Dia gegas mengalihkan wajah, memutus pandangannya yang sepersekian detik bertabrakan dengan manik kelabu milik Kevin Wicaksana.Vanya meletakkan tangan di dadanya. Jantungnya berdebar, kencang. Entah karena efek emosi yang sempat ada akibat cacian Febiola terhadap sang ibu … atau karena kehadiran sosok Kevin Wicaksana.Menarik napas dalam untuk menenangkan diri, Vanya kembali mengalihkan pandangan ke arah pria tersebut. Tampak sosok Kevin sedang berbincang dengan beberapa kepala keluarga besar yang hadir.Setiap kepala keluarga itu membawa putri mereka, yang terlihat malu-malu saat diperkenalkan. Mata mereka berbinar kala menatap Kevin, semuanya seolah terhipnotis pada sosok tampan itu.“Kau berbaurlah dengan putri dari keluarga lain, tunjukkan dirimu layak diperhitungkan! Ingat jangan membuat masalah!” perintah Febiola padanya.“Tuan Muda Wicaksana in

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 2. Tuan Kevin yang Tampan

    Selagi Vanya masih terkejut dengan ucapan sang ayah, tiba-tiba dia mendengar sebuah jeritan kencang.“Ayah!” Itu Vira. Wajahnya merah padam, penuh amarah. “Apa Ayah serius?! Kalau sampai orang tahu tentang keberadaan anak haram ini, reputasi kita akan hancur! Bagaimana aku bisa menghadapi teman-temanku nanti?!”Menepis cara kasar penyampaian saudarinya, Dira—sang putri kedua—menimpali dengan tenang, “Vira benar, Ayah. Kalau dia yang pergi, bukankah itu sama saja dengan menghancurkan reputasi keluarga ini?”Selagi kedua adiknya bereaksi heboh, Lira—sang putri sulung—tersenyum sinis. “Lalu, kalau bukan dia, apa kalian yang mau pergi ke pesta itu? Kalau kalian mau, silakan saja.”Detik itu, dua saudari itu tersentak. Pun mereka malu kalau diketahui memiliki adik tiri yang lahir di luar nikah, tapi tetap saja mereka tidak mau mengorbankan diri untuk menjadi kandidat calon istri pria kejam seperti Kevin Wicaksana!Akhirnya, mereka pun terdiam.Di saat ini, Febiola angkat bicara, nadanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status