Share

Impoten atau ?

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2022-01-03 12:06:59

“Sialan!” umpat Theo kasar.

Sekembali dari club malam otaknya nyaris terbakar. Theo benci mengakui bahwa seorang wanita bayaran, yang membuka pakaian mini hingga bertelanjang dada di hadapannya, sama sekali tidak membuatnya berhasrat. Gairah akan kebutuhan biologis yang bergelora tadi terendam oleh ingatan perselingkuhan Magdalena. Saat ini istrinya dinyatakan koma dalam kurung waktu yang tidak dapat ditentukan. Hal itu membuatnya tidak bisa menggugat cerai Magdalena sampai wanita itu sadar dari koma.

Theo menatap sekitar. Dia tak tahu mengapa miliknya tidak bergejolak saat sepasang puting yang menantang keras—sedang menggoda dirinya, sama sekali tidak berefek, seakan pengkhianatan yang dilakukan sang istri telah terpatri dalam hingga semua wanita menjadi figur traumatik.

Apa yang harus Theo lakukan sekarang?

Theo butuh sesuatu berukuran lebih, sesuatu yang bisa mengantarnya pada puncak hidup sebenarnya. Bukan bagian mengecewakan, tapi menyenangkan.

Sayangnya semua itu hancur tak bersisa bersama gairah pada seorang wanita terkubur dalam – dalam. Haruskah Theo mencoba hal baru? Ntahlah, biar waktu yang menjawab.

Theo hanya perlu fokus bagaimana caranya dia bisa kembali berhasrat pada wanita dan tidak perlu menjadikan perselingkuhan Magdalena sebagai bayang – bayang dalam ingatan. Karena sungguh, demi apa pun—itu sangat merugikan Theo, baik jiwa ataupun raga.

Dengan cepat Theo mengulik benda pipih yang sedari tadi berada di tangan. Dia ingin menghubungi seseorang, siapa lagi kalau bukan teman yang dia kenal selama dua minggu belakangan ini, Sean. Mereka bertemu di sebuah bar yang Theo injakkan setelah malam petaka di mana Magdalena mengalami kecelakaan nahas.

Rupanya kehadiran Sean cukup membantu Theo menghilangkan segala rasa gundah, bahkan hanya dalam hitungan jam mereka bisa menjadi akrab, di samping tatapan eksplisit yang Sean berikan pada Theo.

“Malam ini temani aku mabuk, Sean. Apa kau bisa?” tanya Theo begitu sambungan telepon terhubung dan terdengar seseorang di sebrang sana membuka suara.

“Ya, aku akan menjemputmu. Bersiaplah,” lanjutnya, lalu menekan tombol merah dan memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Theo bergegas cepat menuju apartement Sean, menjemput pria itu untuk pergi ke club bersama.

***

“Apa yang kau rasakan sekarang, T?” Sean dengan kancing kemeja terbuka di bagian atasnya datang menghampiri Theo yang tengah duduk di meja bar dengan sebotol vodka di tangan. Mereka tidak jadi ke club malam karena langit sedang menumpahkan amarah dengan menurunkan hujan deras dan itu sangat berisiko jika mereka tetap pergi.

“Better,” jawab Theo singkat. Cukup banyak kesadarannya masih berada di tempat dan yang Theo lakukan saat ini hanya menggoyangkan botol vodka hingga cairan di dalamnya bergerak.

“Liar. Kau masih belum bisa memaafkan perselingkuhan istrimu, bukan?”

Kini Sean duduk tepat di samping Theo dan merebut botol vodka itu hingga protes keluar dari bibir panas Theo.

Sean tersenyum miring kemudian menegak sisa vodka dari botol yang sama. Dia menggeser kursinya lebih dekat dengan pria panas di sampingnya, sejujurnya Sean sudah tidak tahan.

“Bagaimana kalau kita bersenang – senang, T?”

Sebesar apa pun gairah Sean pada Theo, dia harus bersabar karena yang saat ini dia hadapi seorang pria normal beristri.

“Apa maksudmu?” Theo yakin dia tidak salah menafsirkan maksud dari ucapan Sean, tapi dia berusaha tidak terpancing dengan makna ambigu yang Sean berikan.

“You know what I mean.” Sekali lagi senyum miring terbit di wajah Sean sembari tangannya memasukkan sebuah pil ke dalam botol vodka tanpa sepengetahuan Theo.

“This is yours.” Diberikan kembali vodka bercampur obat perangsang pada Theo. Sean hanya perlu menunggu sampai Theo meminum dan reaksi dari obat itu akan bekerja sesuai waktunya.

Hanya seperkian menit Theo mulai merasakan panas membara di sekujur tubuh. Jantungnya berdebar keras, seakan ada sesuatu yang akan meledak. Tentu Sean tidak akan menyia – nyiakan rencananya yang sudah tertata. Malam ini dia pasti berhasil memiliki Theo sepenuhnya.

***

Ouch!

Theo mendesah merasakan pusing yang tak kunjung reda. Ingatannya kembali melintas pada kejadian semalam. Sean yang dipikir sempurna malah menawarkan hal gila hingga mereka berdua melakukan kegiatan panas di tengah dinginnya hujan deras.

Apa yang sudah Theo lakukan? Sungguh, dia sama sekali tidak bisa menahan diri dari ledakan yang mengaduk hasratnya. Semua terjadi begitu saja dan Theo akui dia menikmati percintaan panasnya bersama Sean.

Mungkin ini memang nasib Theo, hasratnya pada wanita meredup tergantikan dengan rasa penasarannya untuk merasakan hal baru. Jangan salahkan Theo jika dia melenceng dari kodratnya sebagai pejantan tangguh. Salahkan saja Magdalena yang telah memberinya efek jera mencintai wanita.

“Bagaimana, T, kau suka dengan yang semalam?”

Suara dari samping membuat Theo menoleh dan perasaannya berdebar mendapati mata sebiru samudra milik Sean sedang menatapnya intens.

“Amazing. I love it.”

Keduanya lantas berpagut mesra sebelum akhirnya kembali melakukan aktivitas masing – masing.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (8)

    Kepergian Zever secara tiba – tiba cukup membekas di benak Rose. Saat itu dia dan Travis diam memperhatikan punggung milik dua orang yang menjauh. Rose tak berani mengatakan apa pun kala dia sendiri menyadari Travis seketika meninggalkannya—Travis menunduk dan Rose harap pria itu baik – baik saja, lantas ikut menyusul dengan langkah hati – hati membawa bayi kembarnya masuk ke dalam gedung mansion.Dua jam usai kejadian di taman belakang, dan setelah menidurkan anak – anak Rose segera menyusul keberadaan Zever. Lewat pesan – pesan yang diberikan kepada Lion, Rose tentu memantau apa pun yang terjadi di luar. Termasuk menanyakan bagaimana kondisi Travis. Pria itu sudah bersikap seperti semula, tetapi satu yang bermasalah. Zever di ruang tamu dengan riak wajah begitu dingin dan manik mata kelabu yang menatap setengah kosong menyusun sambungan miniatur di atas meja.Berulang kali Rose menarik napas sekadar memantapkan diri duduk di samping suaminya.“Zever,” panggil Rose ingin memastikan p

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (7)

    “Aku sudah selesai, Theo. Sekarang giliranmu—“ Pikir Rose, setelah keluar dari kamar mandi sekaligus mengganti pakaian di sana. Dia akan menemukan Theo menjaga ketiga bayi mereka dengan posisi semestinya, tetapi tubuh besar itu—dalam tidur menyampingnya seolah lebih lelap dari ketiga bayi yang memejam tenang. Kelelahan. Begitu yang Rose tafsirkan, karena hari – hari belakangan ini Theo sering sekali menyibukkan diri di tengah malam—menjaga bayi – bayi mereka, sementara Rose dipaksa untuk tetap beristirahat. Senyum Rose tipis sambil mengusap puncak kepala Theo. Hanya sesaat dia beralih pada tiga bayi kembarnya untuk dipindahkan ke dalam troli. Rose akan membawa mereka untuk berjalan – jalan di taman belakang. Selesai memindahkan dia kembali mendekati Theo sekadar menutup tubuh suaminya dengan selimut tebal. “Kami pergi dulu.” Singkat Rose mengecup sudut wajah Theo. Dia mendorong troli dengan hati – hati menuju lift. Rose sudah tahu di mana letaknya, cukup tersembunyi—dan Theo memang

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (6)

    “Aku mendapat cucu yang banyak.”Tawa O’Douglas pecah persis seperti kapten bajak laut yang baru saja menemukan harta karun bersejarah. Masing – masing lengan pria paruh baya itu mengapit dua bayi mungil, sementara bayi mungil yang lain berada di dekapan Verasco—yang terus menimang, sesekali mendekatkan bayi – bayi tersebut dengan guyonan ringan.Ntah apa yang bisa Rose katakan ketika menyaksikan anak – anaknya langsung diserbu begitu Verasco dan O’Douglas masuk ke ruang rawat. Dia baru selesai menyusui, sehingga bayi – bayi yang kekenyangan hanya akan tidur sepanjang hari, dan tidak merepotkan kedua kakek mereka.“Kau dari tadi tak pernah berhenti menatapku,” ucap Rose pelan. Sering kali Theo menyorot wajahnya, tetapi saat ini manik kelabu itu membinarkan sesuatu yang berbeda. Begitu penuh cinta dan sebagian tak bisa Rose tafsirkan dengan benar. Bagaimana mungkin Rose tahan dibidik sedemikian lamat. Theo harus, sekali saja, berpaling darinya.“Terima kasih, Sugar.”Sentuhan lembut di

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (5)

    Rose tak menyangka Theo akan membawanya sampai ke pulau Ortogia, pusat sejarah Kota Sirakusa, Sisilia, untuk menikmati keindahan laut Mediterania. Aroma – aroma di tepi laut itu memberi keindahan yang menyejukkan. Rose bahkan tak melupakan bahwa Theo tidak sekali pun melepaskan tubuhnya di pundak lebar pria tersebut setelah menyusuri sepanjang gedung – gedung tua di pulau – pulau Ortogia.“Ini rumah siapa?” tanya Rose memandangi sebuah bangunan kokoh yang seperti dikhususkan untuk ditinggali dua orang.“Rumah kita.”Tidak banyak yang dapat Rose katakan, kecuali menyematkan wajahnya dalam – dalam di ceruk leher Theo. Aroma maskulin itu masih sangat menguak, bahkan usai sepanjang hari mereka memberikan jamuan kepada para tamu, seakan – akan cairan parfum pun sangat betah menjamah kulit liat Theo.“Mau langsung tidur atau mandi dulu, Sugar?”Di depan sebuah pintu Theo menghentikan langkah sekaligus membiarkan Rose berpijak di atas lantai. Antara ragu dan butuh sesuatu yang segar akhirnya

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (4)

    “Sudah siap?”Rose mengangguk saat Theo bicara di atas puncak kepalanya. Dia memang berdiri membelakangi Theo, memegang ganggang pisau pemotong kue yang panjang, sementara jemari besar Theo menggenggam hangat tiap – tiap buku tangannya.Kue bertingkat – tingkat itu, atau tak jauh berbeda dengan menara rapuh sedang terbelah. Irisan mata pisau perlahan menurun ke bawah menjadi simbol ketajaman. Rose tersenyum nyaris meleburkan tawa ketika Theo membisikkan sesuatu yang lucu untuknya, yang lucu tapi tak akan Rose beritahu pada siapa pun. Biar dia menyimpan sendiri dan menjadikan itu momen menyenangkan yang penting.Setelah potongan kue pertama seharusnya Rose dan Theo saling memberi suapan. Alih – alih demikian Theo sebaliknya mencongkel krim dan segera mengoleskan ke bibir bawah Rose. Wajah Rose tampak berepotan, namun itulah yang Theo inginkan. Dia merampas bibir Rose seperti merampas kue yang sangat lezat.Manis dari campuran gula dan mentega seakan membuat Theo tak pernah puas. Dia mem

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (3)

    “Sudah. Aku sudah kenyang.”Lagi – lagi Rose harus menahan diri saat jemari besar Theo berusaha menyingkirkan semangkok bubur putih di tangannya.“Sedikit lagi, Theo. Kau harus menghabiskan buburmu.”“Ayo.”Sesendok bubur kembali Rose dekatkan, tetapi wajah itu menolak.“Jangan memaksaku makan bubur yang tidak enak, Sugar. Rasanya hambar.”“Makanya kalau makan sambil lihat aku, biar ada rasanya.”“Satu suapan lagi. Aku janji setelah ini selesai.”“Aku tidak percaya. Kau mengatakan itu sejak tadi, apa kau tidak ingat?”Rose menyengir lebar benar – benar mengelabuhi Theo. Pria itu persis anak kecil yang kehilangan nafsu makan. Sulit sekali dibujuk untuk membuka mulut.“Kali ini aku serius yang terakhir. Ahk ... buka yang lebar.”Rose pikir Theo akan segera menerima suapan darinya. Pria itu justru menggerakkan siku tangan Rose, memindahkan haluan sendok ke bibir Rose sendiri.“Kau juga harus makan.”“Tadi aku sudah makan,” bantah Rose, tetap saja dia tak bisa menyangkal satu suapan mendar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status