Beranda / Romansa / (Not) His Sugar Baby / Kecelakaan Tragis

Share

Kecelakaan Tragis

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-03 12:04:28

“Aku takkan pernah membiarkanmu menceraikanku. Kau tidak bisa melakukan itu padaku, T!”

Seakan tak terima, Magdalena dengan segala kekesalan yang meledak – ledak dalam dirinya segera mengejar langkah Theo yang mulai menjauh menuju parkiran mobil.

Magdalena menggeram kesal sembari melepaskan heels miliknya, lalu ikut berlari menuju mobilnya sendiri. Wanita yang saat ini tampak menyedihkan segera menyalakan mesin dan menjalankan mobil dengan kecepatan penuh begitu menyadari sang suami telah jauh.

Sungguh tidak rela Magdalena jika sampai hubungannya dengan Theo berakhir dalam satu malam, setelah apa yang dia perjuangkan selama ini. Bisa memiliki Theo secara jiwa dan raga adalah rumit yang akhirnya bisa dia hadapi.

Tidak sedikit dalam lubuk hatinya, Magdalena masih mencintai Theo. Dia tidak rela membiarkan wanita di luar sana menggantikan posisinya saat ini. Theo satu dari sekian juta pria yang tidak mudah ditaklukan, butuh pengorbanan ekstra dan Magdalena tidak mau hal itu terbuang sia – sia.

Sial, mengapa Magdalena jauh lebih tergiur oleh eksistensinya di kanca hiburan hingga bangkai perselingkuhannya tercium oleh Theo.

“Kau akan tetap menjadi milikku, T. Apa pun yang terjadi, kau milikku.”

Tanpa sadar Magdalena semakin dalam menekan pedal gas, menyebabkan mobil membelah jalan gila – gilaan. Jejak Theo sudah hilang ntah ke mana, pria itu melesat seperti pembalap liar.

“Kau harus bisa memaafkan kesalahanku, Sayang. Aku tidak mau kau lepas dariku,” gumam wanita itu kalut, mobilnya masih melaju kencang mengalahkan Manuel Fangi saat sedang berada dalam arena balap. Magdalena memang wanita penuh ambisi, tak heran mengapa dia lebih mementingkan permintaan maafnya diterima daripada berapa angka yang ditunjukkan jarum speed di kilometer mobil.

Senyum Magdalena mengembang begitu dia berbelok menuju tikungan tajam, yang artinya dia bisa melihat buntut mobil Theo setelah itu. Tapi nahas, usai beberapa meter melewati tikungan—Magda justru kehilangan kendali, mobil yang seharusnya masih berada di jalur utama menjadi oleng hingga menabrak pembatas jalan dengan cukup keras.

Bunyi menggelegar dari benturan kap mobil menjadi bukti bahwa kecelakaan tunggal ini merupakan satu dari sekian kecelakaan terparah. Bahkan sang pengendara harus terlempar keluar beberapa meter dari mobilnya terhenti.

Darah bercucuran penuh hampir di sekujur tubuh wanita malang yang saat ini sudah kehilangan kesadaran. Sepertinya memang malam ini merupakan malam kesialannya. Sudah jatuh tertimpa tangga. Ketahuan berselingkuh, kecelakaan pula.

***

Theo menatap lurus lantai rumah sakit dengan tatapan kosong. Tadi setelah kembali dari tempat yang menjadi saksi kekecewaannya pada Magdalena, dia harus menerima panggilan darurat dari pihak rumah sakit.

Magdalena, wanita yang seharusnya beberapa saat lagi sudah siap dia ceraikan, dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Kecelakaan parah yang dialami Magdalena menjadi momok menyedihkan bagi Theo sendiri.

Theo mengumpat dalam hati, kenapa wanita itu tidak merenggang nyawa saja? Jadi dia tak perlu repot – repot mengurus perceraiannya di pengadilan—kalau cerai mati lebih mempermudah hidupnya. Sekarang apa yang bisa Theo lakukan? Menunggu sesuatu yang tidak pasti membuatnya muak.

Awalnya Theo memang merasa bersalah, karena secara tidak langsung dia menjadi penyebab kecelakaan Magdalena. Namun, bila dipikir – pikir ulang wanita itu memang pantas mendapatkan hal tersebut setelah apa yang sudah diperbuat kepada Theo, mengkhianati dan merendahkannya di hadapan pria yang menjadi selingkuhan Magdalena. Karma memang tak pernah salah tempat.

“Dengan Mr. Witson?”

Theo mengangguk begitu seorang perawat keluar dari ruang darurat di mana Magdalena berada di sana.

“Anda harus menyelesaikan biaya administrasi agar operasi bisa segera dilakukan.”

Dengusan tanpa sadar keluar dari bibir Theo begitu mendengar kata operasi. Sudah tersakiti, Theo pula yang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu saat ini. Ingat, Magdalena masih berstatus sebagai istrinya.

Dengan malas Theo melangkah menuju bagian administrasi, menuntaskan segala hal agar kepalanya tidak dipusingkan perceraian yang tertunda.

Setelah semuanya selesai, dia membawa langkah kakinya keluar dari rumah sakit. Malas berdebat dengan isi kepala yang semakin lama semakin aneh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (8)

    Kepergian Zever secara tiba – tiba cukup membekas di benak Rose. Saat itu dia dan Travis diam memperhatikan punggung milik dua orang yang menjauh. Rose tak berani mengatakan apa pun kala dia sendiri menyadari Travis seketika meninggalkannya—Travis menunduk dan Rose harap pria itu baik – baik saja, lantas ikut menyusul dengan langkah hati – hati membawa bayi kembarnya masuk ke dalam gedung mansion.Dua jam usai kejadian di taman belakang, dan setelah menidurkan anak – anak Rose segera menyusul keberadaan Zever. Lewat pesan – pesan yang diberikan kepada Lion, Rose tentu memantau apa pun yang terjadi di luar. Termasuk menanyakan bagaimana kondisi Travis. Pria itu sudah bersikap seperti semula, tetapi satu yang bermasalah. Zever di ruang tamu dengan riak wajah begitu dingin dan manik mata kelabu yang menatap setengah kosong menyusun sambungan miniatur di atas meja.Berulang kali Rose menarik napas sekadar memantapkan diri duduk di samping suaminya.“Zever,” panggil Rose ingin memastikan p

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (7)

    “Aku sudah selesai, Theo. Sekarang giliranmu—“ Pikir Rose, setelah keluar dari kamar mandi sekaligus mengganti pakaian di sana. Dia akan menemukan Theo menjaga ketiga bayi mereka dengan posisi semestinya, tetapi tubuh besar itu—dalam tidur menyampingnya seolah lebih lelap dari ketiga bayi yang memejam tenang. Kelelahan. Begitu yang Rose tafsirkan, karena hari – hari belakangan ini Theo sering sekali menyibukkan diri di tengah malam—menjaga bayi – bayi mereka, sementara Rose dipaksa untuk tetap beristirahat. Senyum Rose tipis sambil mengusap puncak kepala Theo. Hanya sesaat dia beralih pada tiga bayi kembarnya untuk dipindahkan ke dalam troli. Rose akan membawa mereka untuk berjalan – jalan di taman belakang. Selesai memindahkan dia kembali mendekati Theo sekadar menutup tubuh suaminya dengan selimut tebal. “Kami pergi dulu.” Singkat Rose mengecup sudut wajah Theo. Dia mendorong troli dengan hati – hati menuju lift. Rose sudah tahu di mana letaknya, cukup tersembunyi—dan Theo memang

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (6)

    “Aku mendapat cucu yang banyak.”Tawa O’Douglas pecah persis seperti kapten bajak laut yang baru saja menemukan harta karun bersejarah. Masing – masing lengan pria paruh baya itu mengapit dua bayi mungil, sementara bayi mungil yang lain berada di dekapan Verasco—yang terus menimang, sesekali mendekatkan bayi – bayi tersebut dengan guyonan ringan.Ntah apa yang bisa Rose katakan ketika menyaksikan anak – anaknya langsung diserbu begitu Verasco dan O’Douglas masuk ke ruang rawat. Dia baru selesai menyusui, sehingga bayi – bayi yang kekenyangan hanya akan tidur sepanjang hari, dan tidak merepotkan kedua kakek mereka.“Kau dari tadi tak pernah berhenti menatapku,” ucap Rose pelan. Sering kali Theo menyorot wajahnya, tetapi saat ini manik kelabu itu membinarkan sesuatu yang berbeda. Begitu penuh cinta dan sebagian tak bisa Rose tafsirkan dengan benar. Bagaimana mungkin Rose tahan dibidik sedemikian lamat. Theo harus, sekali saja, berpaling darinya.“Terima kasih, Sugar.”Sentuhan lembut di

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (5)

    Rose tak menyangka Theo akan membawanya sampai ke pulau Ortogia, pusat sejarah Kota Sirakusa, Sisilia, untuk menikmati keindahan laut Mediterania. Aroma – aroma di tepi laut itu memberi keindahan yang menyejukkan. Rose bahkan tak melupakan bahwa Theo tidak sekali pun melepaskan tubuhnya di pundak lebar pria tersebut setelah menyusuri sepanjang gedung – gedung tua di pulau – pulau Ortogia.“Ini rumah siapa?” tanya Rose memandangi sebuah bangunan kokoh yang seperti dikhususkan untuk ditinggali dua orang.“Rumah kita.”Tidak banyak yang dapat Rose katakan, kecuali menyematkan wajahnya dalam – dalam di ceruk leher Theo. Aroma maskulin itu masih sangat menguak, bahkan usai sepanjang hari mereka memberikan jamuan kepada para tamu, seakan – akan cairan parfum pun sangat betah menjamah kulit liat Theo.“Mau langsung tidur atau mandi dulu, Sugar?”Di depan sebuah pintu Theo menghentikan langkah sekaligus membiarkan Rose berpijak di atas lantai. Antara ragu dan butuh sesuatu yang segar akhirnya

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (4)

    “Sudah siap?”Rose mengangguk saat Theo bicara di atas puncak kepalanya. Dia memang berdiri membelakangi Theo, memegang ganggang pisau pemotong kue yang panjang, sementara jemari besar Theo menggenggam hangat tiap – tiap buku tangannya.Kue bertingkat – tingkat itu, atau tak jauh berbeda dengan menara rapuh sedang terbelah. Irisan mata pisau perlahan menurun ke bawah menjadi simbol ketajaman. Rose tersenyum nyaris meleburkan tawa ketika Theo membisikkan sesuatu yang lucu untuknya, yang lucu tapi tak akan Rose beritahu pada siapa pun. Biar dia menyimpan sendiri dan menjadikan itu momen menyenangkan yang penting.Setelah potongan kue pertama seharusnya Rose dan Theo saling memberi suapan. Alih – alih demikian Theo sebaliknya mencongkel krim dan segera mengoleskan ke bibir bawah Rose. Wajah Rose tampak berepotan, namun itulah yang Theo inginkan. Dia merampas bibir Rose seperti merampas kue yang sangat lezat.Manis dari campuran gula dan mentega seakan membuat Theo tak pernah puas. Dia mem

  • (Not) His Sugar Baby   Ekstra Part (3)

    “Sudah. Aku sudah kenyang.”Lagi – lagi Rose harus menahan diri saat jemari besar Theo berusaha menyingkirkan semangkok bubur putih di tangannya.“Sedikit lagi, Theo. Kau harus menghabiskan buburmu.”“Ayo.”Sesendok bubur kembali Rose dekatkan, tetapi wajah itu menolak.“Jangan memaksaku makan bubur yang tidak enak, Sugar. Rasanya hambar.”“Makanya kalau makan sambil lihat aku, biar ada rasanya.”“Satu suapan lagi. Aku janji setelah ini selesai.”“Aku tidak percaya. Kau mengatakan itu sejak tadi, apa kau tidak ingat?”Rose menyengir lebar benar – benar mengelabuhi Theo. Pria itu persis anak kecil yang kehilangan nafsu makan. Sulit sekali dibujuk untuk membuka mulut.“Kali ini aku serius yang terakhir. Ahk ... buka yang lebar.”Rose pikir Theo akan segera menerima suapan darinya. Pria itu justru menggerakkan siku tangan Rose, memindahkan haluan sendok ke bibir Rose sendiri.“Kau juga harus makan.”“Tadi aku sudah makan,” bantah Rose, tetap saja dia tak bisa menyangkal satu suapan mendar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status