Share

* BAB II Pretend Not to Know*

# 02 Januari 2016, @ DELUXE TOWER

‘’Hahh, leganya… Erina, gimana malam akhir Tahunmu? Pasti menyenangkan, kan?’’ Goda Jong Yo

‘’Apaan sih, Oppa. Biasa aja. Tidak ada yang spesial. Kalau Kau, Oppa?’’ Tanya Erina balik karena dia menghindari pertanyaan selanjutnya.

‘’Kalau Aku, Aku menghabiskan waktu Bersama my fiancé. He..he..’’ Ucap Jong Yo malu-malu.

‘'Oh, pasti seru sekali,’’

‘’Tentu saja. Oh iya, Kau sudah tahu belum, saat Aku berjalan-jalan bersama my fiancé di Apgujeong-Dong, Aku melihat Arthur di sana. Entah apa yang dilakukannya di sana. Aku curiga kalau dia tidak sendiri disana. Lagian itu tempat couple kalau menghabiskan waktu bersama, tidak mungkin kalau dia sendiri. Eh, tapi ini asumsi ku, ya, Erina. Jangan terlalu difikirkan. he..he..’’ Cerita Jong Yo antusias yang berhasil membuat suasana hati Erina menjadi berubah. Entah kenapa dia merasakan ulu hatinya sakit.

‘’Apa Aku cemburu? Lantas untuk apa Aku cemburu?  Dia bahkan bukan siapa-siapa Aku. Lagian dia juga tidak terlihat di kantor belakangan ini sampai pergantian Tahun. Ada apa dengannya? Aishh, bodo amat dia mau ngapain. Bukan urusanku! Hihh, dasar Pria menyebalkan. Kau bilang Aku tidak perlu mengkhawatirkanmu, tapi ternyata seperti ini. Kau tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Bahkan setelah Kau meminta kontakku, Kau sama sekali tidak menghubungiku. Kenapa? Apa sebenarnya Kau sudah mempunyai kekasih, Arthur?! Hahh, sudahlah, lebih baik Aku sendiri saja dan menutup kembali hatiku rapat-rapat. Dan pura-pura tidak tahu apa-apa tentangnya. Hahhh…’’ Ucap Erina dalam hati dengan sedihnya.

Perubahan ekspresi pada wajah cantiknya juga mengundang tanya Jong Yo.

‘’Hei, Erina, waegeraeyo? Kenapa tiba-tiba murung, ya? Ahh, jangan-jangan Kau mempunyai perasaan, ya sama si Pria berhati dingin itu?’’ Tanya Jong Yo antusias seraya menatap Erina tidak percaya.

‘’Apaan sih, Kau ini. Bukan! Aku tidak apa-apa. Kajja, kita ke kantin, yuk!’’ Erina mencoba mengalihkan pembicaraan Jong Yo yang tidak ingin didengarnya sambil menarik lengan kekar Jong Yo menuju kantin.

@ Kantin

Disaat mereka berdua sedang menikmati makan siang, percakapan rekan-rekan kerja mereka berhasil menghentikan aktivitas Jong Yo dan Erina sejenak.

‘’Hey, Kau sudah dengar belum, nanti kita kedatangan Presdirut baru? Kau tahu, kalau dia pewaris kerajaan bisnis ayahnya. Tapi kenapa malah lebih memilih bekerja di sini, ya? Jauh banget dengan perusahaan milik ayahnya. Dia seorang Chaebol,’’ Ungkap teman kerja mereka, Yeri.

‘’Hahh, masa? Jinjjayo? Jeongmal? Apakah dia tampan?’’ Ucap rekan kerja yang lain, Sorim.

‘’Yey, Kau ini! Kalau masalah begitu saja langsung, deh yang ditanyain cakep apa tidak. Memangnya dia mau memilihmu?’’ Ledek Jonggi disertai dengan tawa lepas dari teman-temannya.

‘’Woii, tidak apa-apa, dong. Pede aja, dulu, lagian kalau memang beneran cakep, kan kita yang bersyukur banget. Berarti dikantor kita sudah ada dua pangeran tampan tapi berhati dingin semua. Aihh,’’ Ungkap Sorim sedih.

‘’Wah, benar juga, ya. Apa dia sedingin Arthur, ya? Aku juga tidak mengerti kenapa Arthur sedingin itu, apalagi sama gadis cantik-cantik yang ada disini,’’ Tanya Sunggyu penasaran.

‘’Hey, Sayangnya kata-kata Sorim yang terakhir memang benar. Presdirut baru kita memang dingin, jutek, arogan dan tegas. Tidak segan-segan terhadap orang yang tidak disukainya,’’ Terang Yeri sambil mengingat pertama kali melihat Presdirut barunya itu dan mampu membuatnya bergidik ngeri.

Presdirut baru ini memang tampan, tapi jauh lebih mengerikan dibanding Arthur. Tipikal Arthur itu dingin, pendiam, cuek, misterius. Tapi Presdirut baru itu cenderung arogan, dingin, jutek, misterius.

Hahh, dua-duanya memang sama saja!

.

.

.

‘’Ssttt, ada yang datang!’’ Ucap Jonggi memberitahu kawannya.

Suasana kantin pun menjadi hening seketika, karena CEO yang lama tiba-tiba ada dikantin bersama CTO, Arthur Eryk Shaquile. Seketika menjadi riuh karena sudah hampir 1 bulan mereka tidak bertemu Pangeran tampan ini. Dan satu lagi ekspresinya saat ini, sangat datar. Bahkan membuat orang enggan untuk menyapa apalagi mendekat.

‘’Wahh, cakep sekali Arthur! Aku tidak menyangka auranya keluar,’’ Ucap Sorim sambil menutup mulutnya tanda kalau dia menahan kekagumannya.

‘’Yakh, Sorim-Ssi!! Aishh, apaan sih!’’ Tegur Sunggyu. Namun malah mereka tertawa bersamaan.

.

.

Di lain sisi,

‘’Si Arthur kenapa, ya?’’ Bisik Jong Yo pada Erina, namun diabaikan oleh Erina karena gadis cantik itu sedang memperhatikan Arthur dengan sendu.

‘’Hah, kajja, Oppa! Aku sudah kenyang. Oppa mau kembali apa tetap di sini?’’ Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Jong Yo heran.

‘’What? Aku belum selesai, lihatlah ini? Kau, kenapa Erina?’’ Tanya Jong Yo khawatir

‘’Aku duluan, Oppa! Masih banyak pekerjaanku yang belum selesai, dah,’’ Ucap Erina sambil beranjak dari duduknya.

Jong Yo hanya bisa menghela nafas sedih.

‘’Ada apa lagi dengan anak itu? Apa benar ada hubungannya dengan Arthur? Tapi apa masalahnya? Bahkan Arthur pun tidak cerita padaku. Apa benar Erina menyukai Arthur? Bahkan si Arthur pun berlagak tidak terjadi apa-apa, bahkan cuek-cuek saja, Hahh, jinjja!!’’ Ucap Jong Yo pasrah sambil mengacak-acak rambutnya.

Di sisi lain,

Pria tampan yang sedang menikmati makan siangnya, pusat perhatiannya teralihkan dengan suara di seberang mejanya. Suara gadis yang selama ini selalu menghantuinya disetiap malam. Suara gadis yang sanggup membuatnya tidak berdaya saat sendirian dan tidak bertemu dengan si pemilik suara.

Dan suara itu yang mampu menyadarkan dirinya bahwa kenyataan akan berjalan pahit.

Ia tahu itu.

Pria tampan itu sadar kenyataan pahit apa yang sebentar lagi akan ia hadapi. Kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya. Dan jikalau ia harus memilih, lebih baik ia memilih memimpin perusahaannya sendiri daripada harus mengorbankan kebahagiaannya. Lebih baik dulu ia tidak melamar pekerjaan di sini, lebih baik juga ia tidak bertemu Erina. Lebih baik ia sendiri daripada harus diabaikan seperti ini.

Menyakitkan sekali melihatnya berlalu begitu saja tanpa menyapanya sama sekali.

Sakit.

Ia pun hanya bisa menundukkan kepalanya dan menekan pelipis keningnya. Salah satu tanda kalau dia sedang tertekan.

Di seberangnya, ada seseorang yang sedari tadi terus memperhatikan perubahan dari seorang Arthur Eryk Shaquile. Sampai akhirnya seseorang itu hanya menggeleng pelan.

                                                                    💘

# 12 Februari 2016, @ PT Deluxe Tower

Suasana pagi ini terasa begitu indah. Hari ini hari Jumat, hari masuk kerja sebelum hari weekend. Sebagai karyawan di bagian Divisi Pemasaran, ia cukup senang karena kali ini tidak ada yang perlu dirisaukan lagi tentang kerjaan. Karena tidak adanya lembur. Dan ia teramat senang terlebih lagi ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Arthur semenjak di kantin bulan Januari lalu. Dan ia cukup terbiasa oleh itu semua.

Belum selesai dirinya berbahagia, seseorang meruntuhkan kebahagiaannya.

---

‘’Erina, Kau dipanggil Pak Presdir ke ruangannya,’’ Ucap salah satu rekan kerjanya.

‘’Mwo?? AKU?!!’’ Ulang Erina sambil berdiri was-was. Bahkan membuat rekan-rekannya yang lain ikutan was-was.

Selama ini tidak pernah ada yang sampai dipanggil oleh Presdir.

‘’Ne . . .Gih,’’

‘’Aishhh! Ngapain juga? Hahh,’’ Omel Erina karena merasa tidak melakukan kesalahan. Ia pun menoleh ke teman-temannya yang saat ini juga menatapnya penuh cemas. Dan memberi isyarat agar jangan lemah dan panik.

‘’Baiklah! Semangat, Erina!!!’’ Ucap Erina yang diakhiri oleh tepuk tangan meriah dan senyuman dari teman-temannya.

                                      ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬

@ Ruang Presdir, PT. Delux Tower

TOK!! TOK!!

‘’Masuk!’’ Ucap Mr. Sandy, Presdir PT Delux Tower.

‘’Permisi, Pak! Saya Erina dari Divisi Pemasaran. Ada perlu apa Bapak memanggil Saya?’’ Tanya Erina dengan tenang. Masih tidak menyadari kalau di ruangan itu juga terdapat Pria lain yang membelakanginya. Namun Erina tidak mau pusing mikirin.

‘’Ahh, oke! Kemarilah! Duduklah di sini!’’ Ucap Mr. Sandy dengan tenang seraya mempersilahkan duduk di kursi di depan Mr. Sandy.

‘’Baik, Pak!’’ Ucap Erina segera duduk di kursi itu.

Akan tetapi saat akan duduk, Erina menyadari kalau seseorang di kursi sebelahnya adalah orang yang selama ini ia hindari di kantornya.

‘’Arthur!’’ Itulah kata yang hanya mampu diucapkan Erina walaupun hanya terdengar seperti bisikan namun mampu didengar oleh si pemilik nama.

Keduanya pun sama-sama terkejut.

Terdiam dan saling pandang cukup lama hingga interupsi dari Mr. Sandy menyadarkan mereka berdua.

‘’Erina Eshal Mislav-Ssi, ada apa? Silakan duduk!’’ Ucap Mr. Sandy heran.

‘’Ahh, baik, Pak. Terima kasih!’’

‘’Begini Erina Eshal Mislav-Ssi dan Arthur Eryk Shaquile-Ssi. Siang ini Saya ingin memberitahu sebuah informasi pada kalian sebelum Saya menyampaikan di Forum Rapat Terbuka minggu depan. Bahwasanya sudah diputuskan pada Rapat Tertutup kemarin sore, Kamu, Erina Eshal Mislav akan dipindahtugaskan sebagai Asisten CTO. Kau bisa memulai pekerjaan minggu depan setelah Rapat Terbuka diadakan, ya. Dan Kamu, Arthur Eryk Shaquile. Saya minta Kamu tolong ajarkan beberapa hal mengenai CTO dll yang berkaitan dengan bidang Kamu. Ok? Sanggupkan kalian berdua?’’ Ungkap Mr. Sandy sumringah.

Bahwasanya Mr. Sandy sangat ingin melihat mereka berdua bekerja sama dalam bidang yang sama. Dan kesempatan inilah yang terbaik untuk mempersiapkan seorang Erina Eshal Mislav menjadi pemimpin yang handal. Dan lebih berkepribadian kuat.

Beliau tersenyum membayangkan itu semua.

Tapi, yang dibayangkan sepertinya tidak suka. Terlihat dari perubahan ekspresi keduanya yang terlihat tidak begitu senang dengan yang disampaikan oleh Presdir mereka. Terlihat sekali bahwa mereka berdua sedang ‘’cold war’’.

Keduanya saling menatap satu sama lainnya secara intens. Menatap dalam diam. Menyelami di kedua pasang mata masing- masing. Mencoba untuk menemukan kebenaran dan alasan masing-masing.

Dan . . .

Nihil.

Erina yang pertama kali berekspresi sambil menghela nafasnya pelan.

‘’Baiklah, Pak. Saya akan melaksanakan tugas ini sebaik mungkin. Dan untuk Anda, Pak Arthur, mohon bimbingannya? Kalau begitu Saya mohon undur diri? Terima kasih semuanya! Permisi?’’ Erina berkata sambil menundukkan kepalanya tanda dia menghormati keduanya yang notabene sebagai Boss bagi dirinya.

Dan antara sedih kecewa dan senang menjadi satu dan hanya membuat seorang Erina memasang ekspresi datar. Ia berjalan meninggalkan keduanya dan menutup pintu ruangan itu sepelan mungkin.

Erina terduduk di depan pintu itu sambil memegangi dada kirinya.

Terasa sakit.

Tanpa terasa gadis cantik ini menangis.

‘’Erina . . . ’’ Ucap Pria yang sangat mengkhawatirkan keadaan Erina saat gadis ini dipanggil ke ruangan Presdir sampai Erina keluar dari ruangan itu.

Keadaan gadis ini sungguh memprihatinkan. Ia terkesan sangat depresi. Entah apa yang membuat gadis manis ini sebegitu frustasinya tatkala keluar dari ruangan Boss besar mereka.

Ada apa?

Kenapa?

‘’Erina, apa Kau baik-baik saja?’’ Ulang Jong Yo, ya Pria yang begitu perhatian sama Erina, yang sudah dianggap sebagai adik sendiri.

‘’Ahh, ne. Gwenchanayo. Gimana, oppa? Oia, Oppa, pulang kerja mampir belanja, yuk! Oke’’ Ajak Erina sambil berdiri dari duduknya dan bergegas menuju meja kerjanya.

‘’Ah, ye . . . ’’ Ucap Jong Yo sambil memperhatikan Erina yang berjalan menjauh.

‘’Kau kenapa, Erina? Apa yang sedang terjadi padamu? Sikapmu berbeda sekali. Tapi apa ini dirimu yang sesungguhnya. Kau terkesan cuek sekali. Tanpa basa basi juga. Biasanya Kau tidak seperti ini. Biasanya Kau selalu ramai dan ceria. Tapi kenapa sekarang berbeda? Sebenarnya yang di dalam ruangan ini selain Kamu dan Mr. Sandy itu siapa, Erina? Siapa yang bisa merubah sikapmu seperti ini, Erina? Seperti orang lain. Kau bahkan tidak pernah yang namanya ‘’berbelanja’’, apalagi setelah pulang kerja. Dan Kau juga tidak pernah bicara sambil berjalan menjauhi orang yang Kau ajak bicara, Erina. Ini sungguh bukan sifatmu, Erina. Waeyo??! Hahh!!?’’ Ucap Jong Yo dalam hati mengekspresikan kesedihannya pada Erina. Ia pun lantas menoleh ke belakang karena mendengar pintu ruangan Presdir terbuka. Menampilkan sosok yang sangat ingin ia ketahui.

Sosok yang telah membuat sahabatnya sedih. Ia terkejut bukan main. Ia hanya membelalakkan matanya.

CEKLEK!!!

‘’ . . . ’’ Hening.

Saling pandang satu sama lain.

Menatap satu sama lain dengan beribu pertanyaan dan alasan di benak mereka masing-masing. Entah mereka berdua seperti dua orang musuh yang saling memendam pertanyaan.

‘’Kenapa?? Kenapa, ARTHUR ERYK SHAQUILE??!!!  JAWAB AKU!!’’ Tanya Jong Yo tanpa basa basi lagi sambil memegang kerah Pria tampan yang hanya diam saja.

‘’Hahhh!!! Kau membuat dia berubah sama sekali. Entah apa masalah pada kalian berdua, lebih baik Kau bicarakan pada dia hanya berdua saja, Arthur!’’ Ucap Jong Yo pasrah sambil berlalu meninggalkan Arthur yang hanya berdiri mematung dan menundukkan kepalanya.

# 29 Februari 2016, @ R.CTO PT Delux Power

‘’ Jangan pernah menyanjung cinta,

Bila tidak mengerti maknanya cinta,

Satu terindah dalam dirimu,

Kini ada di jiwaku,

Ku inginkan cerita cinta,

Terindah bagaikan dalam dongeng,

Percintaan berhujankan rindu,

Asmara kita akankah lama?

Dalam hatiku terhibur,

Bila senyum mahalmu merebak,

Rasa resah singgah,

Bila terjadi perang,

Emosi Kau dan Aku…’’

Alunan lagu mengiringi suasana hati Arthur yang sedang resah.

Yap, Pria tampan itu kini sedang galau menghadapi suasana hatinya yang kacau dan ia bimbang harus bagaimana menyikapinya. Ia seakan kehilangan kendali atas dirinya.

Meragu.

Sudah lebih dari dua pekan dirinya tidak bertemu dengan gadis itu semenjak pertemuannya terakhir kali di ruangan Presdirut.

Bagaimana ia harus menghadapi semua ini.

Menghadapi senyum manis itu setiap hari. Menghadapi sikapnya yang sudah berubah sama sekali. Menjadi dingin dan tidak tersentuh. Menghadapi semua tuntutan pekerjaan yang megharuskannya dan dirinya saling berketergantungan satu sama lain. Tidak. Lebih tepatnya dirinyalah yang tergantung pada gadis itu. Tapi sikap gadis itu seakan menghindarinya.

Apa salahku?

Tidak.

Aku harus bicara padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status