Share

Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...
Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...
Penulis: @verapus14

* BAB I Pertemuan Pertama*

# In Seoul, 16 November 2015

Langit Kota Seoul terlihat begitu cerah. Begitupun dengan penampilan seorang gadis cantik ini. Dia terlihat sangat anggun. Berjalan di sekitaran taman-taman penuh warna warni bunga mawar. Dia seakan menikmati waktu sendirinya di taman yang sedang sepi pengunjung.

Kakinya membawanya menyusuri taman kota, sementara fikirannya jauh menerawang entah kemana. Yang ada di fikirannya hanya tentang masa depannya. Dia seakan tidak percaya diri untuk menatap masa depan. Karena hatinya sedang terluka. Ia tidak tahu lagi bagaimana perasaannya saat ini. Ia terluka terlalu dalam. Hingga ia menutup diri dari siapapun Pria yang akan mendekatinya.

Kenangan itu ingin sekali dihapusnya. Ingin ia buang jauh-jauh semua perasaannya pada siapapun dan menjadikannya pribadi yang dingin. Mungkin itu lebih baik.

Tes...tes...

Sesuatu terjatuh di pipi kirinya.

Cairan bening itu seakan meluncur bebas saat ia mengingat seseorang.

Seseorang yang sangat berarti baginya. Seseorang yang mengajarkan arti bahagia sekaligus arti kecewa. Ia tidak menyangka takdir hidupnya seperti ini.

“Aku tidak boleh seperti ini,” Ucapnya dengan lirih seraya menoleh ke arah Gedung perkantoran di sebelah kanannya. Dan ia pun cukup terkejut tatkala ternyata ada seorang Pria di balik jendela besar Gedung perkantoran itu yang juga sedang menatap ke arahnya.

Ia pun memilih melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke rumahnya.

                                                                      💘

# In Seoul, 16 November 2015

Seorang Pria sedang berkutat dengan pekerjaan kantornya yang masih menumpuk. Semakin hari pekerjaan kantornya semakin bertambah. Ia hampir stres menghadapinya. Bahkan jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.00 KST, ia pun masih sibuk dengan pekerjaannya.

Sungguh Pria yang sangat disiplin.

20 menit kemudian...

“Heuhhhh......akhirnya selesai juga. Hahh...” Ucap Pria tampan itu sambil meregangkan otot-otonya yang terasa kaku.

Pria tampan itu bisa dibilang bekerja hanya sebagai sampingan saja. Dibandingkan itu semua, ia lebih mempunyai segalanya kecuali perasaan Cinta. Bahkan bisa dibilang ia mempunyai perusahaan sendiri, ia dirikan sendiri, ia pimpin sendiri sampai mempunyai anak cabang di beberapa negara. Bisa dibilang BigBoss.

Meski sebagai BigBoss, ia malah menikmati waktunya sebagai karyawan biasa di perusahaan orang. Seluruh karyawannya pun tidak ada yang mengetahui jika BigBossnya sedang menjadi karyawan. Bahkan rekan kerja dan Bossnya di perusahaan tempat ia bekerja pun juga tidak mengetahui latar belakang sesungguhnya Arthur ini. Ia sengaja menutupinya. Itulah dirinya. Entah apa yang sedang ia rencanakan.

Ia pun bergegas merapikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang ke rumah. Setelah semua selesai, ia mendekat ke arah jendela besar yang menghadap ke pusat kota.

TAP!

Ia menghadap jendela sambil menerawang jauh ke depan. Di depan kantornya terdapat taman kota yang cantik dihiasi lampu – lampu yang menawan. Pria tampan itu nampak mengarahkan pandangannya ke arah taman kota. Ia seolah terpaku untuk beberapa saat dan bergeming sama sekali.

Mengamati sesuatu yang sanggup mengalihkan dunianya.

Yap, seorang gadis.

Pria tampan itu sedang mengamati dengan seksama apa yang dilakukan oleh gadis cantik itu sendirian di taman kota. Ia semakin terhanyut tatkala gadis itu menundukkan kepalanya dan menangis. Tapi tiba-tiba ia tersentak kaget saat gadis cantik itu menatap dirinya.

Menatap tajam dirinya.

DEG! Jantung keduanya pun serasa bergetar saat dua pasang bola mata saling menatap.

“Apa ini...” Ucap keduanya dalam hati.

                                                                       💘

# In Seoul, 26 November 2015

“Ahh, akhirnya selesai juga tugasku. Wahhh, senangnya...” Ucap seorang gadis cantik sambil merapikan meja kerjanya.

Kini gadis cantik ini pun siap melanjutkan aktivitasnya.

Ting! Suara pintu terbuka.

Munculah seorang Pria tampan ke dalam ruangan gadis cantik itu. Ia duduk di seberang gadis cantik itu. Akan tetapi gadis itu tidak menyadari kehadiran Pria itu. Sampai akhirnya gadis ini mengedarkan tatapannya ke sekitarnya dan kedua matanya bertemu pandang dengan seseorang.

Yap, kedua kalinya mereka beradu pandang dan di jarak yang dekat.

DEG!

“Apa ini?? Hatiku kenapa? Kenapa berdebar? Aduh, panas sekali di sini! Apa AC nya mati, ya? Uhh...”

Ucap gadis cantik dalam hati.

Di sisi lain,

“Hahh, Aku kenapa? Apa ini?? Hatiku berdebar-debar. Aku , ya? Ahh, bukan. Hatiku yang kenapa, ya? Sudah lama sekali hatiku tidak berdebar seperti ini… hahh, panas sekali ruangan ini. hahh...”  Ucap Pria tampan dalam hati.

Setelah mencoba meredam semua rasa yang ada di dalam hati, Pria tampan itu memberanikan diri menatap ke arah gadis tadi. Mencoba mengamati semuanya. Berharap menemukan jawabannya.

Yap, dan akhirnya terjawab sudah.

Gadis tadi tersenyum simpul ke arahnya. Dan semakin menambah rasa aneh di dadanya. Senyuman khas milik gadis manis. Tidak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun.

                                                                     💘

“Erina, tolong bantuin Aku, ya. Tolong anterin ini ke Divisi Keuangan, ya. Bolehkah?” Pinta Hana, rekan Erina.

“Oke, baiklah,” Ucap Erina.

“Erina, bareng, yuk. Aku juga mau ke Keuangan. Yuk,” Ucap Jong Yo, sahabat Erina.

“Oke,” Ucap Erina.

Sesampainya di gedung utama, Jong Yo memanggil seorang Pria tampan. Salah satu sahabatnya.

“Arthur!” Ucap Jong Yo sambil berlari.

DEG!

''Dia di sini. Untuk apa?'' Tanya Arthur dalam hati.

“Hay, Hyung, apa kabar?” Ucap Pria tampan itu yang bernama Arthur.

“Baik, Kau kuharap juga begitu. Ahh, lupa. Erina, sini deh! Kenalin ini sahabatku, Arthur Eryk Shaquile. Arthur Eryk Shaquile, ini sahabatku namanya Erina Eshal Mislav,” Ucap Jong Yo antusias.

“Ahh, nee salam kenal,” Ucap mereka barengan disertai dengan jabatan tangan.

Entah sudah berapa kali mereka seperti itu.

“Aih, kalian berdua bisa kompakan gitu sih. Aih, jadi iri. He..he..oh, iya, Arthur, kita duluan yaa. Lain kali ajak ngobrol dia ya. Okeyy,” Ucap Jong Yo antusias ingin menjodohkan kedua sahabatnya ini.

“Hissh, Kau ini apa-apaan, sih. Ngaco, oke, bye,” Jawab Arthur malu-malu.

Bye,” Ucap Erina malu.

“Ya,” Jawab Arthur tanpa sadar.

                                                                      💘

# Dua minggu kemudian,

“Erina, Aku minta tolong untuk transferin ini ke bank, ya. Bisakah?” Tanya Jong Yo seraya menyerahkan semua berkasnya.

“Nde. Hanya ini saja. Baiklah. Aku juga sekalian mau ke Bank juga. Aku duluan, ya,” Ucap Erina.

“Ehh, Kau sendiri? Ah, maksudku Kau naik kendaraan sendiri? Tidak pakai mobil kantor?” Tanya Jong Yo khawatir.

“Aku pakai kendaraan pribadi saja, Oppa. Gwenchana. Dah,” Ucap Erina sambil tersenyum.

“Dah, ati-ati, Erina,”

@ At Bank Seoul

'’Hahhh, lama sekali, sih antriannya. Masih 5 orang lagi. Aduh, mau makan siang juga. Hahhh!!!'' Ucap Gadis cantik itu sambil membolak balikkan berkasnya.

Di sisi lain, di luar Bank, nampak seorang Pria yang tengah sibuk menelepon seseorang. Dilihat dari posisinya saat bersandar di mobilnya kemudian ia berjalan bolak balik, sepertinya ia memang sedang mengalami masalah serius.

Yap, Pria itu kini tengah gundah. Ia bingung harus bagaimana. Dalam situasi pelik saat ini, ia butuh bantuan.

Kemudian ia melangkah menuju Bank. Bahkan ia pun tidak sadar bahwa ia kini duduk sebelahan dengan Erina.

Erina sendiri pun juga tidak menyadari itu. Karena mereka berdua sama sama sedang memikirkan sesuatu. Hingga akhirnya saat mereka berdua sama sama menoleh...

“Neo...,” Ucap mereka berdua samaan sembari sedikit berteriak saking terkejutnya.

“Yah, aishh. Kau di sini. Sendirian?” Tanya Arthur Eryk Shaquile pertama kali.

“Aihhh, iya Aku sendirian. Kau?” Giliran Erina yang bertanya sambil memegangi jantungnya yang tidak karuan karna terlalu dekat dengan Pria tampan.

“Nado. Hahhh, pasti melelahkan, ya menunggu lama seperti ini? Membosankan. Lapar lagi. Hahhh...” Ucap Arthur sembari menghembuskan nafasnya kasar.

“Ehm, iya Kau benar. Lapar banget,” Ucap Erina lemas.

“Kau lapar? Kalau begitu habus dari Bank, kita makan, yuk?! Ehh, kalau Kau tidak keberatan, sih,” Tanya Arthur sambil tersenyum lebar dan malu malu.

“Ahh, tidak apa-apa. Boleh,” Jawab Erina dengan malu dan menunduk.

Setelah itu diam yang menghiasi. Dan canggung.

Lima belas menit berlalu. Dan semuanya telah selesai.

# At mobil Arthur Eryk Shaquile

“Kita makan apa ini? Kau ada ide?” Tanya Arthur sambil memfokuskan pandangannya pada jalan di depannya.

“Ah, Aku sih terserah mau makan apa juga pasti Aku makan. He..he..”

“Baiklah, kita makan ramen, aja yang di Gangnam. Oke,” Ucap Arthur sambil menambah kecepatan mobilnya.

“Okee,”

@ At Ramen’s Kedai

“Wahhh, besar sekali porsinya...” Ucap Erina takjub sambil menampilkan eye smile-nya.

“Ha..ha..ha.. Kau harus habiskan, ya!?” Titah Arthur girang.

“Ahhh, tidak mungkin. Sebesar ini...” Erina menggelengkan kepalanya.

“Ya harus. Atau dibungkus saja, ya,” Arthur memberi saran dan Erina hanya menganggauk karena ia masih menikmati ramennya itu.

Namun, bukannya makan, Arthur malah asyik memandangi wajah cantik di hadapannya. Bukannya ia tidak selera makan. Namun, kehadiran gadis cantik di hadapannya kini yang tidak pernah ia banyangkan sebelumnya mampu melenyapkan rasa laparnya. Sepertinya ia mulai ada sesuatu di hatinya.

“Yaa, Arthur-Ssi. Kau tidak makan?”

“Akh, akh, Aku. Oia, Aku akan makan,” Arthur menjawab dengan tergagap karena saking paniknya ia karena aktivitasnya diketahui oleh empunya.

Pipi dan telinga Arthur tiba tiba merona merah. Menandakan Pria tampan ini tengah gugup sekarang. Ia tidak pernah mengalami seperti ini setelah 10 tahun berlalu. Perasaan yang selalu ditekannya. Kini, perasaan itu muncul lagi tanpa bisa ia halangi lagi. Bahkan ia pun tidak ingin menekannya.

Hingga keduanya pun saling memandang dalam diam dan terpesona akan visual masing masing.

‘’Ehem, Arthur-Ssi, apa Kau karyawan baru, ya?’’ Tanya Erina kemudian.

‘’Yup, mungkin sekitar 1 bulan yang lalu. Mungkin Kau tidak pernah melihatku karena saat itu Kau pasti masih mengikuti pelatihan, kan?

‘’He..he.. iya. Oia, waktu itu Kau juga belum pulang, ya sore itu?’’

‘’Ahh, itu. Kau juga melihatku? Iya. Aku bosan saja. Oia, Kau sudah berapa lama kerja di situ?’’ Tanya Arthur penasaran.

‘’Aku kira-kira hampir 5 Tahun. Tapi selalu berubah-ubah tiap Tahun posisiku. Entahlah. Yang penting Aku jalani dengan ikhlas,’’

‘’Wahh, lama sekali ya. Yup, tidak apa-apa. Dengan begitu Kau Sudah banyak pengalamannya bahkan dari berbagai bidang. Multitalented. He..he..’’ Ucap Arthur memberi semangat.

‘’Ahh, Kau ini. Yah, tidak apa-apa. Sebenarnya Aku tidak ingin kerja dengan penekanan. Karena Aku berjiwa bebas. Tidak ingin dikekang. Tapi masih sesuai aturan yang ada, itulah mimpiku… tapi… Aku sekarang menjadi ragu untuk melangkah. Aku ragu dengan masa depanku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba Aku kehilangan arah sekaligus dalam sekejap. Entah sampai kapan, Aku juga tidak tahu. Aihhh, kenapa Aku malah curhat, ya? Maaf ya, Arthur-Ssi. Aku malah jadi curhat padamu…’’ Cerita Erina pada Arthur secara tidak sadar.

Entah kenapa Erina begitu nyaman saat bicara dengan Arthur. Ia kembali menatap Arthur di depannya dan tersenyum.

‘’ …’’ Arthur diam tidak menjawab pernyataan dari Erina. Ia hanya tidak menduga kalau Erina akan menceritakan hal penting itu padanya. Ia terkesan dan tidak tahu harus berbuat apa.

‘’Ahh, tidak apa-apa. Pelan-pelan saja Kau memulai lagi. Mulailah dengan perasaan bahagia dan yakinlah Kau harus hidup bahagia. Karena Kau yang menentukan seperti apa hidupmu selanjutnya. Perjuangkanlah! Aku akan selalu mendukungmu! Oke,’’ Nasehat Arthur diiringi senyuman tipis darinya dan berhasil membuat gadis cantik didepannya tersenyum juga.

‘’Gomawo, Arthur-Ssi,’’

‘’Sama-sama, Erina. Oia, panggil namaku saja, ya. Arthur. Tidak usah pake embel-embel ‘’-Ssi’’, Oke?‘’ Pinta Arthur manja.

‘’ Hahh, baiklah, Arthur,’’ Dengan senyuman malu-malu.

‘’Ha..ha.. Nah itu lebih bagus. Oia, btw, Kau tinggal di daerah mana?’’

‘’Aku di daerah Cheongdam-Dong. Kalau Kamu?’’

‘’Aku di Apgujeong-Dong,’’ Ucap Arthur akhirnya.

‘’Wah, tempatnya Idol-idol, dong?’’ Ucap Erina antusias.

‘’Yah, begitulah,’’

‘’Oia, Aku belum tau Kau di bagian apa, ya? Seingatku kemarin Kau keluar dari Ruangan CTO. Apa Kau CTO yang baru?? Kalau benar, wah, Aku merasa tidak sopan berbicara seperti ini dengan Kau,’’

‘’Ahh, itu. . ehm, iya begitulah. Eits, tidak apa-apa. Jangan sungkan seperti itu padaku. Kalau gak, Aku akan marah padamu, he..he..’’ Ucap Arthur disertai senyuman malu-malu.

‘’Oke, siap. Baiklah. Eh, mian Arthur, boleh Aku tanya. Kau berbicara berdua denganku apa tidak ada yang marah. Ah, maksudku, seseorang begitu, he..he..’’ Tanya Erina hati-hati.

‘’Ah, maksudmu Pacar? Kalau itu, Kau tidak usah khawatir. Karena Aku saat ini tidak ada yang akan memarahiku, oke,’’ Sambil tersenyum ke arah Erina.

Erina yang mendengar itu pun langsung tersenyum malu-malu. Entah kenapa dia tersenyum.

‘’Kalau Kau, Erina?’’ Ucap Arthur tiba-tiba dan akhirnya membuat senyum Erina tiba-tiba lenyap.

‘’…’’ Erina hanya diam saja dengan senyumnya tiba-tiba lenyap. Erina menatap ke dalam kedua mata Arthur. Seolah-olah sedang berbicara melalui mata.

‘’Ahh, mianhae. Kalau Kau tidak ingin menjawab, tidak apa-apa Erina. Aku faham. Yuk, kita pulang. Aku antarkan Kau ke parkiran Bank tempat mobilmu diparkir, ya,’’ Titah Arthur lembut sembari menuju kasir.

‘’Ne, terima kasih, Arthur. Mian,’’

Mereka masih dalam keadaan hening. Bahkan didalam mobil Arthur pun juga mereka masih diam. Entah apa yang mereka fikirkan masing-masing.

‘’Erina, boleh bagi nomor teleponmu? Kalau keberatan, tidak apa-apa sih,’’ Pinta Arthur dengan lembut yang mampu menyadarkan Erina.

‘’Ah, boleh, ini Kartu namaku,’’

‘’Oke, Aku save, ini kartu namaku, Erina. Terima kasih, ya,’’

Erina hanya membalas dengan senyuman.

.

.

''Arthur Eryk Shaquile… Nama yang bagus. Terkesan elegan’’ Ucap Erina dalam hati.

''Erina Eshal Mislav … Nama yang cantik seperti orangnya’’ Ucap Arthur dalam hati.

.

.

.

‘’Udah sampai, Erina, hati-hati, ya. Mian kita tidak bareng ke kantornya karena masih ada hal lain yang perlu Aku selesaikan. Mian. ya. Gomawo, Erina,’’ Ucap Arthur lembut.

‘’Gwenchana, Arthur. Nado, hati-hati juga,’’ Ucap Erina seraya melambaikan tangannya ke arah mobil Arthur yang bergerak menjauhinya. Dan si pemilik mobil tersenyum bahagia melihat itu semua.

@ At Kantor

Mereka berdua tidak bertemu lagi sampai jam pulang kantor. Bahkan sampai pergantian Tahun baru, Tahun 2016.

                                                                     💘

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status