"Aduh, Tuan. Hentikan ...."
"Hei, ayolah, kau amat menyukainya, 'kan?" "Pelan-pelan saja, ada kacang kecil kita di sini, Tuan." "Aaah, aku lupa. Kesayangan kita ada di sini." Suara itu, disertai desahan tak senonoh bersamaan dengan iringan melodi klasik membuat orang-orang tercengang. Khususnya bagi Fiora Alarice Alvarez, kandidat pertama yang akan mewarisi gedung hotel bernama Alvarion Grand Suites tersebut. Sayangnya, ketika ia hendak meninjau ruangan mewah untuk penginapan bagi tamu VVIP, dirinya justru dikejutkan oleh dua manusia yang nyaris seperti binatang. Dua manusia bedebah itu melakukannya di atas meja ruang tamu, di kamar itu. Intim dan gila! Menjijikkan! Semua staff yang menyertai langkah Fiora pun sampai ternganga. Mereka berusaha untuk meredam keinginan bergunjing, walaupun sangat ingin. Fiora yang merasa dipermalukan dari ujung rambut hingga kakinya, segera membuka kasar pintu kamar mewah tersebut. Dua bedebah yang sedang termakan nafsu bejat sampai terkejut. Suara pintu yang sebelumnya Fiora buka tidak mereka dengar, sampai gebrakan kedua ini membuat mereka akhirnya sadar. "Fiora?! Kenapa kau ada di sini?" Eryon, suami Fiora alias tersangka mesum yang mengejutkan sang istri berikut para staffnya begitu syok. Ah, sial, aku lupa dia sudah diagendakan untuk sidak ruangan ini. Kukira kamar sebelah, batin Eryon sambil merasa kesal sendiri. Angel—sang wanita simpanan—segera memunguti pakaian. Hanya dalaman saja yang ia kenakan. Gemetar tubuhnya karena harus digrebek oleh istri sah dari kekasihnya, alias atasannya sendiri. Namun sesegera mungkin ia memakai gaunnya. Ia tidak mau para staff itu menonton bagian tubuhnya yang menonjol. "Kupikir maling dari mana, ternyata suamiku tercinta dan babu di perusahaanku. Ck, lanjutkan saja, aku tidak jadi memakai kamar yang sudah ternoda ini untuk tamu VVIP-ku," ucap Fiora berusaha untuk tetap tenang. Kendati keinginan untuk menghabisi kedua bedebah itu sangatlah besar. Namun sebagai Nyonya Elegan, ia tidak akan mempermalukan dirinya. Bukan! Bukan ingin menyerah atau mengalah pada pengkhianatan mereka. Tentu saja Fiora yang cerdas dan berharga diri tinggi sudah memastikan mereka masuk ke dalam daftar hitamnya. Dua orang yang akan ia hancurkan sampai berkeping-keping. Tiada lagi ampunan, kendati Eryon hanyalah suami di atas kertas, dari sebuah pernikahan bisnis antar dua perusahaan milik keluarga mereka. Karena meski tak mencintai Eryon, Fiora tetap tidak terima dengan cara Eryon. Pengkhianatan serta ulah Eryon yang layaknya binatang, dan fatalnya malah kepergok Fiora serta para staff. Apalagi keberadaan Angel, wanita sok seksi yang menjijikkan itu, gundik rendahan yang berada di level terbawah. Demi Tuhan, kelakuan mereka membuat Fiora sangat malu dan terhina! "Fiora!" Eryon, pria bernama lengkap Eryon Kairos Bhaskara itu berlari menghampiri sang istri. "Kumohon, jangan laporkan hal ini pada ayahku." Fiora mengernyitkan dahi. Dasar manusia payah, bejat, dan tak berguna! Eryon lebih takut pada sang ayah, daripada merasa malu pada sang istri. Benar-benar sint!ng! Senyum miring terlukis di bibir Fiora. "Tenanglah, aku bukan bedebah pengecut sepertimu. Mengadu bukanlah gayaku," ucapnya angkuh. "Kau...." Eryon tak jadi melanjutkan perkataannya. Sesungguhnya ia tidak mengerti mengapa istrinya masih begitu kaku. Padahal Eryon dan Fiora sudah menikah selama empat tahun, meskipun sebatas pernikahan bisnis. Meski begitu, sudah ada seorang anak perempuan di dalam pernikahan itu. Setidaknya Fiora bisa merasa sedikit sakit hati, 'kan? Setidaknya untuk putri mereka. Tapi mengapa Fiora sama sekali tidak terpengaruh? Wanita itu masih saja seperti bongkahan es yang keras. Sulit untuk dikendalikan apalagi diperbudak. Inilah salah satu penyebab mengapa Eryon sampai tergoda wanita-wanita lain. Meskipun Fiora masih memberikan nafkah batin padanya sebagai salah satu kewajiban seorang istri, Eryon masih tidak puas. Baginya, Fiora tetaplah robot es yang memuakkan. Jadi, wajar, 'kan jika ia sampai menginginkan kepuasan yang lain? "Tapi sejujurnya aku mual ketika melihat perilakumu dan gundikmu itu, Eryon. Kalian sama seperti binatang. Berani-beraninya memasuki ruangan ini demi melampiaskan hasrat hina kalian. Kalian tak lebih dari sekadar bedebah menjijikkan!" ucap Fiora dengan ekspresi yang konsisten datar. Eryon menatap tajam. Tidak Terima. "Aku juga berhak atas tempat ini, Fiora. Jangan lupa, apa yang akan menjadi milikmu, maka akan menjadi milikku juga. Kamu adalah istriku, dan aku adalah suamimu. Keluarga kita sudah sepakat untuk terus bekerja sama setelah pernikahan kita sejak empat tahun yang lalu. Dan ada seorang anak yang juga telah mengikat kita berdua." "Jangan membawa-bawa anakku, jika kau sendiri tidak bisa menjadi ayah yang baik. Kau mungkin memang masih berhak atas tempat ini, tapi tidak dengan membawa perempuan jalang itu ke tempat yang seharusnya untuk elit besar, Eryon!" Tegas, Fiora membalas. "Kau boleh saja berselingkuh. Tapi ketika kau mengungkapkan perilaku binatangmu di hadapan orang lain, maka kau sudah mengkhianati kesepakatan kita. Mungkin sebelumnya, aku tidak peduli, tapi kali ini kau keterlaluan. Mustahil kau tidak tahu jadwal mengenai kunjunganku." Fiora menarik napas. Tersenyum miring. Ditatapnya wajah Eryon dan Angel secara bergantian. "Tapi, ya sudahlah. Lanjutkan saja. Karena setelah ini aku akan membongkar total ruangan ini. Renovasi harus dilakukan. Aku tidak mau ada bekas kemesuman kalian sedikit pun, sekalipun itu sidik jari kalian berdua." Eryon merasa geram. Harga dirinya dicoreng. Padahal para staff masih ada di luar pintu yang menganga. Mungkin mereka sudah berbalik badan dan tak menatap situasi di dalam, tapi telinga mereka tidak tuli. Sudah pasti ucapan angkuh Fiora yang merendahkan derajat Eryon terdengar begitu jelas. "Dasar angkuh! Pantas saja Skyla selalu enggan bersamamu lebih lama, Fiora! Kau sendiri bukan ibu yang pantas untuk dicontoh oleh anakku!" serang Eryon membawa-bawa nama Skyla, anak perempuannya yang masih berumur tiga tahun. Fiora tidak menjawab. Menurutnya hanya akan membuang-buang waktu. Lagi pula, dari awal ia sudah berencana untuk tetap tenang. Ia tidak akan gegabah dan keluar dari prinsip elegan. Belum saatnya memberikan pelajaran. Kemudian Fiora memutuskan untuk memutar badan. Berencana meninggalkan suaminya dengan gundik itu. Sebelum akhirnya.... "Nyonya... Nyonya Fiora. Saya sedang hamil anak Tuan Eryon. Dan kami akan menikah. An-anda pun harus menerima serta memperlakukan saya layaknya adik Anda, karena mungkin anak ini adalah anak laki-laki. A-ayah mertua bahkan setuju soal rencana ini. Saya bukan gundik, tapi calon adik madu Anda!" celetuk Angel yang sukses menghentikan langkah Fiora. Hamil? Anak laki-laki? Ayah Mertua merestui? Tapi kenapa Eryon takut jika Fiora mengadu pada James, ayah dari Eryon? Lalu, kalau tidak salah ingat, perut Angel masih rata. Sekalipun hamil, bagaimana bisa gundik itu tahu mengenai gender anaknya? Pikiran Fiora berkecamuk seketika. Dan apa yang akan terjadi setelahnya ketika Fiora sendiri sudah dibuat marah, tapi justru ditampar pernyataan sedemikian rupa oleh gundik suaminya? *** Bersambung ...."Kalau kita menikah ... kita akan menjalani kehidupan yang bagaimana ya? Lintas negara, bahkan benua?" celetuk Zeyan. Saat ini, kami berada di balkon hotel. Hotel yang dinaungi Golden L.O Holdings, perusahaan milik Zeyan. Lima jam yang lalu kami baru sampai setelah melalui penerbangan sekitar sebelas jam. Anakku sudah tertidur di atas kasur, dari kamar kelas VVIP yang secara gratis diperuntukkan untukku. Dua pengasuh pun diberikan kamar tersendiri, pun dengan Dany. Bukan yang VVIP, tapi cukup mewah untuk mereka. Mereka sendiri yang memilih. Aku menatap Zeyan dan kuabaikan pemandangan malam kota Barcelona. "Aku belum memikirkan soal itu," ucapku. Zeyan menanyakan bibir. "Aku saja belum bertemu pamanmu, bagaimana jika dia tak suka padaku? Aku ini janda dan orang Asia," lanjutku yang sedikit tahu tentang karakter paman Zeyan, yang tidak salah bernama Luis Carlos. Zeyan sendiri yang pernah menceritakannya, bersamaan dengan pengakuannya tentang Mr. Stone. Zeyan menggeleng. "Janga
Aku Fiora. Fiora Alarice Alvarez. Sebuah nama cantik pemberian orang tuaku yang bukan orang sembarangan. Barisan nama dari tiga suku kata yang tak pernah kuubah satu pun menjadi Bhaskara. Tidak pernah sekalipun! Tentu kalian tahu apa yang terjadi padaku selama ini, terhitung sejak suamiku menghamili dan menikahi gundiknya. Bahkan direstui oleh James, ayah mertuaku. Konyolnya atas perkataan dukun. Namun ... ada sebuah fakta yang membuatku merenung cukup lama tentang .... Ah, begini. Terhitung satu setengah tahun sudah berlalu sejak peristiwa penyekapan yang dilakukan oleh Eryon padaku. Atmajaya, ketua parpol paling terkemuka sudah ditetapkan sebagai tersangka, yang juga menyeret nama MANTAN ayah mertuaku sendiri. Bahkan mantan suamiku. Ya, aku dan Eryon sudah resmi bercerai. Untungnya proses cerai kami berjalan cukup lancar, karena sudah banyak bukti yang membuat gugatan resmiku dikabulkan. Namun segudang sidang kasus korupsi, juga turut menyeretku dan Tuan Darwin—ayahku sendiri. K
Cuplikan:Keadaan semakin menegangkan ketika Eryon bersiap menarik pelatuk pistol itu. Ia menyeringai tajam setelahnya. Kepala Zeyan siap diledakkannya! Seruan para polisi tak dihiraukannya.***Seketika negara menjadi gempar. Isu korupsi yang melibatkan Atmajaya sudah beredar luas. Nama James turut melesat menjadi trending topic—dicap sebagai pengusaha licik yang menjadi penampung dana hasil pencucian uang dari Atmajaya.Tak ada lagi celah untuk berkilah. Bukti konkret telah beredar luas di berbagai media.Sebuah video tersembunyi menampilkan percakapan rahasia—rekaman suara Atmajaya dan James. Dengan suara arogan, Atmajaya mengaku sebagai sang 'Pengendali'—orang di balik aliran dana gelap yang dikumpulkan dari kader partainya, yang kini duduk di pemerintahan.Video itu menjadi peluru. Satu tembakan yang membongkar dalang utama di balik sistem yang selama ini terus membusuk! Sementara mereka dibuat sibuk dengan kasus hukum yang sudah pasti menjerat, Zeyan dan Darwin masih terus mel
"Ernando akan aman di sini, Zeyan. Ayah pastikan keamanan dan perawatan yang maksimal, Ayah berhasil membawanya kemari. Ayah pastikan tidak ada yang mengikuti," ucap Darwin dari kejauhan pada Zeyan yang masih berada di dalam mobilnya, meski sudah tengah malam. Zeyan menelan saliva dengan susah-payah. "Terima kasih, Ayah. Tapi, bagaimana kondisi Ibu dan Skyla?" tanyanya, yang memang sudah cukup akrab untuk memanggil kedua orang tua Fiora dengan sebutan ayah dan ibu. Terdengar helaan napas yang Darwin lakukan. Napas yang begitu berat. Bagaimana tidak. Pada akhirnya Sisca, istrinya, berakhir tumbang. Setiap hari sejak menghilangnya Fiora, kondisi Sisca kian menurun. Namun sampai saat ini pun, Sisca selalu enggan jika dirawat di rumah sakit. "Masih lemah. Pikirannya terlalu kusut. Ayah khawatir dengan jantungnya, yang katanya kerap terasa nyeri. Untuk Skyla, sesekali rewel merindukan ayah ibunya. Dia juga sempat demam, tapi sudah membaik. Sebenarnya pun Ayah tak ingin membebanimu, bahk
"Saya terinspirasi dengan budaya di negara ini. Tampaknya, tusuk konde bisa menjadi senjata yang tak mencolok, tapi tetap menusuk. Bawalah ke mana pun benda ini pergi, Nyonyaku. Termasuk kalung yang saya berikan, jangan pernah dilepaskan. Nyonya harus tetap baik-baik saja, sampai saat saya bisa kembali," ucap Zeyan sekian hari yang lalu. Fiora menghela napas pada saat itu. Ia tersenyum sambil menatap kotak berisikan tusuk konde. Sebuah benda yang memiliki ujung tajam. Siapa yang akan mengira, Zeyan sampai sedetail itu dalam memesannya. "Selesaikan urusan di Spanyol, dan kembalilah dengan selamat. Karena aku ingin sekali menghukummu pada saat itu. Ciuman tadi, aku sungguh tak ikhlas ketika kau mencurinya dariku, Mr. Zeyan Lorenzo. Kalau tidak memikirkan perjalananmu yang akan menghabiskan waktu berjam-jam, mungkin aku sudah menamparmu sejak tadi!" sahutnya, ketus. Zeyan tertawa. Sebenarnya ia sempat bingung dan deg-degan, khawatir Fiora akan mengamuk ketika dirinya merenggut ciuman
Kamar itu terasa dingin, lampu sengaja dimatikan. Sepi dan memberikan kesan menyeramkan. Terdengar suara wanita terbatuk-batuk. Di atas karpet, ia terduduk.Penampilannya kusut. Rambutnya berantakan. Tampak rantai panjang yang terpasang di pergelangan kakinya, terjerat di kaki ranjang kayu yang mewah. Tangannya terbogol. Membuatnya tak bisa bergerak leluasa.Wanita itu adalah Fiora, yang kini tersekap menyedihkan di ruangan mewah buatan .... Klik ... krieet!Suara pintu kamar dibuka oleh seseorang. Klik! Lampu kristal mewah yang tergantung di langit-langit kamar seketika menyala. Menampilkan ruangan megah itu dengan sejelas-jelasnya. Entah di daerah mana pastinya letak kamar tersebut, Fiora sungguh tidak mengetahuinya. Namun yang pasti, seorang pria telah masuk ke dalam kamar. Langkahnya terayun pelan. Kedua tangannya sibuk memegang nampan. Aroma makanan menguar. Mata sayu Fiora menatap pria itu. Muak sekali rasanya. Sungguh di luar dugaan. Sangat tega! Yah, sebenarnya sudah tida