Beberapa saat yang lalu ....
Sambungan telepon antara Fiora dan sosok VVIP terjadi, tepat setelah Darwin memutuskan untuk pergi bersama Skyla dan kedua pengasuh lainnya. "Halo, Nyonya Fiora. Saya sudah menunggu panggilan dari Anda," ucap VVIP itu dari kejauhan yang langsung tahu jika sosok Fiora-lah yang tengah menghubunginya. Fiora mengernyitkan dahi. Merasa heran. Kata ayahnya, sosok VVIP itu berasal dari Spanyol, dan sama sekali tidak memiliki darah dari negeri ini. Berbeda dengan Fiora yang meski memiliki darah Belanda, darah Indonesia lebih kental berada di tubuhnya. Belum lagi, pria asing itu bisa langsung tahu sosok Fiora-lah yang menghubunginya. "Halo, Mr. Lorenzo. Sepertinya Anda sudah menduga jika saya akan menghubungi Anda," sahut Fiora tetap tenang dan berusaha tidak menunjukkan rasa herannya. "Bisakah kita segera ketemu? Anda mendarat di Jakarta pada pukul berapa? Biar kami yang menjemput Anda." Tanpa basa-basi Fiora melanjutkan ucapannya. Langsung ke inti dan seolah tanpa permisi. Karena selain sudah tak memiliki banyak waktu, Fiora juga merasa sosok Zeyan Lorenzo akan lebih senang jika pembicaraan tak banyak pembahasan basi. "Sejujurnya saya sudah ada di Jakarta, Nyonya Fiora. Jika detik ini Anda ingin menemui saya, saya dengan senang hati siap melaksanakannya. Anda ingin bertemu di mana?" celetuk Zeyan. "...." Beberapa percakapan via ponsel yang akhirnya mengantarkan Fiora di tempat ini. Salah satu kamar VVIP di hotel Alvarion Grand Suites. Lebih awal dari jadwal kedatangan Zeyan Lorenzo yang sebelumnya sudah ditentukan. Masih pukul tujuh pagi, ketika keluarga Eryon masih sibuk dengan pesta resepsi pernikahan kedua suami Fiora tersebut. Namun meski sudah duduk berhadapan dengan Zeyan, Fiora merasa tidak nyaman. Sudah hampir lima menit pria itu terus bergeming dan menatap dirinya. Seolah Zeyan ingin menelisik semua misteri di dalam diri Fiora. Entah apa yang Zeyan inginkan, karena sebelumnya pria itu juga dikatakan sangat ingin menemui Fiora. Padahal mereka hanya pernah bertemu sekali di Barcelona. Tak ada kedekatan, tak ada perbincangan masa lalu yang berarti. Apa sebenarnya motif Zeyan yang seolah sudah menargetkan Fiora sejak lama? "Saya takjub tentang bagaimana Anda begitu fasih berbahasa Indonesia, Mr. Lorenzo," celetuk Fiora yang berangsur meluruhkan ketegangan di dalam dirinya. Ia tak mau menjadi objek pengamatan dalam waktu lebih lama. Zeyan tersenyum mendengar pujian itu. "Saya belajar bahasa negara ini selama empat tahun demi menemui Anda, Nyonya Fiora," jawabnya apa adanya. Fiora bergeming sesaat, dengan ekspresi wajah yang konsisten datar. "Terima kasih atas inisiatif Anda, Mr. Lorenzo. Sehingga saya tak perlu susah payah mencari penerjemah bahasa Spain," ucap Fiora. Kali ini Zeyan Lorenzo yang terdiam. Namun wajahnya tak sedatar Fiora. Senyum dan tatapan aneh terus ia berikan pada wanita yang dua tahun lebih tua darinya itu. Wanita yang selama ini sangat ingin ia temui karena sesuatu hal. Sayangnya, Fiora seolah melupakan kejadian empat tahun silam. Malam hari setelah acara amal digelar. Sebuah kejadian yang menyatukan mereka dalam satu kamar. Haruskah Zeyan Lorenzo kecewa karenanya? Atau ia harus lebih mengerti, sebab di malam itu, Fiora selalu enggan untuk menatap wajahnya. "Saya juga cukup fasih berbahasa Belanda, saya dengar Anda keturunan Belanda juga, 'kan? Mungkin kita bisa mengambil bahasa tersebut sebagai alternatif," celetuk Zeyan Lorenzo memecah keheningan. "Ya. Kakek buyut saya orang Belanda." Fiora menjawab seadanya. "Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin saya katakan kepada Anda, Mr. Lorenzo. Sehingga saya terpaksa harus menganggu waktu Anda yang baru datang ke hotel kami. Mungkin, bisa dikatakan sebagai sebuah keinginan. Sepertinya Anda pun sudah mendengar beberapa hal dari ayah saya." "Termasuk tentang pernikahan kedua suami Anda?" cetus Zeyan. Fiora menatap tajam. "Bagaimana Anda tahu tentang hal itu? Seandainya tahu, sepertinya—" "Bukankah kenyataan itu yang menjadi alasan terbesar di balik keinginan Anda untuk segera menemui saya, Nyonya?" Pria itu lebih sulit diatasi. Zeyan Lorenzo selalu selangkah lebih maju. Pria berusia tiga puluh satu tahun berasal dari Spanyol. Pewaris muda yang terpaksa diangkat sebagai pimpinan perusahaan keluarganya di kala usianya baru menginjak dua puluh lima tahun, karena kejadian darurat. Sempat diragukan oleh para dewan direksi, sampai pamannya harus turun tangan dalam mendampinginya mengemban jabatan itu. Pria muda yang kemudian membuktikan potensi dirinya, setelah dua tahun menjabat berbekal pengalaman membantu ayahnya serta pendidikannya yang memang tinggi. Tentu tak melupakan peran penting pamannya yang terus memandu sekaligus melindunginya. Dan dirinya yang mampu melakukan inovasi serta memperluas bisnis, akhirnya mampu mendapatkan kehormatan luar biasa. Semua cerita tentang Zeyan telah Darwin katakan, tadi di pagi buta sebelum memutuskan pergi. Cerita yang mengharuskan Fiora untuk lebih berhati-hati dalam menentukan langkahnya kendati harus berusaha menjalin hubungan dengan Zeyan. Barangkali pria itu juga bisa menggigitnya layaknya James, dan malah tak mau diajak bekerja sama. Atau mungkin ada harga besar yang harus Fiora bayarkan hanya demi mendapatkan sebuah dukungan. "Nyonya Fiora, jangan terlalu tegang. Saya tak bermaksud mengusik privasi Anda," celetuk Zeyan yang seolah bisa membaca isi pikiran Fiora. "Saya hanya perlu mendapatkan beberapa informasi, sebelum memutuskan jalinan kerja sama kita. Ayah Anda pun tak keberatan ketika saya mengetahuinya. Tenang saja saya bisa menjaga rahasia." Fiora menghela napas. Mulai tak nyaman ia mengusap-usap permukaan jam tangannya. "Saya hanya sedikit terkejut, Mr. Lorenzo. Dan cukup malu, karena ketahuan dimadu," jawabnya. "Kenapa harus malu?" Zeyan tersenyum usil, lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa mewah itu. "Anda juga bisa melakukannya." Fiora menatap, tak mengerti. "Mendua. Memadu kasih dengan pria lain," jelas Zeyan. "Saya tidak sehina itu," sahut Fiora cepat. "Jika saya melakukannya, sepertinya tak akan ada bedanya antara saya dengan suami saya." "Percayalah, Nyonya, terkadang kita harus sedikit keluar dari zona nyaman dan menjadi mm... cukup gila untuk mengalahkan seseorang. Apa gunanya untuk terus mempertahankan prinsip, ketika harga diri telah dinodai. Lagi pula, seperti yang Anda katakan di malam empat tahun lalu, bahwa Anda tak menginginkan pernikahan itu," ucap Zeyan. "Bahkan Anda berani meminta pria yang menemani Anda pada malam itu untuk merenggut kesucian Anda, daripada menyerahkannya pada calon suami yang tak Anda cintai. Tampaknya, Anda harus mengembalikan Fiora kala itu demi misi menyerang yang mungkin telah Anda rencanakan, sampai harus menemui saya lebih awal." Zeyan menambahkan dengan sebuah pernyataan yang tak terduga. Malam empat tahun lalu? Fiora membatin pertanyaannya. Deg! Ekspresi di wajah Fiora yang sejak tadi datar, kini tampak berubah. Sepasang matanya melebar. Tampaknya ada sesuatu dari masa lalu yang telah ia lupakan. Namun Zeyan Lorenzo? Apakah pria itu pernah memiliki sebuah momen penting dengan dirinya di masa lalu? Apa yang sebenarnya terjadi kala itu? Fiora bukan seorang pelupa. Ia yakin, ia hanya bertemu dengan Zeyan pada acara amal dan tak banyak berbincang. Selain itu ... tidak pernah! *** Bersambung....Kamar itu terasa dingin, lampu sengaja dimatikan. Sepi dan memberikan kesan menyeramkan. Terdengar suara wanita terbatuk-batuk. Di atas karpet, ia terduduk.Penampilannya kusut. Rambutnya berantakan. Tampak rantai panjang yang terpasang di pergelangan kakinya, terjerat di kaki ranjang kayu yang mewah. Tangannya terbogol. Membuatnya tak bisa bergerak leluasa.Wanita itu adalah Fiora, yang kini tersekap menyedihkan di ruangan mewah buatan .... Klik ... krieet!Suara pintu kamar dibuka oleh seseorang. Klik! Lampu kristal mewah yang tergantung di langit-langit kamar seketika menyala. Menampilkan ruangan megah itu dengan sejelas-jelasnya. Entah di daerah mana pastinya letak kamar tersebut, Fiora sungguh tidak mengetahuinya. Namun yang pasti, seorang pria telah masuk ke dalam kamar. Langkahnya terayun pelan. Kedua tangannya sibuk memegang nampan. Aroma makanan menguar. Mata sayu Fiora menatap pria itu. Muak sekali rasanya. Sungguh di luar dugaan. Sangat tega! Yah, sebenarnya sudah tida
Cuplikan: Tangan Angel gemetar, mencoba meraih meja, apa pun, untuk menahan tubuhnya. Namun matanya sudah buram. Pandangannya menggelap, dan cairan hangat tiba-tiba mengalir di sela pahanya.🥀🥀🥀Mata Angel membidik sebuah pigura besar. Berisi sebuah foto pernikahan Eryon dan Fiora yang kini terpampang nyata di ruang utama rumah itu. Ada sebuah kursi di depan pigura tersebut, seolah menggambarkan diri Eryon tengah duduk sambil memandangi foto besar pernikahannya. Hati Angel terenyak. Kejutan macam apa ini? Dan sejak kapan foto pernikahan mereka berukuran sebesar itu? Bahkan dipajang tepat di tengah-tengah ruangan yang langsung mengarah pada pintu.Mata Angel bergetar, kedua telapak tangannya mengepal. Sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak terpengaruh. Namun, ... saat menoleh ke arah lain, Angel menemukan beberapa lukisan gambar diri. Entah siapa yang melukisnya, tapi gambar di dalam lukisan tersebut menunjukkan sepasang kekasih yang mirip sekali dengan Eryon dan Fiora. Mereka dig
"Akhirnya, wanita angkuh itu akan lenyap. Aku ... ah, aku harus segera menemui Tuan Eryon untuk merayakan kemenangan ini. Tapi, yah, aku harus bersandiwara sedih dulu, meski aku yakin Tuan Eryon akan merasa senang, karena dia sendiri pasti sudah muak dengan tingkah laku Fiora!" -Angel, si Gundik. 🥀🥀🥀 PRANGGG!!! Vas bunga cantik di atas meja ruang tamu di rumah James, baru saja melayang, membentur lantai marmer hingga pecah berantakan. Emosi yang sudah sampai di ubun-ubun, telah menggerogoti sisa kesabaran Darwin Alvarez yang tak segan untuk melakukan tindakan kasar tersebut. Sementara James yang hari ini tidak ke kantor, lantaran cemas dengan segala tudingan para dewan direksi Bhaskara Corp, sampai terkejut dengan tindakan besan pertamanya tersebut. Pun dengan Ratna yang turut ada di sana, termasuk Angel yang mengintip dari ruangan dapur. "Katakan di mana kau membawa putriku pergi, James!" Ucap Darwin sambil menatap tajam ke arah James. James tidak langsung menjawab. Ot
"Silakan tampar saya, Tuan! Bahkan jika nyawa saya harus jadi tebusannya, saya rela. Saya gagal melindungi Nyonya Fiora. Ma-maafkan saya," ucap Dany sambil bersimpuh di hadapan Darwin, di dalam ruang utama rumah dari ayah kandung Fiora tersebut.Bohong jika Darwin mengatakan jika dirinya tidak marah. Emosinya malah sudah sampai di ubun-ubun, siap meledak, bahkan mengamuk. Namun melihat Dany yang tampak berantakan, dan bagaimana kusutnya ajudan dari putrinya itu, membuat Darwin perlahan menarik napas dalam-dalam.Melakukan tindakan kasar, tidak akan menjadi solusi sama sekali. Apalagi Dany sudah mencari ke sana-kemari selama semalam suntuk, sampai siang hari ini. Di sisi lain pun, Darwin tahu jika Fiora sendiri yang menjadikan dirinya sebagai umpan. Anak nakalnya itu benar-benar selalu di luar nalar! Lalu di salah satu sofa, tampak Sisca, ibunda Fiora yang berwajah datar. Namun caranya menggigit bibir, dan ketika tangannya terus mengusap jantungnya, siapa pun tahu jika dirinya sedang
Flora melirik ke arah kaca spion tengah yang tergantung di bagian depan mobilnya, kemudian ia bergerak untuk benar-benar menoleh. Memastikan sesuatu yang aneh. Firasatnya memang mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Ada orang yang berusaha menguntitnya sejak ia tiba di basemen beberapa saat yang lalu. Mata Fiora menyipit, memperhatikan sebuah mobil hitam di belakang mobil Dany yang sejak lima menit lalu tak juga mengubah arah. Kini kecemasan mulai melandanya, pun dengan jantungnya yang seketika berpacu keras. Napasnya ikut memburu karena ketegangan dirinya itu. Fiora kemudian menggertakkan giginya. Situasi ini benar-benar tak terduga. Ia lupa bahwa di belakang James, ada sosok yang jauh lebih hebat dan berpengaruh. Ia lupa bahwa lawannya bukan lagi ayah mertuanya maupun suaminya! "Mereka bergerak secepat ini. Mungkinkah ... kecelakaan Ernando tidak hanya untuk menenggelamkan fakta-fakta besar yang disimpan olehnya? Tapi juga untuk mempermainkanku dan Ayah, yang tak sengaja terli
Dalam keadaan tangan masih diborgol, dengan pakaian kemeja putih yang kini agak kusut, Ernando dibawa menuju sebuah mobil tahanan. Sebentar lagi, ia akan menjalani sidang peninjauan kembali—langkah awal untuk membersihkan nama baiknya. Dan tentu saja, untuk membantu tujuan Nyonya Fiora.Langit pagi ini menggantung kelabu, seperti menyimpan firasat buruk. Udara lembab menusuk kulit, membuat hati Ernando semakin tak tenang. Terlalu sunyi. Terlalu sepi untuk sebuah hari penting seperti ini. Ia menatap sekeliling, matanya menyipit curiga.Membuatnya sedikit bertanya-tanya. Apakah pihak James tak ingin menghentikan upayanya yang bisa membahayakan mantan atasan sekaligus pamannya itu sendiri? Atau adakah sebuah rencana besar, yang nantinya akan menyambut kehadiran Ernando di pengadilan? Mengingat kemungkinan itu, rahang Ernando mengeras. Ia memang seharusnya untuk berwaspada. Mobil tahanan itupun dikemudikan. Berjalan melintasi jalanan beraspal. Melaju dengan kecepatan lumayan, seiring de
Di taman dari rumah mewah milik Darwin. Pagi ini, pukul setengah tujuh pagi.Fiora harus rela menerima sajian gurat sendu di wajah Zeyan. Pria yang bahkan sudah berkunjung untuk ikut sarapan. Namun pada kenyataannya ia sedang ingin menemui Fiora, dan rumah Darwin satu-satunya tempat yang aman untuk pertemuan mereka. Sejak diberikan kabar mengenai kekacauan di Spanyol. Yang rupanya muncul gosip "Demi mengejar wanita Asia, Zeyan Lorenzo rela meninggalkan perusahaannya sendiri, bahkan diduga akan mengorbankan banyak bisnisnya demi wanita itu", membuat Zeyan harus lebih berhati-hati. Termasuk dalam hal menemui Fiora, terutama di hotel yang bisa saja diisi oleh sejumlah mata-mata dari pihak lawan. Sementara, dampak besar terjadi setelah gosip itu beredar. Meski tak sepenuhnya salah, tapi tentu tidak tepat. Pastinya banyak protes dari para petinggi Golden L.O Holdings di Spanyol sana, yang membuat Luis Carlos, paman Zeyan, seketika murka. Termasuk Daniel, sekretaris utama Zeyan, yang kala
"Siapkan mental Anda, dan jangan terpengaruh pada apa pun." Zeyan berucap sambil memandang terpidana penggelapan dana di hadapannya. Seorang pria berusia tiga puluh delapan tahun yang sudah menderita selama kurang lebih empat tahun di jeruji besi. Yakni Ernando Bastian. Namun yang membuat Zeyan cukup takjub adalah tubuh Ernando yang masih terjaga kebugarannya. Meski luka baret ada di sana sini, bahkan termasuk pipinya, pria itu tetap terlihat kokoh dan tangguh.Entah sekeras apa kehidupan yang Ernando jalani di dalam penjara, tapi setidaknya Ernando bukan sosok yang mudah dikalahkan. Sekalipun nanti mungkin akan ada bahaya yang datang. Ya, saat ini Zeyan dan Ernando duduk saling berhadapan, setelah Zeyan diperkenalkan sebagai "konsultan hukum" atau "penasihat independen" yang bekerja sama resmi dengan tim kuasa hukum Ernando.Ernando menghela napas. Ia masih memilih diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Jika sebelumnya hanya para ajudan yang datang, kini Zeyan Lorenzo tidak ragu un
Cuplikan:"Darwin dan putrinya itu, kau tahu seberapa kompetennya mereka, 'kan? Jika bukan karena aku dan atas permintaanmu, di empat tahun yang lalu perusahaan Darwin tidak akan terguncang sampai kesulitan finansial, dan kau akan gagal menjadikan Fiora sebagai babumu untuk menggantikan Ernando!"***Usai Fiora keluar dari rumah itu, Eryon bergegas bangkit dari duduknya. Melalui kaca jendela, ia menatap punggung istri pertamanya. Punggung yang selalu tegak dan tampak proporsional. Punggung yang berulang kali ia usap, sekaligus ia maki secara diam-diam. Berikut seluruh raga Fiora yang seharusnya tidak boleh menjadi milik orang lain. "Fiora ...." Eryon bergumam lalu menggertakkan giginya. Tak lama setelah itu, ingatan Eryon berlari ke beberapa saat yang lalu. Tentang ayahnya yang tiba-tiba datang dengan amarah begitu besar. Namun hanya sekitar lima menit saja James datang, selanjutnya bergegas untuk pergi entah ke mana. Yang tanpa sepengetahuan Eryon, James mencoba mendatangi gedung