“Semoga aku tidak salah mengambil keputusan,” batinnya.
Mobil kemudian melaju kearah Mansion milik Glen yang terletak dipinggir Kota. “Mulai hari ini kau akan tinggal disini,” ucap Glen. Ashley mengangguk tanda mengerti. Pandangannya beredar keseluruh penjuru ruangan dengan interior yang sangat mewah hingga membuat Gadis itu terpukau. “Apakah aku akan menjadi Nyonya di Mansion ini?” batin Ashley. “Jangan senang dulu. Banyak hal yang harus kau lakukan untuk melunasi hutang keluargamu. Ingat, ini tidak gratis,” ujar Glen. “Lalu bagaimana dengan sekolahku? Tempat ini cukup jauh dari sekolahku,” tanya Ashley. “Home schooling saja,” jawab Glen cepat. Ashley mengerutkan dahinya. “Ada apa?” tanya Glen cepat. Ashley menggeleng. “Apa yang bisa kulakukan disini?” tanya Ashley. “Belajar dan mengurus dirimu sendiri,” jawab Glen cepat. “Pernikahan akan dilangsungkan 1 minggu lagi. Beristirahatlah.” ucap Glen. “Dan satu lagi, kau tidak boleh pergi tanpa izin dariku,” lanjutnya. Glen kemudian menuju ruang kerjanya dan diikuti oleh Henry. Sementara Ashley, ia mulai berkeliling melihat-lihat tempat tinggalnya yang baru. Gadis itu mulai berjalan menuju halaman belakang. Dihalaman belakang terdapat kolam renang yang sangat luas dan paviliun untuk bersantai. “Nona Ashley ya?” Ashley terkejut saat namanya disebut. Ia kemudian menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya berpakaian seperti pelayan sedang tersenyum manis kearahnya. “Saya pelayan disini. Jangan takut,” jawab Wanita itu. “M-maaf. Aku sedikit terkejut Bi,” ujar Ashley. “Saya kiran. Saya sudah 20 tahun bekerja untuk Keluarga Tuan Glen. Kelak jika Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa mencari saya,” jelas Bi Kiran. “Baik. Terimakasih Bi,” jawab Ashley dengan senyuman manisnya. Saat Bi Kiran hendak pergi, Ashley menahannya. “Bi, apa Tuan Glen hanya seorang diri disini?” tanya Ashley cepat. Bi Kiran menoleh memastikan tidak ada yang mendengarnya sebelum ia menjawab pertanyaan Ashley. “Dulu, Mansion ini diberikan untuk Istri Pertama Tuan Glen. Namanya Nyonya Courtney. Tapi, beliau sudah tiada,” ujar Bi Kiran. Ashley membulatkan matanya. “Berarti aku?” Bi Kiran mengangguk. “Nona istri kedua Tuan,” ujar Bi Kiran. “K-kenapa dia tidak memberitahuku sebelumnya?” batin Ashley. Ia melamun dengan berbagai pertanyaan dikepalanya. “Saya permisi dulu Non,” ucap Bi Kiran dan melenggang pergi meninggalkan Ashley. Gadis itu mematung. Ia mencoba mencerna perkataan Bi Kiran tadi. “Istri Kedua?” gumam Ashley. “Siapa Istri pertama nya? aku jadi penasaran,” gumam Ashley. Ia kemudian masuk kedalam Mansion dan menghampiri ruang kerja Glen. “Permisi Tuan, dimana kamar tidurku?” tanya Ashley dengan wajah polosnya. Glen membalikkan kursinya dan menatap Ashley. “Kau tidak punya mulut untuk bertanya pada pelayan lain?” ketus Glen. Henry yang mengerti akan suasana hati bosnya itu langsung mengajak Ashley keluar dan mengantar Ashley menuju kamarnya. “Suasana hati Tuan sedang tidak baik. Sebaiknya kamu jangan membuat masalah,” jelas Henry. Ashley kemudian mengangguk dan langsung masuk kedalam Kamar barunya itu. “Wah,” gumam Ashley karena terpukau dengan segala kemewahan itu. “Besok akan ada guru yang datang. Tuan khusus menyewanya untuk mengajarimu,” jelas Henry. “Sampaikan Terimakasihku padanya,” ucap Ashley. Henry kemudian pamit dan pergi meninggalkan Ashley. Saat hendak menutup pintu, Ashley melihat sebuah foto yang ditaruh diatas meja tepat didepan kamar Ashley. “Siapa dia?” gumam Ashley sembari mendekat dan mengambil foto itu kedalam genggamannya. Mata Ashley membulat saat ia sadar bahwa Wanita difoto itu sangat mirip dengannya. “Apa dia tertarik padaku karena aku mirip dengan mantan Istrinya?” batin Ashley. Gadis itu kemudian mengembalikan foto itu dan langsung masuk kedalam Kamar mewah miliknya. Ia kemudian memilih untuk bersih-bersih dan berganti pakaian tidur. Sekitar pukul 8 malam, Ashley turun menuju dapur. Ia melihat Bi Kiran sedang memasak dan ingin membantunya. “Apa butuh bantuan Bi?” tanya Ashley. “Tidak Nona. Nona sebaiknya pergi memanggil Tuan untuk makan malam,” ujar Bi Kiran. Ashley mengangguk mengerti dan langsung menuju ruang kerja Glen. “Permisi. Tuan waktunya makan malam,” ucap Ashley. Glen melirik kearah Ashley yang sudah memakai piyama dress sepaha hingga menampilkan kaki mulusnya itu. Pria itu kemudian menghampiri Ashley dan menghimpitnya kedinding. “Apa kau ingin aku memakanmu?” bisik Glen hingga membuat Ashley sedikit ketakutan. “B-bukan. M-maksud saya, makan malam sudah siap di meja makan, Tuan!” jelas Ashley cepat. Pria itu hanya terus menatap wajah Ashley yang lugu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Ashley dan menuju ruang makan. Ashley pun mencoba menetralkan nafasnya yang tak karuan lalu menyusul Glen. “Biar saya bantu Bi,” ujar Ashley sembari membantu Bi Kiran menyiapkan makan malam. Ashley kemudian mulai melayani Glen. Ia menyendokkan nasi kepiring Glen, dan memberi beberapa lauk. “Silahkan Tuan,” ujar Ashley. Karena segan, Gadis itu memilih ikut Bi Kiran Kedapur daripada menemani Glen untuk makan. “Ashley. Mau kemana?” tanya Glen. “A-ah aku akan menemani Bibi,” ujar Ashley gugup. “Kemari,” ujar Glen. Ia kemudian menarik kursi disebelahnya dan mempersilahkan Gadis itu duduk. Ashley pun semakian canggung dengan sikap Glen. “Duduk,” ujar Glen. “Aku membawamu kesini untuk menjadi Istriku. Bukan untuk menjadi pelayan,” tegas Glen. Glen kemudian mulai menyuap makanan kedalam mulutnya. Sementara Ashley, ia makan dalam situasi yang menurutnya sangat canggung. “Aku sudah mengatur pertemuan mu dengan Orang Tuaku. Jadi belajarlah untuk bersikap selayaknya Pasangan,” jelas Glen. Ashley tersedak. Ia terkejut karena ini terlalu tiba-tiba. “K-kenapa mendadak sekali?” ujar Ashley. “Pernikahan kita 1 minggu lagi. Lalu kapan kau akan bertemu Orang tuaku?” tanya Glen. Gadis itu terdiam. Ia melanjutkan makannya sembari bergelut dengan pikirannya. Keesokan harinya. Terlihat Ashley sedang belajar bersama Seorang Pria di Paviliun belakang. “Aku memberimu tugas untuk membuat artikel mengenai peristiwa Black Death,” ujar Sang Guru bernama Alfredo. “Besok saya ingin tugas itu sudah selesai,” lanjutnya. “Baik Mister,” jawab Eve. Saat ini, Eve sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes kelulusan Sekolah. Ia harus benar-benar serius dalam belajar agar mendapat nilai yang bagus nanti. Mr. Alfredo kemudian pamit untuk pulang karena jam belajar telah selesai. Sesaat setelah Mr. Alfredo pergi, Glen datang dan menghampiri Ashley yang masih sibuk mengemasi barang-barangnya. “Oh yaampun kau ini mengejuti saja!” jerit Ashley saat melihat Glen sudah berdiri dihadapannya. “Bagaimana? Apakah lancar?” tanya Glen. Ashley mengangguk cepat. “Tuan bolehkah setelah ini aku melanjutkan pendidikan ku diuniversitas?” tanya Ashley. Glen melirik kearah Ashley yang bertanya dengan matanya yang berbinar. “Tidak. Kau akan tetap belajar dirumah,” tukas Glen cepat. Ashley yang mendengar itu langsung mendesah kecewa. “Baik Tuan.” “Jangan panggil aku Tuan. Sebut saja namaku,” ujar Glen.Alfredo langsung melajukan mobilnya kearah Rumah sakit terdekat. Sesampainya mereka dirumah sakit, Glen langsung menggendong tubuh Ashley masuk ke IGD. “Sebelah sini Pak,” ujar perawat sembari mengarahkan Glen keranjang kosong. “Cepat tangani dia,” ujar Glen. Perawat itu kemudian mengambil beberapa peralatan untuk mengobati luka Ashley. “Luka nya tidak parah. Hanya saja besok pasti akan membengkak,” ujar Perawat itu sembari membersihkan luka Ashley dan memberinya obat. “Rajin dikompres dengan air hangat saja agar bengkaknya mereda,” lanjutnya. Setelah itu, Henry mengurus administrasi dan mengambil obat pereda nyeri yang sudah diresepkan Dokter. “Pelan,” ucap Glen saat melihat Ashley hendak turun dari ranjang. “Ouch,” rintih Ashley. Melihat itu, Glen kembali mengangkat tubuh Ashleu dan membawanya kemobil. “Bukankan yang tadi itu Nona Ashley dan Tuan Glen?” ucap salah satu Perawat disana. “Ih pasti mereka berpacaran!” Glen tak memperdulikan itu dan tetap berjalan
“Tidak ada yang akan berani. Kalau ada aku akan memotong telinganya!” Glen langsung menyesap leher Istrinya hingga meninggalkan bekas. “Glen ini akan terlihat,” ujar Ashley panik. Glen tak menggubris. Mereka lanjutkan permainan mereka dengan panas diRuangan itu. “Sepertinya setelah ini kita harus membuat ruangan ini menjadi kedap suara,” bisik Alfredo. Henry pun hanya tersenyum paksa. “Ahh pelann Glennhh!” teriak Ashley saat Glen menarik rambutnya sembari terus membuat Gadis itu mendesah nikmat. Beberapa saat kemudian. “Sudah tidak ada suara apakah sudah aman?” bisik Alfredo pada Henry. “Diamlah,” ujar Henry sembari menyenggol tubuh Alfredo. Tak berselang lama, Justin kembali datang dengan membawa beberapa berkas ditangannya. “Apa Tuan dan Nona sudah tidak sibuk?” tanya Justin. “A-ah kau kembali saja lagi Tuan. Kami akan menghubungimu nanti,” ujar Henry gugup. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. “Alfred-“ Kata-kata Ashley terputus saat melihat Tuan Justin yang sedang menat
“Brengsek! Tidak tahuu terimakasih!” umpat Flora. Ia kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga terdengar hampir diseluruh penjuru Mansion. “Wanita itu benar-benar semakin tidak tahu diri!” kesal Zico. “Sudahlah Kak,” ucap William. Disisi lain, Glen dan Ashley sedang rapat bersama para dewan direksi. “Tahun ini saya lihat jumlah anggaran yang digunakan semakin melonjak. Kerja kalian apa jika tidak bisa menekan anggaran hingga bisa melonjak seperti ini?” tanya Glen sembari membuka berkas yang diberikan Henry. “Dan juga saya dengar kerjasama dengan Max Company tertunda karena masalah anggaran. Apa betul?” tanya Glen. “Betul, Tuan,” jawab Frans. Glen pun memijit kepalanya pelan. “Begini saja, saya mau semua laporan keungan dikirim ke ruangan saya. Nanti saya yang akan memeriksanya sendiri,” ucap Ashley. Para dewan direksi pun langsung saling menatap dengan panik. “Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Ashley cepat. “T-tidak Nona. Saya akan antar secepatnya,” ujar Tuan J
“Apa yang terjadi dengan Ashley?” Glen tidak menjawab dan memilih untuk langsung menuju kamarnya. “Nyonya ketiga baik-baik saja Tuan. Hanya saja, ia sedikit kelelahan hingga tertidur dimobil,” ujar Henry menjawab pertanyaan Tuan Besar. Tuan Besar pun hanya mengangguk. Henry dan Alfredo kemudian pergi menuju Kamar Majikan mereka itu. “Aku ada tugas untuk kalian,” ucap Glen kepada Henry dan Alfredo. “Aku dengar William memulai Proyek kerjasamanya dengan Slytzean Company. Aku mau kerjasama itu gagal,” ujar Glen. “Apa kau ingin membuat Slytzean bekerja sama dengan Cath Company?” tanya Alfredo. “Tepat sekali. Perusahaan itu sangat menguntungkan jika kita dapat bekerja sama dengan mereka,” ujar Glen. “Baik Tuan,” ucap Henry dan Alfredo bersamaan. Keduanya kemudian segera pergi meninggalkan Glen. Disisi lain, Zico dan William sedang berbincang bersama Ayah mereka diruang tengah. “Ayah, kau tidak benar-benar mencabut jabatan kami kan?” tanya Zico. “Ada atau tidaknya jaba
“Jadi kau akan mengabdikan sisa umurmu hanya untuk Gadis kecil itu?” tanya Henry cepat. “Belum tahu. Tapi saat aku menjaganya, aku merasa tenang. Aku seperti sedang menjaga mendiang Adikku sendiri,” jelasnya dengan wajah murung. ~ “Kemana kau akan membawaku?” tanya Ashley. “Diamlah, jangan banyak tanya,” ucap Glen. Ashley mempoutkan bibirnya karena tak mendapat jawaban dari Suaminya itu. “Mister apa kau tahu Suamiku akan membawaku kemana?” tanya Ashley pada Alfredo yang sedang menyetir mobil. “Tidak Nona,” jawabnya. Gadis itu mendengus kesal. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sebuah Perusahaan besar yang berdiri megah ditengah kota itu. “Lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ketempat ini,” gumam Ashley. Glen kemudian membawa Ashley turun dan memasuki Perusahaan itu. “Salam Tuan, Salam Nyonya,” sambut seorang Pria berpakaian formal yang menyambut kedatangan Glen dan Ashley. Pria itu adalah Direktur utama Perusahaan itu, ia bernama Frans. “Apa semuanya berjala
Deg~ jantung Flora seketika berhenti. Ia lupa bahwa video yang ia ambil itu berasal dari kamera yang ia pasang diam-diam di Ruang kerja Glen. Glen kemudian membawa Ashley untuk duduk. “Sepertinya saat aku tidak ada disini kalian banyak melakukan sesuatu terhadap Istriku ya,” gertak Glen. “Jangan banyak omong kau. Jelas-jelas Istrimu salah tapi kau masih membelanya!” geram Zico. “Sudah cukup! Tak bisakah kalian tak bertengkar terus?” lerai Tuan Besar. “Flora darimana kau dapat video itu? Disetiap ruang kerja dirumah ini dilindungi dengan privasi yang sangat tinggi! Tapi kau bisa mendapat Video itu bukankah berarti kau meninggalkan sesuatu disana?” “Dan juga, Ashley, Apakah benar Perhiasan yang kamu pakai adalah perhiasan Flora?” “Tidak Ayah! Itu adalah milikku. Itu hadiah dari Glen yang ia bawa dari luar negeri!” jelas Ashley. “Bohong! Perhiasan itu sangat terbatas dan butuh waktu lama untuk memesannya!” sela Flora. “Jadi kau meragukanku?” sahut Glen. “Jawab aku Flora
“Siapa yang berani memasang Kamera disini?!” “Tenang Nona. Saya akan menyelidiki nya,” ujar Alfredo. Ashley menghela nafas kasar. Ia kemudian duduk dikursi empuk milik Glen. Sementara Alfredo, ia pergi untuk mencari informasi tentang kamera itu. Tiba-tiba telepon berbunyi. Ashley : Halo? Glen : Kenapa susah sekali dihubungi? Ashley : Menurutmu? Glen : (terkekeh) Aku sudah mendengar semua tentang situasi disana. Bagaimana? Apakah menyenangkan? Ashley : Are you seriously? Kenapa kau juga bertanya hal tidak masuk akal seperti itu Glen : Kau sepertinya sedang kesal. Ada apa? Ashley : Ada yang memasang kamera tersembunyi di ruang kerjamu. Tapi aku belum bisa memastikan siapa pelakunya Glen : Sepertinya kemampuanmu meningkat. Tidak sia-sia aku mendidikmu Ashley : Diamlah dan segera kembali. Aku muak berlama-lama disini Glen : Tentu. Aku tahu kau sangat merindukanku Ashley : Kau ini pede sekali ya? Sudahlah. Aku harus mengurus beberapa hal. Bye Ashley kemudian
“Kakak, kenapa kau langsung menuduh ku? Memangnya kau melihatku memasukkan racun itu? Dan lagi, yang memasak bukan aku. Lalu kenapa kau menuduh aku tapi tidak menuduh Bibi yang memasak?” Tiba-tiba Bi Grace datang karena dipanggil oleh Asisten Tuan Besar. “Ada apa ini Nyonya?” tanya Bi Grace kebingungan. “Apa kau meracuni Nyonya Pertama?” tanya Ashley. “Hah, mana mungkin saya melakukannya Nyonya. Tuan Besar, Tuan Muda, tidak mungkin saya melakukannya. Saya sudah berpuluh-puluh tahun bekerja disini,” jelas Bi Grace dengan wajah panik. “Baiklah Bi. Kami hanya bertanya. Jangan cemas,” ucap Ashley mencoba menenangkan Bi Grace. Ashley kemudian menoleh kesamping seolah memberi tanda pada Alfredo yang berdiri dibelakangnya sejak tadi. Alfredo pun mendekat kearah Ashley. “Panggil Dokter pribadi Glen kemari,” bisik Ashley. “Ayah, kasihan Istriku. Ayah harus memberi keadilan untuk dia!” sahut Zico. “Kakak. Keadilan apa yang kau maksud? Apa kau masih menuduhku bahwa aku meracuni Is
“Aku harap kau tidak menjadi seperti Ayah. Aku tak apa jika kau ingin menikah lagi, tapi bicaralah terlebih dahulu kepadaku,” ucap Ashley pelan. Beberapa minggu kemudian. Setelah kelulusan Ashley, Glen kemudian mengangkat Mr. Alfredo menjadi Asisten pribadi Ashley. Ia juga langsung mengurus keberangkatannya keluar negeri termasuk mengurus kepindahan Ashley ke Mansion keluarga Moonstone. “Kau jangan berulah,” bisik Glen kepada Istrinya itu. Ashley melirik kearah 2 Saudara iparnya kemudian kearah Sang Mertua sebelum akhirnya mengangguk. “Kau ini sengaja menaruhku disini agar bisa menghadapi mereka kan?” bisik Ashley. Glen tersenyum. Ia mengecup pucuk kepala Ashley dan bibir mungil gadis itu. “Jaga dia,” ucap Glen pada Alfredo yang berada tak jauh dibelakang Ashley. “Hati-hati dijalan,” ujar Ashley sembari menatap punggung Glen yang mulai berjalan menuju mobilnya. Henry kemudian membukakan pintu untuk Glen dan menutupnya. Sebelum ia masuk, ia menunduk kearah Ashley. Ash