“Jangan panggil aku Tuan. Sebut saja namaku,” ujar Glen.
Ashley tak menjawab. Glen kemudian duduk di Paviliun itu sembari menghisap rokok yang berada ditangannya. “Apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Ashley. “Kemarilah,” ucap Glen kemudian menyuruh Ashley untuk duduk disebelahnya. Gadis itu langsung mendekat kearah Glen dan duduk disamping Pria itu. “Apa benar kau sudah pernah menikah?” tanya Ashley dengan berhati-hati. Glen menoleh dan menatap wajah Gadis lugu itu. “Ya,” jawab Glen singkat. “Apa foto Wanita yang berada didepan kamarku adalah foto mendiang Istrimu?” tanya Ashley. “Benar,” jawab Glen. Ashley mengangguk mengerti. Ia memilih untuk tak melanjutkan pertanyaannya karena takut Glen akan marah jika ia mengungkit masalalunya. Mereka berdua kemudian berada dalam situasi hening. Hanya suara angin yang terdengar saat itu. Tak ada yang membuka suara diantara mereka berdua. Sampai akhirnya Henry datang menghampiri mereka. “Permisi Tuan. Tuan Besar sudah mendarat pukul 4 tadi,” ujar Henry. Mendengar itu, Glen langsung mematikan rokoknya dan memperbaiki pakaiannya. “Baiklah,” ujar Glen. “Ayo,” ucap Glen kemudian beranjak pergi diikuti Henry. Sementara Ashley, ia masih duduk dan termenung menatap punggung Glen dan Henry yang mulai menjauh. Glen yang sadar kalau Ashley tidak ada dibelakangnya pun menghentikan langkahnya dan menoleh. Henry yang mengerti itu langsung kembali dan memanggil Ashley untuk ikut dengan Glen. “Kenapa aku harus ikut?” bisik Ashley pada Henry. Bisikan Ashley itu terdengar oleh Glen. “Bukannya aku sudah berkata bahwa aku sudah mengatur untuk bertemu dengan Orang Tuaku?” sahut Glen. “M-maaf,” gugup Ashley. “Bersiaplah. Kita akan segera berangkat,” ujar Glen pada Ashley. Ashley kemudian langsung menuju kamarnya. Ia kemudian bersiap dengan mengenakan beberapa Pakaian Wanita yang sudah tersedia dilemari. Tetapi saat sedang bersolek, pintu kamar diketuk. Ashley langsung membukakan pintu kamarnya. “Ada apa Tuan?” tanya Ashley saat melihat Glen sudah berdiri didepan pintu diikuti oleh Henry. Henry kemudian memberikan sekotak perhiasan pada Ashley. “Pakai itu,” ujar Glen. Glen kemudian memberi kode agar Henry pergi meninggalkan mereka. “I-ini terlalu berlebihan,” ucap Ashley. Glen kemudian masuk dan menutup pintu kamar Ashley. Ia membawa gadis itu untuk duduk didepan cermin dan memakaikan kalung yang ia berikan tadi. “Terimakasih Tuan,” ucap Ashley pelan. “Bukankah sudah kukatakan? Panggil aku dengan namaku,” ujar Glen dengan penuh penekanan. “T-terimakasih Glen,” ucap Ashley terbata-bata. Gadis itu sangat gugup karena ini pertama kalinya ia dekat dengan Pria. Glen tersenyum kecil kemudian mengecup bahu Ashley yang tak tertutup kain itu. Kecupan itu kemudian naik hingga leher dan membuat Ashley mendesah geli dan tanpa sadar menepis Glen agar menjauh. “Menurutlah,” bisik Glen. Glen kemudian membalikkan tubuh Ashley dan mengangkat tubuh Gadis itu keatas meja rias. Glen kemudian mendekatkan wajahnya. Deru nafas Pria itu dapat dirasakan oleh Ashley hingga membuat jantung Ashley berdebar lebih cepat. Dengan cepat, Pria itu menarik tengkuk Ashley hingga membuat bibir mereka menyatu. Mata Ashley membulat. “Ciuman pertamaku,” batin Ashley. Glen mulai menyesap pelan bibir Gadis itu. Ashley yang tak pernah berciuman hanya bisa menutup mulutnya tanpa tau harus melakukan apa. “Buka mulutmu,” ucap Glen. Ashley mengangguk. Glen kemudian kembali mencium Gadis itu dengan perlahan. Sementara Ashley, ia hanya bisa membuka mulutnya dan mengikuti alur permainan Glen yang semakin ganas. Tangan Glen tak tinggal diam. Pria itu mulai mengerayangi tubuh Gadis dihadapannya itu. “Eungh,” lenguh Ashley saat Glen menyentuh bagian sensitifnya. Glen kemudian menghentikan permainannya dan mengecup pucuk kepala Ashley. Ashley yang merasa canggung pun langsung memeluk tubuh Glen dan menenggelamkan wajahnya di tubuh Pria itu karena merasa malu. “Kau harus terbiasa seperti ini,” ucap Glen. Ashley mengangkat wajahnya dan menatap Glen. “Baiklah,” ucap Ashley. Mereka pun kembali berpelukan beberapa saat sebelum akhirnya pergi ke Mansion keluarga Moonstone untuk mengunjungi Ayah Glen yang baru saja kembali dari Luar Negri. “Ingat untuk bersikap layaknya sepasang kekasih,” ujar Glen. Ashley mengangguk. Mereka kemudian melangkahkan kaki kedalam Mansion mewah itu dan langsung disambut hangat oleh beberapa Saudara Ipar Glen. “Kau baru datang?” sapa Flora Istri dari Kakak tertua Glen. “Ya. Dimana Ayah?” tanya Glen dengan wajah dingin nya itu. “Aku disini,” sahut Pria Paruh Baya yang sedang menuruni tangga menggunakan tongkatnya. Glen kemudian menoleh kearah Ashley dan tersenyum sambil mengelus tangan Gadis itu. Glen kemudian membawa Ashley untuk memberi salam kepada Sang Ayah. “Apa kabar Ayah?” sapa Glen. “Tidak Baik!” ketus Sang Ayah sembari mencoba duduk di sofa mewah miliknya. Sang Ayah kemudian melirik kearah Ashley yang berada disamping Glen kemudian kembali melirik Glen. “Siapa yang kau bawa?” tanya Sang Ayah cepat. “Jangan ketus seperti itu. Kau menakutinya,” ujar Glen. Glen kemudian memperkenalkan Ashley pada Ayahnya. “Dia Ashley, calon istriku,” ujar Glen hingga membuat semua orang tercengang karena tak percaya. Tak terkecuali Sang Ayah, ia juga langsung membulatkan matanya tak percaya. Ashley yang melihat itu pun ikut heran karena ekspresi keluarga Glen yang tak biasa. “Salam Tuan,” ujar Ashley sambil membungkuk mencoba memecah suasana hening itu. Ayah Glen yang lebih sering disebut sebagai Tuan Besar itu langsung tersenyum. Ia menyapa Ashley dengan hangat. Melihat itu, Kakak tertua Glen yang bernama Zico langsung menarik Glen menjauh dari Ashley dan Sang Ayah. “Kau tidak gila kan?” tanya Zico mencoba memastikan. Glen menggeleng. “Kau benar-benar sudah melupakan Courtney?” tanya Kakak kedua Glen yang bernama William. “Ya. Kenapa?” balas Glen singkat. Kedua Saudaranya itu tak menggubris. Glen kemudian kembali mendekat kearah Ashley dan Ayahnya yang sedang berbincang. “Aku sangat tidak sabar untuk menimang cucu,” ucap Tuan Besar. Ashley tersenyum. “Sabar Ayah. Pernikahan akan dilangsungkan minggu depan. Tapi, pernikahan ini private hanya keluarga ini yang tahu,” jelas Glen. “Kenapa? Aku ingin mengadakan perjamuan besar!” ujar Tuan Besar. “Tidak. Acara ini akan berlangsung secara Private. Tolong hargai keputusanku dan Ashley,” tukas Glen. Tuan Besar kemudian menoleh kearah Ashley yang sedang tersenyum padanya. Ia kemudian pasrah dan membiarkan Glen dan Ashley yang memutuskan urusan pernikahan mereka. Mereka pun berbincang-bincang hangat diruang keluarga. Terkecuali Glen yang memilih untuk menyendiri dipojok ruangan bersama Henry sembari membicarakan pekerjaan. “Ashley apa aku boleh bertanya?” ucap Flora. “Silahkan Kak,” balas Ashley. “Sejak kapan kalian mulai berhubungan?” tanya Flora to the point. Semua keluarga yang sedang berkumpul pun langsung menatap Ashley dengan wajah penasaran termasuk Tuan Besar. “Sejak aku tidak pernah pulang kerumah ini,” sahut Glen yang sudah berada dibelakang Ashley.“Jangan menyiksa dirimu. Kau juga manusia yang butuh seorang pendamping.” “Tidak Tuan. Saya sudah memikirkannya dengan baik. Inilah akhir tujuan saya,” ucap Alfredo. George pun menghela nafasnya dan kembali mengingat saat Alfredo mengajarnya dulu. “Saat kau datang untuk mengajariku, kau masih sangat muda. Siapa sangka kita akan bertemu lagi karena gadis itu,” ucap George. George pun tersenyum kecil sembari menepuk pundak Alfredo kemudian pergi dan masuk kedalam mobilnya. Alfredo pun membungkukkan tubuhnya guna memberi hormat pada George. Pria itu kemudian masuk dan berjaga didepan kamar Ashley. Sekitar pukul 2 tengah malam, Glen akhirnya kembali. “Alfredo? Kau belum tidur?” tanya Glen saat melihat Alfredo masih berjaga didepan kamar Ashley. “Belum Tuan. Saya menunggu anda pulang karena takut terjadi sesuatu pada Nona,” ucap Alfredo. Glen kemudian membuka pintu kamarnya dan melihat Ashley yang sudah tertidur pulas diatas ranjangnya dengan tubuh yang tertutup selimit. “Kerja bagu
Pria itu mencium bibir Ashley untuk kedua kalinya dan membuat Gadis itu membulatkan matanya. Ashley pun mematung. Ia benar benar tak bisa mengontrol dirinya untuk melawan George. Sedangkan George, Pria itu malah menekan tengkuk Ashley dan menggigit bibir bawah Ashley hingga gadis itu terpaksa membuka mulutnya. “Eungh!” lenguh Ashley sembari mencoba mendorong tubuh Pria itu. “Kendalikan dirimu George! Aku sudah memiliki Suami!” ujar Ashley sembari menjauh dari tubuh Pria itu. George pun menghela nafas kasarnya. “Kau baru pulang kerja?” tanya George sembari beranjak dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa. “Iya. Kenapa kau ingin bertemu denganku?” tanya Ashley sembari ikut menjatuhkan pantatnya di sofa empuk itu. “Aku sedang mengerjakan proyek Ayahku. Dan aku ingin meminta bantuanmu,” ucap George. “Bantuan apa?” “Kudengar kau kemarin mengunjungi temanmu di Paris,” ucap George. “Lalu?” “Dia pewaris Zetian Group kan?” “Kau tahu darimana George?” “Tidak perlu tahu. Aku i
“Apa kalian bisu? Kenapa kalian diam saja?” seru Tuan Besar kepada ketiga anak laki/lakinya. “Kami tidak memiliki tenaga untuk basa basi seperti mereka, Ayah,” celetuk Zico. “Kau terlalu jujur Kak,” sahut Ashley dengan senyum paksanya. Zico pun hanya menyunggingkan smirk tajamnya kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berkumpul disana. “Kami harus pergi Ayah,” ucap Glen kemudian beranjak dari duduknya sembari membenahi jasnya. “Iya Ayah. Kami harus kembali bekerja,” ucap Ashley. Mereka kemudian berpamitan dan langsung pergi meninggalkan Mansion itu. “Hari ini aku akan pulang larut. Tidurlah duluan dan jangan menungguku,” ucap Glen. “Hm,” balas Ashley yang tengah sibuk bekerja menggunakan Ipad yang berada dipangkuannya. Tak berselang lama, mereka tiba di Cath Company. Ashley pun berpamitan pada Suaminya kemudian turun bersama Alfredo dan langsung menuju ruangannya. “Apa kau sudah mengirim uang dan surat tanahnya?” tanya Ashley pada Alfredo. “Sudah Nona. Tuan Zike
Malam itu, adalah malam yang cukup mencengkam. Dengan petir yang menyambar dari segalar arah, angin yang bertiup kencang hingga membuat beberapa pohon tumbang, serta air hujan yang turun dengan sangat deras hingga membuat atap rumah setiap masyarakat seperti akan roboh dalam sekejap. “Kau sudah berhasil,” bisik Glen sembari memeluk Istrinya dari belakang. Ashley yang sedang melamun dibalkon sembari menikmati hujan pun sedikit terkejut dengan kedatangan Glen yang begitu tiba-tiba. “Kau sudah pulang?” ucap Ashley. Glen tak menggubris. Pria itu hanya mengendus wangi tubuh Ashley yang menjadi candu baginya. Pria itu juga mengecupi bahu Ashley yang tak tertutup kain. “Aku merindukanmu,” bisik Glen. Sudah lama sejak kejadian Ashley tertembak, mereka bahkan belum pernah melakukan hubungan intim lagi layaknya suami istri. Glen terlalu takut ia akan melukai Ashley. Bahkan untuk tidur tenang saja ia tidak bisa karena harus terlalu takut ada yang melukai istrinya saat ia tidur. “Aku jadi
Sekitar pukul 10 malam, Alex tiba di Mansion nya. Ia kemudian langsung masuk kedalam dan mencari istrinya. Ia kemudian mendapati Sang Istri tengah berbincang dengan seorang Wanita yang ia yakini itu adalah Ashley. “Kau sudah pulang?” ujar Yi Ze saat melihat Alex tengah berjalan kearahnya. “Sudah. Pekerjaanku sudah selesai,” ucap Alex. Yi Ze kemudian mengambil tas kerja Alex dan jas yang digunakan oleh Pria itu. “Oh ya, aku lupa bilang, ini teman sekolahku dulu. Ashley, kau pasti tahu dia kan?” ucap Yi Ze. Ashley kemudian berdiri dan tersenyum licik kearah Alex yang juga tengah menatapnya dengan tatapan tajam. “Ashley,” ucap Ashley sembari menyodorkan tangannya. “Alex,” ucap Alex membalas jabatan tangan Ashley. “Kalian berbincanglah dulu. Aku akan menyiapkan air untuk kau mandi,” ucap Yi Ze dengan senyuman manisnya. Melihat ekspresi Yi Ze, Alex pun menghela nafasnya lega. Berarti, Ashley belum memberitahu apapun pada Istrinya. “Kau takut?” celetuk Ashley sembari melipat kedua
“Tuan, Nona meminta izin untuk terbang ke Paris,” ucap Alfredo.Glen pun langsung mengernyitkan dahinya. “Mau apa dia kesana?”“Dia ingin menjenguk sahabat nya, Nyonya Huang yang baru saja melahirkan anak kedua nya,” ucap Alfredo.“Oh baiklah. Kapan dia akan pergi? Katakan padanya aku masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku akan menyusul jika semua sudah beres,” ucap Glen.“Sore ini Tuan. Baik Tuan, akan saya sampaikan,” ucap Alfredo.Pria itu kemudian pergi meninggalkan ruangan kerja Glen dan menghampiri Ashley di kamarnya.“Tuan mengizinkan, Nona,” ucap Alfredo.“Baguslah. Aku sudah siap. Kita pergi sekarang,” ucap Ashley.Gadis itu kemudian menghampiri Suaminya yang tengah sibuk diruang kerjanya ditemani oleh Henry.“Aku pergi dulu. Aku akan mengabarimu jika sudah sampai,” ucap Ashley.Glen pun mengecup pucuk kepala serta bibir Sang Istri. “Kabari aku,” ucap Glen.Ashley mengangguk mengerti kemudian pergi menuju bandara bersama Alfredo.“Sebarkan kabar ini di media. Alex p