Home / Urban / Nyonya Puas Abang Lemas / 11. Kau hebat, Rus

Share

11. Kau hebat, Rus

Author: Arandiah
last update Last Updated: 2025-12-19 16:41:57

Rusdi menarik tubuh Vivian agar lebih dekat, membuat dada besar dan sintal itu tertekan keras ke dada bidangnya yang berotot. Ia meraup gundukan daging putih itu dengan kedua tangannya yang kasar, meremasnya dengan tenaga yang hampir tidak terkendali hingga kulit mulus Vivian memerah.

"Nyonya punya dada yang luar biasa..." geram Rusdi.

Rusdi menundukkan kepalanya, membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung menyesap puting susu Vivian dengan rakusnya. Ia mengulum seluruh bagian ujung dada yang keras itu ke dalam mulutnya, memainkannya dengan lidahnya yang kasar seolah sedang kelaparan. Suara kecapan basah saat Rusdi menghisap dada Vivian terdengar sangat nyaring di kamar yang sunyi itu.

Vivian melengking pelan, tangannya menjambak rambut Rusdi, menekan kepala pria itu agar semakin dalam menghisap dadanya. Satu tangan Rusdi yang bebas tetap bekerja, meremas dada besar yang satunya, memijat dan memutar ujungnya dengan jari-jari kapalan yang membuat Vivian gemetar hebat.

Sambil terus mengu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nyonya Puas Abang Lemas   17. Sisi lain Vivian

    Rusdi tidak terburu-buru. Ia menarik pinggulnya mundur, membiarkan Vivian melihat jelas "perkakas" apa yang akan ia hadapi. Rusdi melucuti celana kerjanya yang kotor terkena tanah lempung. Tubuh si tukang kebun kini terpampang nyata. Kulitnya cokelat gelap terbakar matahari, kontras sekali dengan kulit Vivian yang putih susu dan mulus bak pualam. Otot-otot perut Rusdi keras dan mengotak, hasil tempaan ratusan jam mencangkul dan mengangkat pot beton, bukan hasil gym. Di selangkangannya, batang kejantanannya yang hitam, tebal, dan panjang sudah tegak lurus, menyembul angkuh dengan urat-urat yang menonjol mengerikan. "Kasihan Tuan Adrian..." gumam Rusdi pelan dengan nada polos yang dibuat-buat. Tangan Rusdi yang kasar dan kapalan—bekas memegang gagang sekop setiap hari—kini meramas buah dada Vivian yang ranum. Jempolnya yang besar dan kasar mengelus puting merah muda Nyonya-nya yang sudah menegang keras. Tekstur kasar telapak tangan itu di atas kulit halus Vivian menciptakan sensasi ge

  • Nyonya Puas Abang Lemas   16. Menjaga istri Tuan

    Rusdi menginjak puntung rokok di lantai kayu hingga padam. Asap tipis masih mengepul saat pintu gudang diketuk pelan."Mas Rusdi?"Hana, pembantu baru berusia 20 tahun, berdiri di ambang pintu. Tangannya memegang regulator gas. Mata gadis itu langsung terkunci pada dada bidang Rusdi yang basah kuyup oleh keringat dan debu. Napasnya tertahan sejenak."Eh, Hana. Kenapa?" tanya Rusdi sambil menyeka lehernya dengan handuk kecil.Hana menunduk malu, pipinya merona merah. "Gas habis, Mas. Tabung barunya berat. Bisa bantu pasang?""Bisa. Masuk dulu, saya ambil obeng," jawab Rusdi santai.Hana melangkah masuk. Namun, baru dua langkah, hidungnya kembang kempis. Gadis itu mengernyit.Udara di dalam gudang terasa berat, lembap, dan panas. Bau amis yang tajam dan hangat langsung menusuk hidung Hana. Itu aroma khas cairan sperma dan lendir vagina yang mulai mengering di atas meja kayu, bercampur dengan keringat maskulin yang pekat.Hana merasa pusing seketika. Dadanya berdesir aneh menghirup udara

  • Nyonya Puas Abang Lemas   15. Gudang

    Mobil Adrian menghilang di tikungan. Suara mesinnya lenyap, digantikan suara jangkrik dan napas berat Vivian yang masih memburu.Vivian menatap Rusdi dengan mata sayu, tubuhnya lemas karena orgasme singkat tadi. "Bawa aku ke kamar, Rusdi... Kamar tamu kosong," bisiknya mendesak.Rusdi terkekeh pelan. Suara itu terdengar jahat. Ia mencengkeram pergelangan tangan Vivian dengan kasar, lalu menariknya berdiri."Kamar terlalu bagus buat istri yang mengkhianati suaminya," kata Rusdi dingin. "Kita main di tempatku."Tanpa menunggu jawaban, Rusdi menyeret Vivian melewati taman bunga yang rapi, menuju ke bangunan kayu reot di sudut paling belakang: Gudang peralatan."Rusdi, tunggu! Di sana kotor!" Vivian mencoba menahan langkah, tapi tenaga Rusdi terlalu kuat. Pria itu tidak peduli. Ia membuka pintu gudang dengan tendangan pelan.Brak.Aroma tanah basah, pupuk, dan oli bekas langsung menyergap hidung. Di dalam sana gelap dan pengap. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk lewat celah papa

  • Nyonya Puas Abang Lemas   14. Permainan dimulai

    "Maaf, Tuan. Tadi susah cari obat merahnya," jawab Rusdi tenang.Rusdi berlutut di depan Vivian. Ia meletakkan kotak obat di lantai. Tangan besarnya meraih tangan halus Vivian. Ada goresan kecil di jari telunjuk wanita itu, nyaris tak terlihat, tapi Rusdi memperlakukannya seolah itu luka parah."Tahan sedikit, Nyonya. Ini akan perih," ucap Rusdi pelan.Vivian menatap mata Rusdi. Jantungnya berdegup kencang. Saat Rusdi mengoleskan kapas basah ke jarinya, Adrian di sebelahnya sedang sibuk mengecek ponsel sambil bersenandung kecil, merayakan kemenangannya.Tiba-tiba, ponsel Adrian berdering nyaring.Adrian mengangkatnya dengan malas. "Halo? Ada apa? Burhan baru saja pulang dari—"Suara Adrian terhenti. Wajahnya yang tadi merah karena alkohol mendadak pucat pasi. Ia berdiri tegak, gelas wiski di tangannya hampir terlepas."Apa?! Tidak mungkin! Dia baru saja keluar dari gerbang rumahku!" teriak Adrian.Sementara Adrian sibuk berteriak panik, Rusdi memanfaatkan momen itu. Ia tidak lagi pedu

  • Nyonya Puas Abang Lemas   13. Tamu Adrian

    Matahari siang itu sangat terik. Rusdi mengayunkan gunting rumput dengan gerakan kasar. Keringat membanjiri tubuhnya, membuat kaos kumal itu menempel ketat dan mencetak jelas otot dada serta perutnya yang keras.Hanya berjarak beberapa meter dari situ, Adrian duduk santai di gazebo. Ia tertawa lepas bersama dua teman bisnisnya, Pak Burhan dan rekannya. Di meja, botol minuman keras sudah setengah kosong."Reynard Aryasatya itu cuma orang bodoh yang beruntung," kata Adrian dengan suara lantang. Ia menenggak wiskinya. "Dia pikir dia hebat? Barangnya sekarang tertahan di pelabuhan. Sebentar lagi dia bangkrut, dan aku akan beli perusahaannya dengan harga murah."Rusdi berhenti memotong rumput. Ia menyeka keringat di dahi dengan punggung tangan, lalu menatap tajam ke arah Adrian dari balik topinya.Tertawalah sepuasmu, Adrian, batin Rusdi dingin. Kau tidak sadar sedang menghina Reynard Aryasatya tepat di depan wajahnya sendiri."Hei, Rusdi!" Teriak Adrian tiba-tiba. "Jangan melamun! Bawa es

  • Nyonya Puas Abang Lemas   12. Hanya tukang kebun

    Rusdi melempar seragam pelayannya ke lantai. Ia menyalakan rokok, membiarkan otot dadanya yang masih basah keringat terpapar udara dingin. Ponsel di laci bergetar. Felicia memanggil. "Apa Bos sudah puas menikmati Nyonya di rumah itu?" suara Felicia menyindir dari seberang telepon. Rusdi menghisap rokoknya dalam-dalam. Tatapannya dingin, tak ada lagi kesan polos. "Jangan mulai, Felicia. Ada apa?" "Barang di pelabuhan tertahan. Mereka butuh keputusan Anda sekarang," nada Felicia berubah serius. "Ini bukan urusan kecil yang bisa ditunda hanya untuk bermain peran." Rusdi menatap tangannya yang tadi meremas dada besar Vivian. "Kirim detailnya. Aku urus saat dini hari, dan pastikan kau datang tepat waktu." Felicia tertawa kecil, suaranya merendah. "Baiklah. Hati-hati. Jangan sampai terlalu dalam masuk ke peran itu hingga lupa jalan pulang, Bos." Klik. Telepon ditutup. Pukul tiga dini hari. Rusdi melompati pagar belakang tanpa suara, mengenakan kemeja hitam yang ketat membungkus ototn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status