Share

Bayi yang Tak Diinginkan

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-05-31 00:49:31

Suri berdiri diam di depan pintu kamar mandi, menunggu dengan sabar. Namun, di balik keheningan itu, terdengar jelas bunyi yang mengiris hati—bunyi Serin yang sedang memuntahkan isi perutnya.

Desir kekhawatiran menyusup ke relung hati Suri. Ia adalah perempuan yang telah melewati masa-masa kehamilan, kegugupan, dan kerentanan yang menyertainya. Ia tahu persis, ada perbedaan antara muntah biasa, dan muntah yang timbul karena tubuh tengah merespons kehidupan baru di dalam rahim.

Terlebih, mual Serin tadi datang begitu cepat hanya karena aroma rempah herbal yang mengepul dari sup buatannya.

Penuh kelembutan, Suri menggerakkan tangannya untuk mengetuk pintu. “Kamu baik-baik saja, Serin? Bukakan pintunya… Mama khawatir.”

Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya gemericik air dan helaan napas tertahan.

Di dalam, Serin tengah bersandar di pinggiran wastafel. Tubuhnya masih lemas, wajahnya basah oleh air dan air mata yang jatuh begitu saja. Dengan tangan gemetar, ia meraih tisu dan menyeka bibi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Puji Lestari
up lagi dong kak
goodnovel comment avatar
Rahman Nita
aaa nyesek bngt baca bab ini T.T
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Beri Aku Kesempatan Sekali Lagi

    “Kamu baik-baik saja. Aku hampir putus asa mencarimu… Tapi ternyata kamu di sini,” bisik Jevandro, suaranya lirih, penuh gejolak yang menumpuk selama berhari-hari. Serin tak mampu berkata-kata. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia melihat pria yang dicintainya itu berdiri di hadapannya dengan wajah kacau.Selangkah demi selangkah, Jevandro terus mendekat hingga jarak antara mereka terpangkas seluruhnya. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, lelaki itu menarik Serin ke dalam pelukannya—erat, penuh kegelisahan, seakan ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa perempuan dalam dekapannya bukanlah ilusi semata. Tubuh Serin yang semula hanya terbaring tenang di tempat tidur, kini membeku dalam keheningan. Tangannya tak membalas pelukan, pikirannya membatu, hatinya pun ikut ragu.“Aku sangat merindukanmu,” gumam Jevandro dengan suara parau yang tertahan di tenggorokan, “Maafkan aku, Baby Girl.”Wajah Jevandro menelusup ke lekuk leher istrinya. Sekejap kemudian, kehangatan napasnya menyentuh kulit Serin

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertemuan Dua Jiwa

    Siang itu, udara pegunungan berhembus lembut di antara pucuk-pucuk pinus yang tumbuh menjulang di kejauhan. Kabut tipis turun dari perbukitan, mengelilingi vila berlantai dua yang berdiri megah di tepian lereng. Vila tersebut adalah milik keluarga Albantara. Di dapur yang didominasi warna cokelat, Serin tengah berdiri di hadapan kompor. Ia mengenakan apron tipis berwarna merah muda, sibuk mengaduk panci sup di atas kompor.Bi Titi, perempuan paruh baya yang setia mengurus vila bersama suaminya, Pak Karta, berdiri di sampingnya. Mereka memotong bahan sambil sesekali melirik Serin dengan tatapan prihatin. Aroma sedap dari sup jagung ayam menyebar memenuhi ruangan—menu yang sangat cocok disantap di tengah hawa sejuk pegunungan yang menggigit tulang.“Baunya enak sekali, Nyonya. Tapi kalau Nyonya sudah merasa mual, biar saya saja yang lanjutkan,” ucap Bi Titi lembut, penuh kekhawatiran.Serin tersenyum tipis, menutup hidung dengan punggung tangan meski tetap bertahan di dapur hingga mas

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sakit Karena Cinta

    Di dalam kamar, Jevandro berdiri dalam keheningan, baru saja selesai membersihkan diri dari air hujan yang membasahi tubuhnya tadi. Walaupun mengenakan kaus hangat dan celana panjang kasual, tubuhnya masih menggigil.Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan dari balik pintu yang tertutup rapat, diiringi panggilan yang akrab di telinganya.“Jevan… ini Papa. Boleh Papa masuk?”Jevandro memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam-dalam. Tubuhnya melangkah gontai, dan tangannya gemetar saat memutar gagang pintu. “Ada apa, Pa?” tanyanya lesu. Ia melihat wajah sang ayah yang begitu teduh.Romeo menatapnya penuh kasih. “Papa ingin menemanimu sebentar. Boleh Papa masuk?”Tanpa menjawab dengan kata, Jevandro membuka pintu lebih lebar. Isyarat tanpa kata itu cukup bagi Romeo untuk melangkah masuk dan duduk di sofa yang terletak tak jauh dari ranjang. Jevandro menyusul, lalu duduk di samping sang ayah, membiarkan keheningan mengalir sebelum Romeo mulai berbicara.“Sejak pagi kamu ke mana saja, Jeva

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ikhlas Melepasmu untuk Mencintai Lagi

    Rintik hujan mulai turun, membasahi halaman rumah Dara yang lengang. Jevandro masih berdiri terpaku di sisi mobilnya, enggan kembali ke realita yang terasa menyakitkan. Setelah Dara berlalu, ia sungguh tak tahu harus ke mana.Ke kantor bukanlah pilihan; pikirannya kalut, hatinya compang-camping. Ke apartemen hanya akan menambah sesak di dalam dirinya, membuat ia semakin merindukan Serin. Dan ke mansion—tempat keluarganya menunggu—ia bahkan belum siap menguraikan segala luka yang terjadi atas kesalahannya sendiri. Akhirnya, tanpa arah yang jelas, Jevandro membiarkan jemarinya mengatur setir, menuju ke satu-satunya tempat yang bisa menampung gejolak batinnya—makam Liora. Tempat di mana cinta masa lalunya bersemayam dalam keheningan abadi.Hujan tak menunjukkan tanda-tanda akan reda, tetapi Jevandro tak mau mundur.Pria itu melangkah setapak demi setapak, menyusuri jalan berbatu yang licin, dengan langkah gontai dan bahu yang memikul ribuan penyesalan. Ia tak peduli tubuhnya mulai basah

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penyesalan yang Terlambat

    Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Jevandro menyelipkan pembungkus test pack itu ke dalam saku celananya. Ia menatap sekilas ke sekeliling apartemen yang terasa begitu sunyi dan hampa—seperti ruang kosong dalam dirinya yang ditinggalkan oleh Serin tanpa jejak. Tanpa menunggu waktu lebih lama, ia keluar dari apartemen. Jevandro menghidupkan mesin lalu memacu mobilnya menuju alamat yang diberikan oleh Bi Janti. Ia hanya berbekal deskripsi sederhana: rumah bercat kuning di belakang taman kota, dekat kos lama Serin.Perjalanan terasa panjang meski hanya beberapa kilometer. Dalam hatinya berkecamuk rasa bersalah, rindu, harap, dan kekhawatiran yang berbaur tanpa bentuk. Langit di atas kota mulai mendung, seakan meniru suasana hati Jevandro yang penuh ketidakpastian.Mobil itu akhirnya melambat di sebuah jalan kecil, diapit deretan rumah-rumah sederhana. Dan benar, di sudut jalan, berdiri sebuah rumah bercat kuning pucat dengan taman mungil di depannya. Jevandro memarkir mobilnya di seber

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Membawa Pergi Bagian Dari Diriku

    Dengan napas berat yang tak beraturan, Jevandro membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya tanpa sempat memikirkan arah yang harus dituju. Kedua tangannya mencengkeram kemudi, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain—tempat di mana Serin sedang bersembunyi.Kesal dan tak berdaya, ia menyandarkan tubuh ke jok mobil. Jevandro menatap ke lurus ke kaca depan, seakan mencari jawaban di antara lalu-lalang kendaraan yang tak peduli pada lukanya.Ia menimbang-nimbang. Apakah ia harus menyewa detektif? Namun, bagaimana mungkin ia bisa memberikan keterangan rinci jika ia sendiri tak tahu siapa yang dekat dengan Serin? Statusnya adalah suami Serin, tetapi ia justru yang paling buta dalam hal itu. Betapa ironis… pikirnya getir. Meski menikahi Serin, ia tak pernah benar-benar hadir dalam dunianya.Di antara tumpukan kegelisahan yang menyesakkan kepala, satu nama perlahan muncul dari dasar ingatan Jevandro—Bi Janti, pelayan setia yang sudah seperti bayangan Serin. Dia pasti tahu kepada siapa Serin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status