Share

Paket Tak Bernama

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 17:31:13

Hati Suri terasa lebih ringan usai melihat kondisi sang tante, yang akhirnya bersedia menjalani pengobatan. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu bergegas menuju kamar mandi. Air hangat menyentuh kulitnya, menghapus penat yang melekat setelah seharian bekerja.

Selesai mandi, Suri mengenakan piyama berbahan katun lembut dan berjalan menuju ruang makan. Di atas meja, terdapat semangkuk sup ayam dengan potongan wortel dan kentang, sepiring nasi putih, serta sari buah segar yang disiapkan pelayan. Suri duduk dan mulai menyantap makanan dengan tenang

Di tengah suapan makan malamnya, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar. Suri mengambilnya dan melihat nama Raysa terpampang di layar. Ia segera menjawab panggilan itu dengan senyum.

"Halo, Raysa."

"Suri, aku mau berbagi sesuatu!" suara Raysa terdengar penuh kebahagiaan di seberang sana.

Suri menaruh sendoknya, penasaran dengan kabar yang akan disampaikan sahabatnya itu.

"Apa itu? Suaramu terdengar sangat bahagia."

Raysa tertawa kecil sebel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Risca Amelia
gak kok Kak, nanti justru ceritanya makin seru he3
goodnovel comment avatar
Aisya Laduni
jangan kau biarkan kesalapahaman ini berlarut2 dan bertele2 nanti thor,aku trauma dg novel sebelah yg akhirnya aku ogah baca lagi hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ini Kesempatan Kita

    Aira membuka amplop besar itu dengan rasa penasaran. Begitu matanya menangkap isi di dalamnya, tubuhnya langsung membeku. Deretan foto-foto yang terjatuh ke pangkuannya menampilkan sosok Suri bersama seorang pria yang terlihat mesra. Di dalam foto pertama, Suri dan pria itu tampak sedang makan siang bersama di sebuah kafe. Senyum mereka begitu akrab, seolah tidak ada jarak. Dalam foto lain, pria itu merangkul Suri, memegang tangannya bahkan memeluknya di halaman rumah tanpa rasa malu.Aira merasa napasnya tersendat. “Tidak mungkin… Suri?” bisiknya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tangannya gemetar saat menggenggam foto-foto itu. Selama ini, ia memang tidak menyukai Suri, tetapi ia tidak pernah menyangka sang kakak ipar akan melakukan perselingkuhan. Nyonya Miranda yang sejak tadi memperhatikan cucunya, melangkah perlahan. Ia mendekat sambil mencengkeram tongkatnya dengan erat. Garis wajahnya yang mulai menua memancarkan ketegasan.“Ada apa, Aira?”Aira tersen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bahaya Mengintai

    Di apartemennya, Diva baru saja menggeliat di tempat tidur. Kebiasaannya bangun siang membuatnya enggan beranjak. Akan tetapi, dering ponsel memaksanya untuk meraih perangkat itu dengan malas.Begitu melihat nama di layar, Diva segera menjawab dengan suara lembut.“Halo, Tante Valerie?""Diva, Tante ingin bertanya. Apakah kamu yang mengirimkan foto-foto Suri ke mansion? Kami baru saja menerima sebuah paket tak bernama berisi foto-foto itu."Rasa malas Diva hilang seketika, berganti dengan senyum lebar yang tersungging di wajahnya. "Iya, Tante. Aku menyewa orang untuk memata-matai Suri,” katanya penuh antusiasme. “Apakah Nyonya Miranda sudah melihatnya? Bagaimana reaksinya?”Ada jeda sejenak sebelum Nyonya Valerie menjawab. "Ya, Mama Miranda sudah melihat foto-foto itu. Tangannya gemetar, bahkan dia hampir pingsan.""Bagus! Itu artinya Beliau sangat marah. Lalu, apakah Suri akan dipanggil hari ini dan dipaksa untuk bercerai dari Kak Romeo?” tanya Diva tak sabar.Nyonya Valerie mendesah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bertahanlah, Sayang

    Di dalam minimarket, ponsel Suri bergetar di dalam tasnya. Ia segera mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar—Romeo.Secepatnya, Suri mengangkat panggilan tersebut. “Halo, Sayang, aku belum sampai di rumah.”“Suri, kamu di mana?” Suara Romeo terdengar lembut dan ceria.Suri mengernyit bingung. “Aku… sedang berbelanja di salah satu minimarket di Spring Season. Kenapa, Sayang?”“Aku ada di depan kantormu, tetapi security bilang kamu sudah pulang,” kata Romeo dengan nada sedikit menggoda.Suri terkejut mendengar perkataan Romeo yang terdengar ambigu. “Di depan kantorku? Maksudnya kamu sudah pulang dari luar negeri?”Romeo tertawa kecil. “Iya, Sayang, aku sudah kembali. Ini kejutan yang aku maksud.”Senyum merekah di wajah Suri. Tak pernah terpikir olehnya bahwa suaminya akan pulang lebih cepat dari yang ia bayangkan. Ia pun merasa bahagia sekaligus sedikit bersalah, karena tidak ada di tempat saat Romeo datang mencarinya. “Aku kira kamu baru datang besok pagi. Tahu begini, ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Demi Suamiku

    Lampu merah yang menyala, tak menjadi penghalang bagi mobil putih dengan tanda palang merah di bagian atapnya untuk terus melaju dengan kecepatan penuh. Di dalamnya, tubuh Romeo terbaring di atas tandu. Selang oksigen sudah terpasang di hidungnya.Seorang paramedis berusaha menekan luka di dada Romeo dengan kain kasa tebal untuk mengurangi pendarahan. Monitor kecil di sebelahnya memperlihatkan detak jantung yang masih berjalan, meskipun melemah.Suri duduk di samping tandu itu, menggenggam tangan Romeo yang mulai terasa dingin. Tangisnya tak kunjung reda, air mata terus mengalir membasahi wajahnya yang pucat. Sungguh, ia tak akan sanggup kehilangan suami, sesudah ia ditinggalkan oleh sang ayah untuk selamanya. “Kenapa … kamu mengorbankan diri demi aku?” tutur Suri dengan air mata yang mengalir deras.Ia meremas jemari Romeo lebih erat, berharap suaminya memberi respons, meskipun hanya sekadar gerakan kecil. Namun, Romeo tetap diam, tak menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Andai saja bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Didera Rasa Bersalah

    Setelah proses pengambilan darah selesai, Suri kembali ke ruang gawat darurat dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa lemas, bukan hanya karena kehilangan darah, tetapi juga akibat kelelahan emosional yang menguras energinya.Begitu tiba di depan ruang gawat darurat, Suri melihat perawat membawa kantong darah untuk transfusi. Ia pun bersandar di salah satu kursi di luar ruangan. Pikiran tentang Romeo yang belum juga sadar membuat Suri semakin takut. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan cairan bening yang sudah mengumpul di pelupuk mata.Sopir Romeo, yang sejak tadi setia menunggu, melihat keadaan Suri dan merasa iba. "Nyonya, Anda belum makan. Saya akan belikan makanan dan minuman sebentar," ucapnya dengan nada penuh perhatian.Suri menggeleng lemah. "Tidak perlu, Pak," jawabnya lirih."Setidaknya minum sesuatu, Nyonya. Anda butuh tenaga untuk menjaga Tuan Romeo," bujuk sang sopir.Suri akhirnya hanya mengangguk pasrah. Ia tahu tubuhnya mulai melemah, tetapi pikirannya terlal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kabar Bahagia di Tengah Duka

    Suri melangkah cepat menuju lantai tiga, tempat di mana Romeo sedang menjalani operasi. Begitu tiba, ia terkejut saat mendapati Axel masih mengikutinya dari belakang. Napas pria itu sedikit tersengal akibat berjalan terburu-buru."Aku ingin melihat kondisi Romeo, Suri. Mama masih tidur, aku bisa menyempatkan waktu sejenak," ucap Axel dengan nada lembut.Suri menggeleng cepat. "Tidak usah. Kembalilah ke Tante Yasmin.”Tanpa menunggu balasan, Suri melangkah lebih cepat menuju ruang operasi. Pintu ruangan itu tertutup rapat, dengan lampu indikator merah menyala terang, menandakan prosedur operasi masih berlangsung. Di depan ruang operasi, Nyonya Valerie duduk lemas di kursi tunggu. Matanya sembab dan wajahnya penuh kecemasan. Di sampingnya, Aira duduk dalam diam, berusaha memberi dukungan. Sedangkan Yonas tampak berdiri tak jauh dari sana, sibuk menelepon. Suara lelaki itu terdengar tegas dan profesional, mengurus banyak hal sekaligus—menghubungi para manajer perusahaan, menginformasik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Melindungi Anak Kita

    Air mata perlahan menggenang di pelupuk mata Suri. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Antara bahagia, terharu, dan di sisi lain, kesedihan merayapi hatinya. Saat ia mengetahui kehamilan ini, Romeo justru sedang berjuang antara hidup dan mati.Ingin sekali ia berbagi kebahagiaan ini dengan suaminya, mengatakan bahwa impian mereka untuk menjadi orang tua akhirnya terwujud. Anak yang mereka nantikan telah hadir dalam dirinya. Namun, semuanya kini terasa getir. Betapa ironis, ketika keajaiban itu datang, Romeo justru tidak bisa mendengar kabar ini. Ia terbaring koma, tak sadar, seolah terputus dari dunia ini.Seandainya Romeo tahu, Suri yakin suaminya akan melompat kegirangan. Ia bisa membayangkan betapa Romeo akan mengusap perutnya dengan penuh kasih, berbisik pada bayi mereka, dan memeluknya dengan hangat. Namun, semua itu hanya angan-angan kosong.Dokter yang melihat ekspresi Suri segera menenangkannya. “Untuk saat ini, yang terpenting adalah kesehatan Anda dan janin di dalam kan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pilihan ada di Tanganmu

    Pagi harinya, setelah memaksakan diri untuk makan sedikit dan meminum vitamin yang diberikan oleh dokter, Suri meminta bantuan seorang perawat untuk mengantarnya ke kamar rawat Romeo. Perawat itu dengan sabar menggandeng Suri, membawanya menaiki lift menuju lantai empat, tempat Romeo dirawat.Setibanya di depan kamar VIP tersebut, Suri menarik napas panjang sebelum mendorong pintu perlahan. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara lembut dari alat-alat medis yang terus bekerja menjaga kehidupan Romeo. Di atas ranjang rumah sakit, pria yang sangat ia cintai itu terbaring lemah dengan mata terpejam rapat. Selang oksigen menempel di hidungnya, sementara alat monitor detak jantung berdetak stabil di samping ranjang.Hati Suri terasa remuk redam. Romeo, yang selama ini selalu gagah dan penuh semangat, kini tak berdaya di bawah perawatan medis. Ia melangkah mendekat dengan hati-hati, lalu duduk di sisi ranjang. Jemarinya yang dingin menyentuh pipi Romeo yang pucat. Sentuhan itu begitu lem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Luka yang Sama

    Dengan langkah perlahan namun pasti, Serin menaiki mobil pengantin yang menunggu di pelataran salon. Suri dan Raysa mendampinginya dengan penuh kesabaran dan ketenangan, memastikan gaun pengantin rancangan Jeandra itu tidak tersangkut. Sementara itu, veil halus yang masih menutupi wajah Serin berkibar tipis karena hembusan angin pagi. Di dalam mobil, atmosfer terasa sunyi dan penuh harap. Serin duduk di kursi tengah, menggenggam buket bunga pernikahannya dengan kedua tangan. Gadis itu mencoba mengalihkan perhatian dari rasa gelisah yang terasa kian menekannya.Suri duduk di samping kiri, sedangkan Raysa di sisi kanan, keduanya menjaga Serin dalam keheningan yang menyelimuti. Membiarkan momen sekali seumur hidup ini meresap perlahan ke dalam batin mereka.Tak berselang lama, pintu mobil terbuka lagi dan Jeandra masuk dengan langkah cepat. Napasnya masih terdengar sedikit memburu.Kali ini, Jeandra telah berganti penampilan sepenuhnya. Gaun panjang berwarna emerald green membalut tubuh

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menuju Pelaminan

    Langit tampak begitu jernih, seolah turut mendukung momen penting yang akan segera terjadi. Bias cahaya pagi menembus tirai tipis di jendela salon milik Jeandra, menyinari ruangan yang telah dipenuhi aroma bunga lili dan wangi kosmetik mahal. Hari yang dinanti telah tiba. Hari ketika langkah seorang wanita akan berubah untuk selamanya.Serin duduk diam di kursi rias, menanti sentuhan terakhir sebelum ia diantar menuju altar kehidupan barunya. Wajahnya tampak tenang, tetapi mata beningnya menyimpan gelombang kegugupan. Di belakang cermin, Clara dan seorang pegawai salon tengah bersiap untuk merias Serin. Namun belum sempat mereka menyentuhkan kuas pada wajah gadis itu, pintu ruangan rias terbuka.Suara langkah ringan terdengar, dan muncullah Jeandra—mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan kemeja berwarna jingga. Rambutnya diikat tinggi dengan gaya sederhana, menandakan bahwa ia akan melakukan sebuah pekerjaan profesional.“Aku sendiri yang akan meriasmu, Serin,” pungkas Jeandra

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mempelai yang Tak Bahagia

    Di tengah kesunyian apartemen, Serin duduk sendirian di ruang tamu. Tak ada yang bisa mengalihkan pikirannya dari Jevandro selain musik. Karena itu, Serin memutuskan untuk membuka koper yang sudah lama ia abaikan. Dengan penuh perasaan, gadis itu mengeluarkan celo miliknya yang sedikit berdebu, seolah membebaskan alat musik itu dari penjara panjang yang mengurungnya.Serin meletakkan celo di pangkuannya dengan hati-hati, merasakan beratnya yang familiar. Kemudian, ia memetik busur dengan gerakan lembut.Seiring dengan gesekan pertama pada senar, melodi klasik mulai mengalun di ruang sunyi itu. Nadanya mengalir begitu natural, seolah membawa Serin ke dunia lain—dunia yang hanya ada dalam melodi musik.Ia memainkan bagian pertama dari sebuah lagu yang sudah lama ia kuasai. Membiarkan jari-jarinya menari di atas senar dengan ketelitian yang hanya bisa dicapai oleh pengalaman.Seiring berjalannya waktu, Serin tak bisa menahan konsentrasi yang mulai teralihkan. Tanpa sengaja, wajah Jevand

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kemesraan yang Tak Terduga

    Wangi dari uap teh yang baru diseduh memenuhi dapur apartemen, menyatu dengan harumnya mentega yang mulai meleleh di atas wajan panas. Serin, yang sudah terbangun sejak pukul enam pagi, sedang berdiri di dapur bersama Bi Janti.Meski sudah berulang kali dilarang untuk membantu, gadis itu tetap bersikeras ingin membuat roti panggang. Berdalih agar Bi Janti bisa lebih cepat menyiapkan keperluan Tristan, sebelum berangkat ke sekolah.“Kalau hanya begini, saya masih sanggup, Bi… daripada saya diam saja,” ujar Serin pelan, sambil mengoleskan selai hazelnut ke selembar roti. Gerakannya begitu teratur dan cekatan, menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan dapur. Bi Janti menghela napas, mengalah, walau pandangannya masih khawatir menatap Serin. Perempuan paruh baya itu lantas menuju ke kamar tamu untuk memandikan Tristan.Di tengah kesibukannya, Serin mendengar langkah kaki berat yang mendekat dari arah koridor. Detik berikutnya, sosok Jevandro muncul, masih dalam balutan kaus

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa yang Tumbuh

    Tepat pukul dua belas siang, Jeandra berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah tegap. Ia lebih dulu melangkah menuju lift, tak ingin menoleh ke belakang meski ia tahu dua pria itu—Kenan dan Gavin—masih tertinggal.Jeandra berdiri di dalam lift, merapikan setelan kerja yang tadi sempat kusut karena duduk terlalu lama. Namun, ketika pintu mulai menutup, Kenan dan Gavin masuk menyusul.Jantung Jeandra berdetak lebih kencang ketika Kenan memilih berdiri di sisinya, begitu dekat hingga ia bisa mencium parfum mahal yang biasa digunakan pria itu. Diam-diam, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya yang mulai resah.Setiba di lantai kantor eksekutif, Jeandra buru-buru menuju meja kerjanya. Tangannya bergerak membuka wadah makan siangnya, yang sudah disiapkan oleh pelayan mansion sejak pagi. Namun, ia sengaja belum menyentuhnya, menunggu kemungkinan Kenan dan Gavin keluar lagi untuk makan bersama. Tak disangka, hanya Gavin yang keluar—dengan senyum simpul dan ekspresi

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diam-diam Jatuh Hati

    Sinar matahari yang mulai condong ke barat, mengiringi langkah Serin keluar dari rumah sakit. Gadis itu memakai pakaian sederhana dan scarf tipis yang menutupi lehernya. Tubuhnya masih sedikit lemah, tetapi rona pucat di pipinya mulai tergantikan dengan semburat lembut kehidupan. Di sisinya, berdiri Jevandro—dengan tatapan penuh kewaspadaan. Gerakan tangan lelaki itu sigap dan kokoh, memberikan semacam ketenangan yang sulit dijelaskan.Jevandro sempat melirik ke arah jalanan, memastikan bahwa mobil yang dikemudikan sopir pribadinya sudah terparkir tepat di depan lobi. Ia menggamit lembut tangan Serin, membimbingnya menuju mobil hitam berkelas yang pintunya telah dibukakan sopir.Sesaat setelah keduanya duduk di dalam mobil, Jevandro memerintahkan sopir untuk menjalankan kendaraan. Namun, baru beberapa blok meninggalkan rumah sakit, pria itu tiba-tiba mengangkat tangan, memberi isyarat kepada sopirnya.“Berhenti di toko buah di depan,” titahnya tegas.Serin menoleh ke arah Jevandro de

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh pada Pesonanya

    Hampir satu jam setelah kejadian memalukan tadi pagi, Jeandra duduk dengan tenang di balik meja kerjanya. Ia berusaha menenggelamkan diri dalam laporan-laporan dan data pendukung untuk meeting.Ia merasa sedikit lega—paling tidak Kenan belum juga memanggilnya. Tidak ada perintah, tidak ada ketukan pintu, dan tidak ada suara panggilan lewat interkom. Kedamaian itu memberi ruang bagi Jeandra untuk menata kembali hati dan pikiran. Namun, ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, Jeandra mendengar derap langkah kaki yang mendekat, membuatnya mengangkat wajah.Pintu ruang CEO terbuka lebar, dan keluarlah Kenan dengan penampilan rapi dan ekspersi tenang, diikuti Gavin yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Tanpa menoleh, Kenan langsung memberi perintah, nadanya pendek tetapi tegas.“Jeandra, ikut saya ke ruang meeting.”Jeandra pun segera berdiri, mengangguk sopan. “Baik, Pak.”Dengan cekatan, ia mengambil iPad-nya, dua berkas presentasi, pena digital, dan buku a

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pembuktian yang Dinanti

    Tubuh Jeandra tersentak saat menyadari posisinya—ia masih duduk di pangkuan Kenan. Dalam satu gerakan panik, Jeandra segera beranjak dari pangkuan pria itu, berdiri tegak dengan kedua tangan merapikan blazernya.Lekas saja Jeandra menundukkan kepala, enggan bertemu dengan tatapan Gavin yang masih terpaku di ambang pintu. Alhasil, pandangan Gavin beralih pada Kenan, berharap ada penjelasan yang masuk akal dari atasan sekaligus sahabatnya itu. Kenan, dengan sedikit canggung, berdehem pelan sambil pura-pura membetulkan letak dasi yang dipasangkan oleh Jeandra. Ia menggeser kursinya, lalu menatap Gavin dengan wajah datar. “Jangan berpikiran macam-macam,” sangkalnya. “Aku hanya meminta bantuan Jeandra untuk memasangkan dasi. Dia terjatuh karena mendengar kau membuka pintu tiba-tiba.”Nada suaranya seolah ingin mengakhiri spekulasi yang mungkin terlanjur muncul di kepala Gavin.Jeandra mengangguk cepat, membenarkan ucapan Kenan. Kemudian, ia mencari kesempatan untuk bisa pergi dari ruanga

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh di Pangkuannya

    Di mansion keluarga Albantara, langkah Jeandra terdengar tergesa menuruni tangga. Gaun formal berlapis blazer merah yang ia kenakan, berayun ringan mengikuti gerakan tubuhnya. Wajah cantiknya masih segar, siap untuk kembali menjalani harinya sebagai sekretaris Kenan—dengan identitas palsu yang harus terus dijaga.Begitu tiba di ruang makan, Jeandra melihat kedua orang tuanya sudah duduk di meja panjang, ditemani Rakyan yang tengah sibuk menyendokkan sereal ke dalam mangkuk. Aroma roti panggang memenuhi udara, menambah kehangatan pagi itu.Jeandra segera duduk di kursi, mengambil segelas jus jeruk. Namun, belum sempat ia menyeruputnya, suara Suri menggema di ruangan itu."Serin masuk rumah sakit semalam, Jeandra."Gelas di tangan Jeandra nyaris terjatuh. Ia mendongak dengan sorot mata terkejut. "Apa?" tanyanya buru-buru, menatap sang ibu. "Serin sakit apa, Ma?"Suri menatap putrinya, sambil menyodorkan sepotong sandwich dan semangkuk salad segar.“Jevan bilang mata Serin nyeri dan kep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status