“Ronald, setelah ini mari kita pensiun.”“Pensiun? Kenapa? Kita belum bahkan belum sempat bertualang jauh, Wilona. Umur kita bahkan belum 30.”“Aku tahu, tapi tidak mungkin kita membawa bayi bertualang, bukan?”“Bayi? Bayi apa?”“Ha, ha! Kau benar-benar, lamban. Kau mau dengar suaranya?”Perempuan bernama Wilona itu mengambil tangan Ronald dan mengarahkannya untuk meraba perutnya.“Wilona! Kau...”“Iya, bodoh. Aku hamil.”Ronald menangis. Ia lahir dan hidup di jalanan yang sulit dan keras. Seumur hidupnya, ia hanya tahu cara berkelahi dan mencuri. Sampai ia bertemu Wilona, gadis petualang yang kemudian menjadi kekasihnya, hidupnya berubah 180 derajat. Keduanya bergabung dalam sebuah kelompok petualang yang mengunjungi banyak tempat dan menyelesaikan berbagai misi. Kali ini pun mereka sedang dalam perjalanan untuk menyelesaikan sebuah misi di Kota Magna yang telah menjadi sarang monster, hantu, dan kutukan.“Selamat jadi ayah, Ronald,” kata Wilona sambil tersenyum. Ronald tidak bisa mel
“Baiklah, Ronald. Kau sudah dapat pedangmu kembali, bukan? Masih mau bertarung? Kau tahu kau tidak bisa menandingiku.”O tidak membual. O bukan tandingan Ronald, begitulah kenyataannya. O memberikan pilihan pada Ronald karena ia masih berempati pada lelaki malang itu.“Mati! Serahkan!” jerit Ronald. Hantu itu tidak menyerah. Ia melepaskan gelombang energi yang memenuhi ruang.Peralatan-peralatan yang menancap di pintu terlepas dan kembali melayang. Benda-benda tajam itu berputar mengelilingi sosok Ronald seperti sebuah puting beliung. Beliung yang terbuat dari berbagai peralatan tajam itu menyapu O.“Ck, ck, ck!” decah O. “Jangan menyesal, ya! Eh, kau kan memang penuh penyesalan, makanya gentayangan, ha, ha!”O masih sempat berkelakar. Selera humornya memang aneh sejak dulu dan seringkali tidak melihat keadaan.“Exsugo!”O melempar sebuah lingkaran sihir berwarna ungu kehitaman selayaknya sebuah senjata cakram. Saat bersentuhan dengan beliung benda tajam, lingkaran itu berubah menjadi
O kembali ke ruang A2, tempat di mana belasan peti mati berjejer baik di lantai maupun di tembok. Ia berharap mayat-mayat hidup di sana sudah bangkit kembali dalam peti-peti itu agar ia bisa menjajal pedang barunya. Di kehidupannya yang lalu, O menggemari berbagai bentuk bela diri bersenjata yang juga dinikmatinya dari berbagai media seperti novel, film, video game, dan lain-lain. Ia sendiri pernah mengikuti beberapa kelas bela diri, meski pada akhirnya berakhir di tengah jalan karena berbagai alasan. Akan tetapi, setidaknya ia mengetahui berbagai gerakan dasar yang bisa digunakannya untuk meniru koreografi yang dilihatnya dalam film. Kini ia telah bangkit di tubuh yang baru, yang entah bagaimana, memiliki memori otot (tulang?) yang memungkinkan gerakan-gerakan rumit seperti yang dilakukannya dengan senjata tongkatnya sejauh ini.“Tuan zombie, aku datang!” seru O saat memasuki ruangan A2.Akan tetapi hanya ada satu mayat hidup di sana. Bahkan mayat hidup itu terlihat sangat kesulitan
Setelah menyusuri lorong yang sedikit berbeda dengan lorong-lorong sebelumnya, O menemukan sebuah mausoleum bawah tanah. Mausoleum itu berbentuk lingkaran besar dengan langit-langit berbentuk kubah. Dari pusat kubah itu, sebuah lampu gantung penuh lilin menjulur. Sepuluh peti mati yang terbuat dari batu berjejer membentuk lingkaran. Di atas sebuah peti mati tepat di seberang pintu masuk, sebuah memorial berupa tugu batu menjulang. Dalam memorial itu tertulis kalimat bahasa yang sangat asing bagi O, tetapi anehnya bisa ia pahami begitu saja. Kalimat itu berbunyi:Di sini beristirahat dengan damai, Baro Bundon Cultio, Bangsawan Magna, Sang Petani dan Ksatria, Pahlawan Pertempuran Agricola, Kepala Keluarga Cultio yang Pertama.Beristirahat dengan damai, keturunan Baro Bundon Cultio, kepala keluarga Cultio generasi selanjutnya:1. Eques Siligo Cultio2. Eques Fruges Cultio3. N.H Bundon II Cultio4. Eques Arvum CultioDst.Begitu O selesai membaca ke sepuluh nama dalam memorial itu, peti
Nyaris! Tengkorak O nyaris saja terbelah jika sedetik saja ia mendongakkan kepalanya. Namun, serangan itu tidak bisa dihindari O dengan sempurna. Tulang dagunya terkena ujung sabit dan menyebabkan rahang bawahnya terlepas dari tempatnya.“Sial!” O masih bisa mengumpat tanpa rahang bawahnya. Tentu saja, ia bahkan masih bisa bersuara tanpa kerongkongan. O langsung memberikan serangan balik, “Exsugo!”Sebuah lingkaran sihir berwarna ungu kehitaman muncul di antara O dan lawannya. Lingkaran sihir itu berubah menjadi bola hitam yang menyedot apapun di sekitarnya. O menetapkan udara dan ruang di antara mereka sebagai target sihirnya sehingga ia tak perlu mengenai lawannya secara langsung seperti yang ia lakukan sebelum ini.Lagi-lagi lawan O bisa menebak kemunculan sihir itu dengan mudah. Death Knight tersebut menghindar dengan gerakan selincah nyamuk yang menghindari tepukan manusia. Namun, justru itulah yang rupanya diinginkan O.“Eurus! Eurus!”Dua anak panah angin meluncur dari ujung te
Setiap ayunan sabit sang Ksatria Maut menciptakan energi berbentuk bulan sabit. Apapun yang disentuh bulan sabit tersebut akan tersayat dan terpotong. Bayangkan belasan bulan sabit tersebut melayang berhamburan, sebagian ke arah O, sebagian lagi ke tiga stalakmit yang mengunci senjata lawannya. Ketiga stalakmit itu tercacah menjadi potongan-potongan batu halus. Sementara O...O berusaha menghindari belasan bulan sabit yang berhambur ke arahnya. Beberapa berhasil dihindarinya, tapi tak sedikit pula yang mengenainya. O beruntung bulan sabit tersebut tidak bisa mengubah lintasannya. Akan tetapi, tetap saja, kerusakan yang diderita O tidak bisa dibilang ringan. Beberaps jarinya putus. Selangka kiri dan belikat kirinya lepas. Beberapa tulang rusuk terpotong dengan sangat rapi; begitu rapi sampai-sampai mengingatkan O pada sup konro kesukaannya yang sayangnya jarang sekali ia nikmati. Selain itu, tempurung kepala O tidak lagi utuh; seperempat bagian atasnya terpotong dan entah terlempar ke
Sejak hidup kembali dalam tubuh seorang Lich, O kehilangan indra perasa dan indra perabanya. Ia tidak lagi bisa merasakan tekstur dan suhu. Seluruh bagian tubuhnya terasa kebas seperti mendapat bius total. Akan tetapi, bukan berarti ia kehilangan seluruh sensasi menyentuh. Ada sebuah mekanisme yang tidak diketahui O yang memungkinkan setiap tulangnya merasakan sesuatu.Phantom limb, sebuah keadaan di mana seseorang masih merasakan bagian tubuh atau organ yang tidak lagi menjadi bagian tubuhnya. Kira-kira sensasi semacam itulah yang dirasakan O di sekujur tubuhnya. Ia tidak dapat merasakan sensai apapun di sekujur tubuhnya, bahkan rasa sakit sekalipun, tapi ia bisa merasakan setiap bagian terkecil tubuhnya ada. Termasuk saat bagian tubuhnya terpotong atau terpisah jauh dari kristal intinya.Ya, O dapat merasakan bagian-bagian tubuhnya yang sudah terpisah. Bukan merasakan sentuhan atau suhu, tapi semata-mata merasa bahwa tubuh itu ada dan masih menjadi bagian dari tubuhnya. O juga dapat
Lewat penjelasan yang diberikan oleh Narator, O mengetahui tingkatan gelar kebangsawanan yang ada di Valandria. Ada berbagai gelar kebangsawanan, tetapi O hanya menggarisbawahi gelar kebangsawanan di tingkat tiga terbawah. Pertama, ada gelar Nobilis Homo yang sering disingkat menjadi N.H, yang juga merupakan gelar kebangsawanan paling rendah. Gelar berikutnya adalah Equess, sebuah gelar yang sering dikenal dengan istilah Ksatria di dunia O sebelumnya. Setelah Equess, ada gelar Baro (untuk laki-laki) atau Baronissa (untuk perempuan). Meski hanya satu tingkat dibatas Equess, perbedaan kualitas dan kapasitas antara Baro dan Equess sangat jauh, sehingga tentu saja tidak mudah bagi seorang Equess untuk mendapatkan gelar Baro Inilah yang menyebabkan kenapa keturunan Baro Bundon tidak ada lagi yang menjadi Baro, bahkan sejak generasi kelima, tak ada lagi kepala keluarga yang memiliki gelar Equess. Ini juga alasan kenapa mayat-mayat lain tidak bisa menerobos keluar dari peti mati mereka meski