Setelah menyusuri lorong yang sedikit berbeda dengan lorong-lorong sebelumnya, O menemukan sebuah mausoleum bawah tanah. Mausoleum itu berbentuk lingkaran besar dengan langit-langit berbentuk kubah. Dari pusat kubah itu, sebuah lampu gantung penuh lilin menjulur. Sepuluh peti mati yang terbuat dari batu berjejer membentuk lingkaran. Di atas sebuah peti mati tepat di seberang pintu masuk, sebuah memorial berupa tugu batu menjulang. Dalam memorial itu tertulis kalimat bahasa yang sangat asing bagi O, tetapi anehnya bisa ia pahami begitu saja. Kalimat itu berbunyi:Di sini beristirahat dengan damai, Baro Bundon Cultio, Bangsawan Magna, Sang Petani dan Ksatria, Pahlawan Pertempuran Agricola, Kepala Keluarga Cultio yang Pertama.Beristirahat dengan damai, keturunan Baro Bundon Cultio, kepala keluarga Cultio generasi selanjutnya:1. Eques Siligo Cultio2. Eques Fruges Cultio3. N.H Bundon II Cultio4. Eques Arvum CultioDst.Begitu O selesai membaca ke sepuluh nama dalam memorial itu, peti
Nyaris! Tengkorak O nyaris saja terbelah jika sedetik saja ia mendongakkan kepalanya. Namun, serangan itu tidak bisa dihindari O dengan sempurna. Tulang dagunya terkena ujung sabit dan menyebabkan rahang bawahnya terlepas dari tempatnya.“Sial!” O masih bisa mengumpat tanpa rahang bawahnya. Tentu saja, ia bahkan masih bisa bersuara tanpa kerongkongan. O langsung memberikan serangan balik, “Exsugo!”Sebuah lingkaran sihir berwarna ungu kehitaman muncul di antara O dan lawannya. Lingkaran sihir itu berubah menjadi bola hitam yang menyedot apapun di sekitarnya. O menetapkan udara dan ruang di antara mereka sebagai target sihirnya sehingga ia tak perlu mengenai lawannya secara langsung seperti yang ia lakukan sebelum ini.Lagi-lagi lawan O bisa menebak kemunculan sihir itu dengan mudah. Death Knight tersebut menghindar dengan gerakan selincah nyamuk yang menghindari tepukan manusia. Namun, justru itulah yang rupanya diinginkan O.“Eurus! Eurus!”Dua anak panah angin meluncur dari ujung te
Setiap ayunan sabit sang Ksatria Maut menciptakan energi berbentuk bulan sabit. Apapun yang disentuh bulan sabit tersebut akan tersayat dan terpotong. Bayangkan belasan bulan sabit tersebut melayang berhamburan, sebagian ke arah O, sebagian lagi ke tiga stalakmit yang mengunci senjata lawannya. Ketiga stalakmit itu tercacah menjadi potongan-potongan batu halus. Sementara O...O berusaha menghindari belasan bulan sabit yang berhambur ke arahnya. Beberapa berhasil dihindarinya, tapi tak sedikit pula yang mengenainya. O beruntung bulan sabit tersebut tidak bisa mengubah lintasannya. Akan tetapi, tetap saja, kerusakan yang diderita O tidak bisa dibilang ringan. Beberaps jarinya putus. Selangka kiri dan belikat kirinya lepas. Beberapa tulang rusuk terpotong dengan sangat rapi; begitu rapi sampai-sampai mengingatkan O pada sup konro kesukaannya yang sayangnya jarang sekali ia nikmati. Selain itu, tempurung kepala O tidak lagi utuh; seperempat bagian atasnya terpotong dan entah terlempar ke
Sejak hidup kembali dalam tubuh seorang Lich, O kehilangan indra perasa dan indra perabanya. Ia tidak lagi bisa merasakan tekstur dan suhu. Seluruh bagian tubuhnya terasa kebas seperti mendapat bius total. Akan tetapi, bukan berarti ia kehilangan seluruh sensasi menyentuh. Ada sebuah mekanisme yang tidak diketahui O yang memungkinkan setiap tulangnya merasakan sesuatu.Phantom limb, sebuah keadaan di mana seseorang masih merasakan bagian tubuh atau organ yang tidak lagi menjadi bagian tubuhnya. Kira-kira sensasi semacam itulah yang dirasakan O di sekujur tubuhnya. Ia tidak dapat merasakan sensai apapun di sekujur tubuhnya, bahkan rasa sakit sekalipun, tapi ia bisa merasakan setiap bagian terkecil tubuhnya ada. Termasuk saat bagian tubuhnya terpotong atau terpisah jauh dari kristal intinya.Ya, O dapat merasakan bagian-bagian tubuhnya yang sudah terpisah. Bukan merasakan sentuhan atau suhu, tapi semata-mata merasa bahwa tubuh itu ada dan masih menjadi bagian dari tubuhnya. O juga dapat
Lewat penjelasan yang diberikan oleh Narator, O mengetahui tingkatan gelar kebangsawanan yang ada di Valandria. Ada berbagai gelar kebangsawanan, tetapi O hanya menggarisbawahi gelar kebangsawanan di tingkat tiga terbawah. Pertama, ada gelar Nobilis Homo yang sering disingkat menjadi N.H, yang juga merupakan gelar kebangsawanan paling rendah. Gelar berikutnya adalah Equess, sebuah gelar yang sering dikenal dengan istilah Ksatria di dunia O sebelumnya. Setelah Equess, ada gelar Baro (untuk laki-laki) atau Baronissa (untuk perempuan). Meski hanya satu tingkat dibatas Equess, perbedaan kualitas dan kapasitas antara Baro dan Equess sangat jauh, sehingga tentu saja tidak mudah bagi seorang Equess untuk mendapatkan gelar Baro Inilah yang menyebabkan kenapa keturunan Baro Bundon tidak ada lagi yang menjadi Baro, bahkan sejak generasi kelima, tak ada lagi kepala keluarga yang memiliki gelar Equess. Ini juga alasan kenapa mayat-mayat lain tidak bisa menerobos keluar dari peti mati mereka meski
Sihir suportif memiliki nama yang sama untuk setiap elemen, yaitu azimat. Saat sebuah sihir azimat digunakan pada sebuah objek, objek tersebut akan memiliki elemen baru yang sesuai dengan azimat itu. Saat O mengaktfikan Sihir Azimat Api pada jubah putihnya, kobaran api menyelimuti sekujur tubuhnya. Api itu membentuk pelindung sesuai bagian tubuh yang dilindunginya. Sebuah helm dari api berbentuk kepala naga menutup seluruh kepala O kecuali bagian matanya. Sebuah zirah dengan wajah naga menutupi seluruh dada dan perut, sementara sepasang pelindung bahu berbentuk cakar naga menghiasi di bahu kiri dan kanan. Bagian paha dilindungi oleh untaian pelat-pelat persegi yang dihubungkan dengan rantai-rantai kecil. Sepasang pelindung kaki melingkup dari lutut ke mata kaki, dan terhubung dengan sepatu dengan ornamen berbentuk cakar naga. Sekurang-kurangnya, begitulah Sihir Azimat Api yang dibayangkan oleh O, atau dengan kata lain, sebuah zirah lengkap yang terbuat dari api."Ardens!" O mengucap
Yang lebih membuat O kecewa daripada pedang pendeknya yang patah menjadi dua bagian adalah kenyataan bahwa ia tidak menemukan kunci segel dari pintu menuju ke permukaan. Kini satu-satunya pilihan yang tersedia adalah mengeksplorasi gua lewat ruangan sebelumnya. O menduga bahwa kunci segel tersebut bisa didapatkannya dari monster singa yang diselamatkan olehnya beberpa waktu yang lalu."Narator, apa kunci segel pintu keluar dari kuburan ini ada di monster singa bersayap itu?"""Tidak bisa dipastikan, Tuan. Tapi yang pasti monster tersebut mungkin bisa membantu perkembangan Tuan ke depannya.""O bergidik membayangkan bagaimana monster dengan mulut penuh taring itu membantunya untuk berkembang. Ia tidak berkomentar dan melanjutkan langkahnya.Setelah melawan beberapa mayat hidup dan mayat imp yang bangkit kembali, akhirnya O tiba di ruangan tempat monster singa berada sebelumnya. Ia memasuki area gua yang gelap gulita. O berhati-hati untuk tidak membuat suara gaduh, meskipun sebenarnya s
Meski berada di dalam air, O masih bisa merapal mantra sihirnya. Tentu saja, ia bahkan tidak butuh udara karena ia tidak bernapas. Inilah keuntungan seorang Lich dibanding penyihir manusia biasa yang tidak bisa mengucapkan inkantasi sihir mereka manakala napas atau suara mereka tercekat."Medicor!"Sebuah bola cahaya menyelimuti ujung tongkat sihir O. Cahaya itu menjadi penerangan di kedalaman sungai yang gelap dan mengalir deras. Ya, sihir yang seharusnya digunakan untuk menyembuhkan luka menjadi senter di tangan O. Ini bukan pertama kali O menggunakan sihir tidak sesuai dengan tujuan sihir itu diciptakan. Entah karena memang kreatif atau karena dirinya tidak punya pemahaman mendalam akan sihir, sehingga ia melakukan hal itu. Akan tetapi, sejauh ini semuanya berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.Tidak hanya mengusir gelap, bola cahaya itu juga mengusir monster-monster kadal yang mengejar O. Makhluk-makhluk itu hidup dalam kegelapan total, tapi tidak buta sepenuhnya