Share

Chapter 6: Into the Magic?

GrAh! GRrggh!

Suara-suara merintih merambat dari balik kegelapan di ujung lorong. Di balik kegelapan itu, masih ada ruangan atau apapun itu yang pastinya menampung mayat-mayat hidup yang lain. Bunyi-bunyi berisik beberapa waktu lalu pasti mengusik mayat-mayat hidup itu dan memancing mereka ke sini. O beruntung karena tidak ada mayat hidup yang berlari dan tempatnya sekarang berdiri sangat gelap karena tidak  terjangkau cahaya pelita.

“Sebaiknya kita mundur. Susun ulang strategi.” O menyuarakan isi pikirannya, sebuah kebiasaan baru yang tidak disadarinya.

O bergegas untuk kembali ke ruangan tempat ia hidup kembali. Selain untuk mengamankan diri, ada sesuatu yang ingin diperiksanya, yaitu keahlian menggunakan senjata tongkat yang tidak dia miliki di kehidupan sebelumnya.

“Narator, tampilkan daftar kemampuan!”

O membuka halaman ketiga dari daftar itu. Ia menemukan jawaban dari dugaannya.

~Daftar Kemampuan Pasif~

Penguasaan Sihir (Lv.1)

Penguasaan Tongkat (Lv.1)

Penguasaan Gada (terkunci)

Penguasaan Perisai (terkunci)

“Oho! Pantas saja aku bisa mengayunkan tongkat seperti itu.”

Kemampuan pasif O dalam menggunakan senjata jenis tongkat ternyata sudah terbuka. O mengingat sensasi yang dirasakannya saat membuat adonan daging busuk tadi.

“Narator, bagaimana cara membuka kemampuan-kemampuan ini?”

O tadinya berpikir daftar kemampuannya akan terbuka jika tingkat asimilasinya mencapai taraf tertentu. Namun, sepertinya kasusnya tidak begitu. Ia merasa biasa saja sampai ia mengayunkan tongkat itu untuk menyerang. Ia merasa akrab begitu saja dengan gerakan-gerakan bertempur itu saat bertarung.

“”Anda dapat membukanya dengan mempelajarinya secara manual, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Anda dapat menaikkan profisiensinya dengan terus berlatih.””

O menyimpulkan sendiri penjelasan Narator. Jika ia menggunakan senjata-senjata itu dengan tepat, maka kemampuan-kemampuan yang terkunci itu akan terbuka. Semakin baik dan sering gerakan itu diulang, level kemampuannya akan semakin tinggi. Yah, tidak ada bedanya dengan kehidupan O sebelumnya. Semakin sering seseorang menggunakan sebuah kemampuan, maka semakin terampil orang itu. O sendiri sering menyelesaikan persamaan-persamaan matematika tanpa alat bantu dan semakin merasa kepalanya sudah menjadi semacam kalkulator.

Hanya saja, bedanya di dunia ini adalah, aku bisa langsung terampil hanya dengan mengetahui gerakan-gerakannya…

“Bagaimana dengan sihir?” O akhirnya tertarik dengan kemampuan yang tadinya ia abaikan itu. Ia mengevaluasi diri sendiri. Seharunya ia mengoptimalkan semua potensi yang ada, tak terkecuali kemampuan sihir. Lagipula, bukankah dia seorang Lich yang seharusnya memiliki keterampilan tinggi dalam sihir?

“”Sebagai seorang Lich, kemampuan sihir Anda akan terkunci satu per satu bersamaan dengan tingkat asimilasi Anda.”” Untuk hal yang tidak diketahui O, suara Narator terdengar girang saat menjelaskan itu.

“Oho! Lalu, sihir apa yang bisa aku pakai dengan tingkat asimilasi yang sekarang?”

“”Sihir Identifikasi.””

O mengelus jenggotnya (tulang dagu). O merasa pernah mendengar sihir itu entah di mana. “Baiklah, tunjukkan aku bagaimana caranya!”

Sebuah formasi berbentuk lingkaran muncul dalam layar pandang O. Dalam lingkaran itu tergambar berbagai simbol dan bentuk geometri yang unik.

“”Lingkaran ini adalah formula sihir. Anda hanya perlu membayangkan formula ini lalu menyebutkan mantranya: ‘intelligo’.””

O mencermati formula itu baik-baik, kemudian mengikuti instruksi Narator. “Intelligo!”

Sebuah formasi sihir yang sama muncul di ujung telunjuk O. Lingkaran itu berpendar berwarna biru, seperti teknologi hologram yang belum sempat dinikmati O di kehidupannya yang sebelumnya.

O mengarahkan lingkaran itu ke sebuah objek, ke sebuah lilin yang apinya menggeliat di sudut ruang. Entah bagaimana ia tiba-tiba tahu cara menggunakan sihir identifikasi. Barangkali karena kemampuan Penguasaan Sihir level 1 yang dimilikinya.

Lingkaran itu melayang seperti senjata cakram. Sesaat kemudian, aliran informasi mengisi kepala O.

Lilin Abadi. Lilin ini menggunakan mana yang bergerak bebas di sekelilingnya sebagai sumber energi. Rata-rata masa penggunaan Lilin Abadi dapat mencapai 80 tahun.

“Whoah! Luar biasa! Seperti teknologi G**gle Lense!” O melonjak girang seperti anak kecil yang diberi permen favoritnya. Tentu saja saat itu O lebih terlihat seperti pajangan Halloween daripada seorang anak kecil yang imut….

“Intelligo!” O merapal untuk kedua kalinya. Kali ini ia melemparkan lingkaran biru yang muncul di telunjuknya ke arah senjatanya.

Tongkat sihir yang terbuat dari Kayu Suci; kayu yang diambil dari Pohon Suci Ecclesia. Jenis kayu ini sangat efektif untuk menyerang makhluk-makhluk kegelapan dan menggunakan jenis sihir suci.

“Eh? Pantas saja pentungan ini sangat efektif.” O mengelus jenggotnya yang sudah tidak ada. “Eh, apakah benda ini berbahaya juga buatku?”

Spesies O adalah Lich, bagian dari makhluk kegelapan. Bukankah berbahaya jika ia bermain-main dengan benda suci semacam ini?

“Dan dari namanya, kedengarannya ini kayu langka. Bagaimana mungkin ada pusaka langka seperti ini di sini, tapi tidak ada sehelai pun pakaian?”

Narator tidak menjawab, padahal O sungguh-sungguh bertanya. Tentu saja, Narator adalah sebuah sistem untuk memandunya, bukan search engine yang terhubung dengan internet seperti di kehidupan O sebelumnya. Atau bisa jadi, informasi tersebut tidak penting dan tidak berhubungan dengan dirinya sehingga tidak ada jawaban yang tersedia.

O mengangkat bahu. Ia mengalihkan perhatian kepada senjatanya kembali. Tongkat yang ia pikir adalah pentungan raksasa rupanya adalah sebuah tongkat sihir. Hei, tapi kalau bisa dipakai untuk menggebuk, kenapa tidak?

O kemudian menghapus formasi sihir yang memenuhi bidang pandangnya dan mencoba lagi untuk merapal sihir identifikasi. “Intelligo!”

…..

Akan tetapi, kali ini tidak ada lingkaran biru yang muncul di ujung telunjuknya.

“Hei, Narator. Apakah aku harus membayangkan formula sihirnya sebelum bisa merapal?”

“”Benar, Tuan.””

“Bagaimana kalau aku tidak ingat bentuknya?”

“”Para penyihir rendahan membawa kitab sihir ke mana-mana untuk membantu mereka membayangkan formula sihir”” Jawaban Narator yang sarkastik menusuk tepat ke ulu hati O. “”Tuan adalah seorang Lich, penyihir tingkat tinggi, pasti punya kemampuan mental yang jauh lebih baik dari mereka.””

“Tapi nyatanya aku memang tidak bisa…” O tidak berbohong. O bisa mengingat banyak hal dan bahkan berhitung di luar kepala, akan tetapi ia punya kelemahan fatal: kemampuan spasial. Sejak kecil O sangat sulit untuk memahami bentuk-bentuk bangun dan ruang yang rumit. Jangankan memahami, menggambarkannya secara mental saja sangat sulit baginya. Karena keterbatasannya itu, O punya banyak pengalaman tersesat di jalan. Bahkan teknologi GPS tidak bisa banyak membantunya.

“”…””

“…Jadi?”

“”…Baiklah. Saya akan membantu menampilkan formulasi sihir yang Anda butuhkan.””

O seperti mendengar Narator menghela napas panjang. “Ehe! Kau memang terbaik! Seperti asisten virtual di film-film sci-fi!

“Baiklah, Narator. Apakah ada sihir ofensif yang bisa aku pelajari sekarang?”

“”Tidak ada.””

“…” Suasana hati O yang gembira dengan cepat berubah lagi. Ia lupa untuk tidak terlalu berharap. Hampir saja ia frustasi. “Berapa tingkat asimilasi yang dibutuhkan untuk mempelajari sihir ofensif?”

“”Anda membutuhkan setidaknya 2% tingkat asimilasi untuk mempelajari Sihir Bola Api.””

“Aaaaargh!” pekik O. Pertarungan sengit melawan dua mayat hidup hanya memberinya 0,03% tingkat asimilasi. Artinya ia harus mengalahkan setidaknya 13 mayat hidup serupa untuk mencapai tingkat asimilasi 2%. O menjambak rambutnya yang sudah tidak ada. Ia meremas-remas tengkoraknya. Frustasi. “Ya percuma, dong, aku jadi Lich!”

Butuh beberapa saat bagi O sebelum dirinya bisa tenang. Yah, lagipula pilihan apalagi yang dimilikinya selain menerima keadaan?

“Hei, Narator. Apa yang terjadi kalau asimilasiku 100% ?” tanya O. Ia baru menyadari hal ini. Sistem asimilasi seperti sistem poin pengalaman (experience point) di video game, tetapi ia tidak menemukan status levelnya.

“”Anda bisa berevolusi menjadi spesies yang lebih kuat .””

“Oho…” Semangat O sedikit naik kembali.

O memanggul senjatanya di pundak dan mengambil 3 buah lilin dari sudut-sudut ruang. Ia akan kembali ke lorong gelap dan menghadapi entah mayat hidup macam apa yang berada di sana. Tidak harus menghadapi 13 mayat hidup sekaligus, bukan? Aku bisa memancing mereka satu per satu dan menghabisi mereka bergantian.

O kembali membuka pintu ruangan itu dengan kepercayaan diri yang dipaksakan. Tangannya gemetar.

GrAh! GRrggh!

Suara-suara itu masih bersembunyi di balik kegelapan lorong. O melemparkan sebuah lilin ke dalam kegelapan itu; ke arah suara-suara itu.

Lilin itu mendarat di tanah dan menggelinding. Nyala apinya menciut kecil sekali, tetapi ketika lilin itu berhenti menggelinding, apinya kembali menggeliat dan mengusir kegelapan…

GrHaAU?!

Ada belasan mayat hidup menumpuk di pintu lorong yang sempit. Mereka berdesakan dan saling menghimpit. Sedikit saja ada kelonggaran, maka belasan mayat itu akan membanjiri lorong tempat O berdiri sekarang.

“F**k!” O tidak kehabisan kosakata mengumpat.

~Bersambung~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status