Share

Bab 25 Aku Datang

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-27 17:38:06

Aku terbelalak tak percaya. Harmani, ayah, Susan, Maurin dan semua para tamu undangan dan juga penjaga, mereka kompak tak sadarkan diri. Apakah mereka meninggal atau hanya pingsan? Apa yang terjadi?

“Kenapa mereka?” Aku merasa ada yang janggal.

Hanya aku yang masih sadar dan bisa bergerak. Namun, tidak dengan mereka. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak.

“Aku datang, Ariana!”

Ucapan seseorang terdengar di belakang tubuhku. Aku membalikkan badan, dan … aku melihatnya. Dia Galang, seseorang yang sangat aku rindukan, berdiri gagah dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

“Galang!”

Entah kenapa, secara refleks aku berlari ke arahnya, dan memeluk erat tubuh lelaki itu.

“Kau ke mana saja? Kenapa kau pergi begitu lama? Kau tahu? Kau menyiksaku dengan rasa rindu yang begitu besar!” ujarku secara blak-blakan.

Aku memukul-mukul dada lelaki itu. Sungguh, aku bahagia melihatnya. Namun, kecewa kenapa dia baru menampakkan batang hidungnya?

Galang mengurai pelukanku. Meraih wajahku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 28 Pusat Perhatian

    Aku kembali menghubungi nomor Alea. Namun, tiba-tiba nomornya tidak aktif. Seketika perasaanku menjadi tidak enak terhadapnya.Aku menghembuskan napas kasar. Mencoba berpikir positif, mungkin ponsel Alea kehabisan baterai, atau mungkin kuota Alea telah habis. Berpikir positif, mungkin cara yang lebih baik untuk mensugesti diri.Malam ini aku menonton televisi seorang diri. Berpuas-puas diri dengan fasilitas yang aku miliki. Aku tidak pernah meminta semua ini. Namun, jika takdirku harus seperti ini, aku tidak mungkin menolak.Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Mataku pun mulai memberat. Aku memutuskan untuk segera tidur. Samar-samar aku mendengar suara kicauan burung yang begitu merdu. Kulit wajahku pun terasa hangat. Aku membuka pelan mataku. Ternyata hari sudah pagi, cahaya matahari menerobos masuk melalui celah gorden. Tidurku begitu nyaman dan nyenyak.Aku bangun dan menggeliat. Lantas segera turun dari ranjang. Namun, jantungku tiba-tiba berdetak kencang saat Galang

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 27 Diratukan

    Langkahku berhenti, saat punggungku mentok pada dinding, ruang gerakku kini terbatas. Namun, mata Galang tak hentinya menyoroti wajahku.“Katakan, Ariana. Apakah kau menerima cintaku?” tanya Galang.Aku terdiam beberapa saat, mengerjapkan mata beberapa kali. Melihat pengorbanannya, dia tampak tulus. Namun, apakah ketulusan yang ia miliki, benar adanya dari dalam hati?“Tapi aku sudah tua,” jawabku.“Sssst! Jangan katakan itu! Dari segi usia kau memang lebih dewasa dariku. Tapi cinta tidak melihat usia. Katakan Ariana, kau menerimaku?” Lagi dan lagi pertanyaan itu kembali terlontar.Aku menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaannya.“Ya, aku terima cintamu,” jawabku akhirnya.“Aku tidak mendengar, coba katakan sekali lagi,” pinta Galang.Aku mendesis, dia selalu menguji kesabaran yang aku miliki.“Ayolah … katakan sekali lagi,” ujarnya memaksa.“Aku menerimamu,Galang!” jawabku mengulang.Keindahan kembali aku lihat. Di mana sebuah senyuman terukir manis di b

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 26 Cemburu

    Aku mengernyitkan dahi, menatap rumah yang begitu besar berhiaskan halaman yang luas, serta tanaman bunga yang sangat cantik dan terawat. Kupu-kupu banyak menghinggapi, menciptakan keindahan yang luar biasa.Rumput hias hijau menyejukkan mata, terhampar luas begitu rapi dan enak dipandang. Menciptakan suasana menyegarkan bagi setiap mata yang memandangnya.Tukang kebun tengah berkutat mempercantik tanaman. Seorang wanita yang aku perkirakan seumuran dengan Susan, tengah sibuk menyirami bunga-bunga berwarna warni. Serta dua ekor kucing putih saling berkejaran di rumput itu, membuatku terpana. Indah, satu kata yang refleks tercetus dalam hati.“Kenapa … kita ke sini? Rumah siapa ini? Apakah ini juga salah satu rumahmu?” tanyaku.Yang aku tahu, rumah Galang bertempat di mana aku pernah dibawa olehnya. Namun, aku sempat kabur dari tempat itu, karena mengira Galang adalah orang jahat.“Bukan, ini bukan rumahku,” jawab Galang.“Yuk, turun!” Kami berdua turun dari motor. Galang melepas helm

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 25 Aku Datang

    Aku terbelalak tak percaya. Harmani, ayah, Susan, Maurin dan semua para tamu undangan dan juga penjaga, mereka kompak tak sadarkan diri. Apakah mereka meninggal atau hanya pingsan? Apa yang terjadi?“Kenapa mereka?” Aku merasa ada yang janggal.Hanya aku yang masih sadar dan bisa bergerak. Namun, tidak dengan mereka. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak.“Aku datang, Ariana!”Ucapan seseorang terdengar di belakang tubuhku. Aku membalikkan badan, dan … aku melihatnya. Dia Galang, seseorang yang sangat aku rindukan, berdiri gagah dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Galang!”Entah kenapa, secara refleks aku berlari ke arahnya, dan memeluk erat tubuh lelaki itu.“Kau ke mana saja? Kenapa kau pergi begitu lama? Kau tahu? Kau menyiksaku dengan rasa rindu yang begitu besar!” ujarku secara blak-blakan.Aku memukul-mukul dada lelaki itu. Sungguh, aku bahagia melihatnya. Namun, kecewa kenapa dia baru menampakkan batang hidungnya?Galang mengurai pelukanku. Meraih wajahku

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 24 Memilih Mati

    Samar-samar aku seperti mendengar seseorang berbicara. Aku mencoba membuka mata. Namun, sialnya mataku terlalu lengket untuk kubuka.“Bagus, sekarang bawa ke tempat itu!”Mataku tiba-tiba terbuka lebar dengan nyawa yang kupaksa kukumpulkan, degup jantung berpacu tak beraturan. Tidak, ini bukan mimpi.Aku melawan rasa kantuk yang teramat sangat ini. Kini aku bisa melihat diriku sendiri berada di tempat berbeda. Ya, sangat berbeda!Aku mendapati tubuhku berada di dalam mobil, bersama seorang lelaki asing di sampingku, serta dua yang lainnya di barisan depan.“Siapa, kau? Siapa kalian? Kenapa aku ada di sini?” Aku merasa terkejut bukan main.Aku menoleh ke arah jendela mobil. Aku mengenali tempat ini, aku masih berada di depan kontrakan Alea.“Tolong, aku mau keluar!” Lelaki itu mencekal tanganku, membuatku ketakutan setengah mati. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dan lakukan padaku? Dan … dan siapa mereka? Aku merasa begitu cemas.“Diam, Nona!” seru lelaki yang ada di sampingku.Dari

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 23 Hampa

    “Ya ampun, Ri … kenapa kau tak pernah bilang kalau kau memiliki teman seperti Galang? Ya Tuhan … ganteng banget.” Alea menggigit kecil bibir bawahnya.“Mulai … mulai menggatal! Kau sudah memiliki pacar, nggak usah kecentilan,” cetusku, entah kenapa aku merasa kesal.“Aku baru saja putus, aku lagi kosong. Bisa nih Galang jadi ….” Alea menaik-turunkan kedua alisnya.Aku membalikkan badan, pergi ke kamar mandi.“Tunggu-tunggu! Apakah Galang sudah punya pacar? Kok bisa pulang bareng sama dia? Atau jangan-jangan ….”Aku menautkan kedua alisku. Reaksi Alea begitu menyebalkan.“Dia bosku! Kebetulan dia menawariku tumpangan. Sudah, ya … aku harus mandi.”Selepas mandi, aku dan Alea beristirahat hingga kami terbangun pada keesokan paginya.“Tumben subuh-subuh sudah bangun!” Alea mengejekku.Aku mendelikkan mata ke atas.“So, apa aku harus tiap hari bangun kesiangan? Kau mau aku dipecat, dan … kau menampungku selamanya? Memberikan makan gratis?” tanyaku.Alea menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status