Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 8 Apartemen Max

Share

Bab 8 Apartemen Max

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-13 22:03:46

Setelah satu jam berlalu pernikahan Max dan Shella pun usai. Max membawa Shella ke Apartemen nya untuk ditinggali bersama. Awalnya Shella bersikukuh untuk pindah Apartemen dan tidak ingin tinggal satu atap tetapi Max menolak karena kemungkinan besar Elisa bisa saja berbuat yang tidak-tidak pada Shella nantinya.

Mereka sudah tiba di Apartemen dan Max selaku pemilik menyambut Shella sebaik mungkin. Ketika Shella masuk ke Apartemen nya Max memberi tahu kamar tamu yang akan ditempati oleh Shella. Lalu mereka berpisah karena sibuk dengan urusan pribadi.

Di Kamar Tamu

Aku meletakkan seluruh barang-barang ku di dekat lemari tanpa berkeinginan membongkarnya. Justru yang lebih penting menurutku adalah istirahat. Aku menaiki ranjang dan membaringkan tubuhku di atasnya dengan nyaman. Walaupun tempat tidur ini terlihat begitu asing entah mengapa aku begitu merasa nyaman. Aku berganti posisi dengan berbaring menyamping. "Ayah... Maaf karena aku tidak menjadi Putri yang membanggakan bagi keluarga kita... Maafkan aku..."

Max mencoba tertidur namun anehnya ia jadi merasa was-was sehingga membuatnya terjaga. Mungkinkah karena Apartemen nya terisi orang asing sehingga ia menjadi sedikit gelisah seperti ini? Mungkin saja itu benar karena Max tidak pernah sekalipun membawa seorang wanita ke Apartemen nya. "Sampai kapan aku terus terjaga seperti ini?" Max memainkan matanya yang terasa panas dan mengantuk.

Hingga akhirnya Max merasa terganggu dan keluar dari kamarnya menuju dapur. Tibanya di dapur ia baru teringat jika ia dan Shella sama sekali belum menyantap makanan apa pun. Ia akhirnya berinisiatif mengajak Shella akan tetapi niat itu terkurung karena ia mengetahui jika Shella tengah tertidur pulas.

Pagi Harinya

Aku bangun dari tidur nyenyak ku dan segera mandi. Setelah selesai dari aktivitas wajib tersebut aku ke dapur dengan pakaian rapi. Di dapur aku mendapati Max yang tengah menyantap makanannya. "Kau baru saja bangun?" tanyaku seraya duduk di depannya.

Max menatap Shella sekilas. "Kau akan pergi bekerja?"

Aku mengikat rambutku dan siap menyantap makanan yang telah disediakan Max untuk ku, karena dia yang menawarkannya. "Tentu..."

Max meletakkan sebuah dokumen di atas meja. "Bacalah ini... Ini adalah peraturan pernikahan kontrak kita selama dua tahun."

Mulutku penuh dengan makanan sehingga aku hanya mengangguk dan mengambil dokumen itu. Dengan teliti aku membaca peraturan-peraturan yang ditetapkan Max.

"Jika kau ingin menambahkannya atau ingin menentang peraturan itu beri-"

"Tidak. Ini sudah sangat jelas dan sangat sesuai dengan pernikahan kontrak yang ku tahu. Aku tidak ingin menentangnya namun mungkin aku akan menambahkannya suatu saat nanti."

"Baiklah."

Makanan di atas piring kini telah bersih walaupun sebenarnya aku merasa tidak puas jika harus makan dengan porsi yang sedikit. "Aku harus pergi."

"Pergilah... Aku tidak melarangnya."

Di Tempat Kerja

Satu demi satu karyawan telah tiba di perusahaan begitu denganku. Aku lantas pergi ke kantor tempatku bekerja dengan teman-teman sekantor menggunakan lift. Saat di dalam lift banyak dari mereka mengucapkan selamat kepadaku dan juga memujiku.

Pintu lift hampir saja tertutup akan tetapi Alex berhasil menahannya dan ikut bergabung di dalam lift dengan yang lain.

"Alex! Berapa kali kau akan terus seperti itu? Kau seharusnya paham bukankah itu berbahaya?" gerutu Laya pada kebiasaan buruk Alex saat masuk ke lift.

"Sudahlah Laya... Alex hanya lupa," ucapku membela.

"Tetapi seharusnya tidak setiap saat. Padahal Alex dahulu selalu bersamamu saat akan ke lift. Tapi... Mengapa kalian berdua menjadi seperti orang asing beberapa Minggu ini?"

"Aku... Aku-"

"Apa yang kau bicarakan Laya... Shella telah menikah untuk itu dia juga harus menjaga batas terhadap Pria. Kau harusnya tahu tanpa di jelaskan."

Mendengar pernyataan Alex aku merasa sedikit tertekan. Memang benar yang di katakan Laya jika aku dan Alex cukup dekat namun setelah kejadian itu aku menjauh darinya.

Lift akhirnya terbuka. Aku segera keluar dan berjalan dengan langkah yang lebar menuju kantor.

"Selamat pagi Shella. Bagaimana pernikahan mu?" ucap Kamelia yang berpapasan dengan Shella.

"Selamat pagi juga Nyonya Kamelia. Pernikahan ku berjalan dengan baik."

Kamelia tersenyum dan memberikan sebuah paper bag berukuran besar kepada Shella. "Maaf aku tidak bisa datang hari itu karena aku memiliki janji. Maka dari itu terimalah ini walaupun tidak seberapa."

Aku menerima paper bag tersebut. "Terima kasih Nyonya Kamelia. Seharusnya aku yang meminta maaf karena mengadakan pernikahan secara mendadak."

"Benar aku menyayangkannya. Tetapi tidak apa-apa... Aku bahagia melihatmu bahagia seperti kemarin. Baiklah sampai jumpa... Shella."

"Sampai jumpa Nyonya Kamelia dan terima kasih hadiahnya." Aku kembali berjalan seraya membawa paper bag di tanganku. Saat aku tiba di kantor aku tidak menyangka jika teman-teman kantor lainnya menyiapkan hadiah pernikahan untuk ku alasannya karena mereka tidak sempat membeli hadiah kemarin akibat terlalu buru-buru.

Di Apartemen

Max sibuk dengan komputernya, terkadang sesekali kepalanya berdenyut sakit. "Bagaimana kabar Ayah? Apa dia sudah sadar? Haruskah aku memberi tahu kedua Paman ku jika aku telah menikah. Walaupun hanya pernikahan kontrak? Tidak... Aku rasa itu bukan ide yang bagus."

Di Kediaman Jia

Akibat pesta pernikahan yang digelar tadi malam banyak yang menaruh respons negatif karena berlangsung secara dadakan. Tentu itu suatu aib bagi Jia sebagai kepala keluarga, beruntungnya ia masih bisa bernapas lega karena harta peninggalan Teddy yang di wariskan pada Shella jatuh ke tangannya karena perbuatan Shella yang menyalahi aturan keluarga.

Seraya bersantai di kamar dengan menyantap beberapa hidangan Jia merilekskan pikiran dengan cara ini. Berapa menit setelah kenyamanan itu dinikmati suara ketukan pintu membuat sakit kepalanya kembali datang. "Siapa lagi ini? Masuklah..."

Rose akhirnya memasuki kamar dan menatap ibunya. "Ibu... Aku juga ingin menikah seperti Kakak Shella."

Mendengar pengakuan putri kandungnya yang baru menempuh pendidikan SMA itu jelas mengejutkan Jia. Ia pun duduk lalu menatap Rose. "Siapa yang memengaruhi mu Rose? Sayang... Kau itu masih terlalu dini untuk mengenal kata pernikahan." Jia menyandarkan tangannya di pundak Rose.

"Aku iri dengan Shella. Bagaimana bisa dia mendapatkan seorang Pria yang tampan? Aku juga ingin sepertinya."

"Dasar Anak ini... Berhentilah berkata yang tidak-tidak dan fokus pada agenda pembelajaran mu Rose. Jika kau sudah dewasa Ibu akan mencarikan Pria yang paling tampan hanya untuk mu."

"Tetapi aku menyukainya Pria milik Shella Ibu..."

"Ya ampun... Baiklah... Kau bisa memilikinya jika Shella yang memberikannya kepadamu."

"Bagaimana caranya agar dia memberikannya kepada ku?" Rose menatap ibunya dengan serius.

"Cinta. Buatlah seseorang yang kau sukai mencintaimu dengan begitu semuanya akan berjalan mudah."

"Benarkah?"

"Tentu... Itulah yang Ibu lakukan hingga akhirnya berada di titik ini sekarang."

Walaupun Rose tidak terlalu mengenal ibunya tetapi ia bisa memahami seperti apa sosok ibu dalam diri Jia selama ini. Tidak pantang menyerahnya walau dihadang jurang sekalipun untuk mendapatkan keinginannya. Apa hal seperti itu mampu untuk Rose lakukan?

"Maksud Ibu aku harus merenggut Pria itu dari kak Shella apa pun caranya?"

"Kau pintar Rose seperti Ibu."

"Tapi Ibu... Bagaimana caranya... Membuat Pria jatuh cinta?"

Jia menangkup wajah Rose. "Untuk saat ini lebih baik kau fokus belajar. Jika kau tidak menuruti Ibu... Kau bisa dalam masalah Rose sayang. Pergilah dan belajar sekarang."

"Baiklah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status