Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 10 Pemerintah Maaf Alex

Share

Bab 10 Pemerintah Maaf Alex

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-14 22:00:20

Sudah beberapa menit berlalu setelah Max mengobati pergelangan tanganku, akan tetapi degup jantungku tetap pada posisi semula yang tetap berdetak secara tidak beraturan.

Aku menggenggam pergelangan tanganku seraya tersenyum. "Tidak bisa dipungkiri bahwa Max sungguh tampan. Mungkin... Dia adalah Pria paling tampan yang pernah aku temui selama hidupku..."

Segera aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena malu. "Apa yang ku katakan... Ah!"

Keesokan paginya, Max bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan. Kemungkinan ada beberapa hal yang seharusnya di bahas nanti seperti pengeluaran konsumsi atau lain-lain. Bukan ia perhitungan tetapi inilah fakta ketika mereka berdua menjalin hubungan pernikahan kontrak yang berarti kedua belah pihak harus saling membantu untuk mencapai tujuan akhir yang baik.

Waktunya sangat tepat, kini Shella keluar dari kamar dengan pakaian rapinya. "Shella."

Aku langsung menoleh saat Max memanggil ku. "Ada apa?"

"Bisa kau duduk sebentar."

Sebenarnya aku ingin berangkat ke kantor lebih awal demi tidak berpapasan dengan Alex. "Sekarang?"

"Apa kau masih tertidur?"

"Apa? Ah tidak... Apa ini hal mendesak?" Aku menghampiri Max dan duduk bersamanya.

"Sedikit. Apa kau terburu-buru?"

"Iya... Tetapi baiklah."

Max menyodorkan piring berisi makanan. "Makanlah. Aku akan mengatakannya sembari kau makan makanannya."

Satu per satu sesuap makanan masuk kedalam mulut ku. Pandangan ku tidak teralihkan pada Max. Aku mendengar semua perkataan Max mengenai pengeluaran konsumsi. Menurutku itu hal yang wajar dibicarakan oleh pasangan dari pernikahan kontrak seperti kami. Lain jika seorang pria dan wanita yang menikah berlandaskan cinta, mereka pasti membicarakan tentang masa depan. Aku jelas memaklumi pendapat Max tentang itu.

Akhirnya aku mengambil keputusan disela-sela penjelasan Max. Keputusan yang aku ambil terkait pembayaran Apartemen yang sekarang kami tinggali sedangkan Max mengurus pengeluaran konsumsi. Awalnya Max sedikit memberikan penolakan tetapi aku berhasil meyakinkan dan perbincangan kami pun berkahir.

Di Kantor

Tibalah aku di kantor dengan waktu yang sedikit berdekatan dengan waktu masuk. Aku tidak berani menegakkan kepalaku karena takut menatap Alex. Entah apa yang akan dilakukan Alex setelah itu. Melihat ekspresi wajah Alex yang tidak pernah ditujukannya kepadaku kemarin membuat aku merasa sedikit takut dan tidak nyaman.

Waktu istirahat tiba dan aku tidak tahu apakah Alex sudah tiba atau belum di kantor. Aku terlalu takut untuk memastikannya dan memilih berdiam diri di kursi ku menunggu jam kerja kembali beroperasi.

"Kau tidak ingin membeli sesuatu Shella?" tanya Laya yang sengaja menghampiri Shella.

"Tidak Laya aku masih terlalu kenyang."

Laya menarik kursi di depan meja Shella untuk ia duduki. "Bagaimana malam pertama mu? Apakah menyenangkan?"

Pertanyaan Laya tentu sangat mengejutkanku. Kami bahkan tidak tidur bersama? Bagaimana mungkin melakukan hal seperti itu. "Aku tidak bisa memberitahumu..."

Wajah Laya berubah sedih. "Hei ayolah... Aku adalah teman yang bisa menjaga rahasia. Aku sangat penasaran dengan hal itu, jadi beritahu aku Shella..."

"Tidak..."

"Shella? Apa kau bisa memberiku kesempatan untuk berbicara sebentar?" ucap Alex yang menatap Laya kemudian berganti dengan Shella.

"Apa aku mengganggu? Hahaha... Baiklah aku akan pergi, dan Shella! Kau harus menceritakannya lain kali. Selamat mengobrol." Laya akhirnya bangkit dan pergi.

"Ada apa Alex?" tanyaku tanpa menatap wajah Alex.

"Bisakah kita bertemu di balkon sekarang?"

"Aku sibuk."

"Aku tahu kau kecewa dengan sikapku. Tetapi ini permintaan terakhirku Shella... Tolong..." Alex pun pergi meninggalkan Shella dengan penuh harap bawah Shella akan datang sesuai permintaannya.

Apa aku harus pergi menemui Alex? Aku menggenggam pergelangan tanganku yang sedikit terluka karena oleh Alex semalam. "Pergi atau tidak?"

Di Balkon

Beberapa menit sudah Alex menunggu Shella tetapi wanita itu tidak terlihat akan datang.

"Maaf Shella... Kau pasti kecewa dengan sikapku tetapi aku tidak bisa mengendalikan rasa keingintahuan ini. Aku hanya takut jika hal buruk sekarang menimpamu... Aku hanya takut..."

Saat Alex merasa bersalah dan menyesal ia akhirnya berbalik untuk pergi tetapi tiba-tiba Shella datang.

Aku memutuskan untuk datang menemui Alex dengan berbagai pemikiran sebelum benar-benar datang. "Katakan apa yang kau ingin katakan Alex?"

Alex sedikit mendekat namun ia tiba-tiba berhenti ketika menyadari jika Shella melangkah mundur secara bersamaan. "Benarkah yang ku dengar saat itu jika kau tengah menjalani pernikahan kontrak dengan Max?"

"Iya."

"Apa Pria itu mengancam mu atau dia melukaimu Shella?" Mata Alex sedikit berkaca-kaca. Ia berharap Shella tidak menjalin hubungan pernikahan kontrak atas dasar yang menyamping, walaupun ia sangat membenci kata pernikahan kontrak itu sendiri.

"Aku akan mengatakan sejujurnya kepadamu Alex hanya kepadamu. Menyangkut dasar apa yang membuat ku menjalani pernikahan kontrak ini karena aku dan Max tengah berada di situasi yang sama. Tetapi jika aku harus menjelaskan kepadamu situasi seperti apa itu? Aku tidak bisa mengatakannya karena itu privasi."

"Kau sungguh tidak ditekan oleh siapa pun bukan?"

"Tidak."

"Sungguh?"

"Tentu. Apa itu sudah cukup untuk menjawab rasa penasaran mu? Setelah kau mengetahui rahasia ku apa yang akan kau lakukan? Kau akan mengatakan pada seluruh teman-teman di kantor mengenai ini?"

"Menurutmu aku akan seperti itu?"

"Aku tidak bisa mempercayainya jika kau akan sejahat itu, tetapi aku tidak tahu akhirnya seperti apa."

Alex mendekat dan lebih mendekat ke arah Shella tanpa mengesampingkan jika Shella masih sedikit tidak nyaman berada di dekatnya. Terciptalah jarak yang amat sempit dengan Shella. "Aku tidak akan pernah melakukannya Shella, pegang kata-kata ku ini."

Aku menoleh ke samping dan segera berbalik untuk pergi ke kantor. "Baiklah tolong-" Aku sontak menjatuhkan handphone ku saat Alex memelukku dari belakang.

Alex memeluk Shella dengan amat perlahan agar tidak membuat Shella kesakitan seperti kemarin. "Maaf... Aku telah melukai pergelangan tangan mu."

Bulu-bulu halus di sekujur tubuhku berdiri mendengar perkataan Alex yang menyapu telinga ku secara langsung.

Alex pun melepaskan pelukannya. "Aku harap kita tetap bisa menjadi seorang teman."

"Tentu," ucapku yang langsung pergi.

Di Apartemen

Max disibukan dengan pekerjaannya yang dikerjakan di Apartemen. Ia sibuk mengembangkan bisnis yang sudah dijalankannya beberapa tahun terakhir. Terkadang Max harus bekerja di lapangan ketika bisnis yang ia kembangkan tidak dapat mencukupi kebutuhan.

Max pun menutup laptop dan berpikir sejenak. "Jika aku tidak salah ingat bukankah Elisa mengatakan kepadaku di acara pernikahan, jika dia akan membuat aku merasa berkali-kali lipat Menderita? Tetapi sepertinya itu hanyalah gertakan biasa. Bagus jika Elisa benar-benar pergi dari hidupku selamanya, karena adanya pernikahan kontrak ini. Aku harap ini akan abadi."

Di Rumah Lain

Di tempat yang tidak begitu luas terpasang beberapa kamera pengawas atau CCTV yang mengitari beberapa sudut Apartemen milik seorang pria.

Kedua bola mata Elisa memutar ke segala arah yang berkaitan dengan pergerakan Max. Sebuah senyuman pun tercipta di kedua sudut bibirnya. "Max... Sebelum aku bertindak secara langsung, akan jauh lebih baik jika aku memantau dirimu seperti ini bukan... Sayangku?"

Sebuah rona kemerah-merahan muncul di wajah Elisa saat kamera yang berada di dalam kamar mandi tengah memperlihatkan Max. Lidah Elisa menjulur keluar lalu mengusap permukaan bibir secara merata. Matanya yang sayup membuat nuansa yang dihasilkan semakin membuat berdebar. "Sangat indah sayang..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status