Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 9 Keingintahuan Alex

Share

Bab 9 Keingintahuan Alex

Author: Idry2ni
last update Huling Na-update: 2024-06-13 22:15:08

Hari sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berganti malam dan aku masih sibuk dengan beberapa pekerjaan kantor yang belum juga selesai.

Alex berada di luar ruangan kantor tepatnya di samping pintu masuk. Sebenernya ia sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih dari satu jam yang lalu, tetapi ia lebih memilih untuk menunggu Shella di luar ruangan. Bisa dikatakan Alex tidak mempunyai rasa malu setelah ditolak oleh Shella secara mentah-mentah dan sekarang? Alex menunggu Shella untuk pulang bersama. Dibalik kata menunggu ada sesuatu yang ingin dikatakannya secara langsung pada Shella dan itulah yang membuatnya berada di situasi sekarang.

"Berapa lama lagi dia akan keluar?" ucap Alex.

Mataku berbinar karena akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik. Tidak ingin berlama-lama, aku segera bangkit dan membawa semua paper bag yang dihadiahkan oleh teman-temanku dengan cukup susah payah.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai Shella?" tanya Laya yang masih berkutat dengan lebaran kertas di mejanya, lalu ia melihat Shella yang sudah beranjak pergi.

"Tentu, bagaimana denganmu? Sepertinya masih memakan banyak waktu untuk usai?" tanyaku dengan membawa barang ke arah mejanya.

Laya melirik ke kertas di atas mejanya yang tidak berkurang. "Entahlah aku rasa hari ini cukup melelahkan. Tetapi..." Ia kembali menatap Shella yang kesulitan. "Kau sepertinya kesulitan? Perlu bantuan?"

"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya. Lebih baik cepat selesaikan pekerjaanmu dan menyusul ku pulang Laya... Sampai jumpa..."

"Sampai jumpa..."

Di Parkiran

Bagasi mobil ku terasa sesak dengan tumpukan paper bag. "Padahal ini hanya pernikahan kontrak, tetapi mereka memberiku hadiah sungguhan... Aku jadi sedikit merasa bersalah menerimanya."

"Pernikahan kontrak?"

Segera aku menghadap ke belakang, di sana aku mendapati Alex berdiri di belakangku dengan tatapan mata yang terkejut. "Alex?"

Alex cukup terkejut dengan perkataan spontan Shella tentang pernikahan kontrak. "Benarkah itu... Shella?"

"Apa.... Apa?" Aku tidak tahu dan tidak mengerti mengapa Alex tiba-tiba muncul.

"Kau menjalani pernikahan kontrak... Dengan Pria itu?"

Aku mematung dan terkejut. Sungguh aku tidak menyangka jika ada yang mendengar perkataan singkat itu terlebih orangnya adalah Alex.

Alex memajukan dirinya selangkah lebih dekat. "Mengapa kau melakukannya? Apa Pria itu mengancam mu Shella? Apa dia melukaimu?"

Aku merasa tidak berkewajiban untuk menjawab pertanyaan Alex soal alasan dibalik pernikahan kontrak ku. "Kau... Tidak perlu tahu Alex."

"Apa maksudmu aku tidak perlu tahu? Jika itu menyangkut dirimu, aku... Aku tidak bisa mengabaikannya..."

"Alex... Kau bukanlah siap-siap di hidupku, jadi jangan ikut campur terlalu dalam." Aku menutup bagasi ku dan berniat pergi. "Dan tolong... Anggap saja yang kau dengar itu tidak pernah aku katakan."

Alex hanya bisa memandangi kepergian Shella. "Sebenarnya... Apa yang terjadi terjadi kepadamu selama ini... Shella..."

Aku terus-menerus memikirkan tentang Alex. Aku merasa takut juga gelisah secara bersamaan. Bagaimana jika dia mengatakan kebenarannya pada semua orang di kantor? Tetapi aku tidak bisa mempercayainya bahwa Alex akan seperti itu.

"Akh!" Aku menyisir rambutku dengan tangan lalu setelahnya mengigit kuku. "Apa aku perlu mengakuinya secara terang-terangan? Tidak! Ini... Mungkin aku harus berbicara dengan Alex besok. Baiklah... Untuk sekarang tenangkan diri, huh..."

Aku akhirnya tiba di parkiran Apartemen. Dengan susah payah aku membawa barang-barang ku naik ke lift. Namun tiba-tiba seseorang masuk ke dalam lift secara buru-buru. Rasa ketakutan sedikit menghampiriku karena seorang pria yang naik lift bersama ku.

"Bisa kau jelaskan semuanya Shella?" Alex berpaling dan menghadap Shella ia bahkan melepas masker wajahnya.

"Kau mengikutiku?" ucapku terkejut tidak menyangka jika Alex akan mengikutiku.

Alex pun mendekat dan menggenggam kedua lengan Shella. "Tolong jawab pertanyaanku. mengapa kau menjalin pernikahan kontrak?"

Tentu tidak mudah bagiku melepaskan genggaman tangan Alex karena kedua tanganku penuh dengan barang-barang. "Alex... Kau membuatku merasa tidak nyaman."

Alex hanya menatap genggaman tangannya pada pergelangan tangan Shella sekilas. "Jika kau menjawab pertanyaanku, aku berjanji tidak akan mengusik sedikit saja tentang hidupmu."

"Tidak ada yang perlu aku jawab dan tidak ada yang perlu katakan kepadamu. Sekarang lepaskan aku-"

Baik aku dan Alex menoleh ke arah lift yang terbuka. Ternyata seorang pria bermasker masuk. Aku berpikir Alex akan melepaskan genggaman tangannya namun justru sebaliknya. Alex kini lebih erat menggenggam tangan ku.

"Aku mohon katakan yang sejujurnya Shella..." ucap Alex yang begitu berharap jika Shella jujur terhadapnya.

"Aku tekankan sekali lagi Alex. Apapun yang terjadi kepadaku itu tidak ada hubungannya denganmu."

Alex menggeleng perlahan. "Itu salah Shella. Apapun yang menyangkut dirimu aku harus tahu. Aku harus tahu..."

Semakin lama genggam tangan Alex pada pergelangan tanganku kian menjadi. Aku berusaha melepaskannya dengan memutar tanganku perlahan namun justru itu menyakitkan. "Lepaskan Alex tanganku sakit."

"Maka jawablah pertanyaanku. Kau hanya perlu menjawabnya dan aku akan melepaskan genggaman ini."

Perasaan marah bercampur yang awalnya tidak memengaruhi Max kini tidak bisa terbendung disaat pria bernama Alex tersebut mendorong tubuh Shella ke dinding lift.

Bruk!

Alex terhempas ke bawah saat seorang mendorongnya dengan sekuat tenaga. Tentu ia heran dengan tingkah pria itu. Akhirnya ia berdiri dan menatap tajam pria itu.

"Kau sengaja?" ucap Alex dingin.

Aku sungguh terkejut dengan tingkah pria bermasker itu yang tiba-tiba mendorong Alex hingga terjatuh. Tetapi di lain sisi aku merasa situasi saat ini sangat genting.

"Bukankah tidak sopan berprilaku seperti itu pada istriku, Alex?" Max pun membuka masker wajahnya dan menatap Alex dengan tatapan intimidasi. "Siapa kau? Apa hubunganan mu dengan Shella?"

Reaksi Alex yang seharusnya menjadi takut kini justru tertawa dengan santai. "Hahaha... Kau membuatku ingin tertawa. Hahaha..."

"Apa menurutmu ini lucu?"

Alex menghentikan tawanya dan menatap tajam kembali pada Max. "Karena ini sudah larut malam aku tidak ingin menimbulkan kekacauan, jadi jawab saja pertanyaanku barusan Shella."

"Pergi dan jangan pernah muncul dihadapan ku." Max mendorong kembali tubuh Alex namun kali ini dengan kakinya untuk keluar dari lift. Sebelumnya Max sudah menekan tombol untuk menghentikan liftnya dan ketika saatnya tiba ia mendorong tubuh Alex untuk keluar.

Aku menutup mulutku karena terkejut dengan cara Max menangani Alex. Tiba-tiba kami bertatapan karena Max melirik kearah ku. Aku mengalihkan pandanganku seolah-olah tidak melihatnya.

Kedua mata Max turun ke pergelangan tangan Shella yang memerah. "Kau harus mengobatinya nanti."

"Apa?"

"Luka di pergelangan tangan mu itu."

Aku mengangkat tangan ku dan tersenyum. "Ah... Ternyata sampai berbekas seperti ini."

Lift terbuka, Max yang melihat barang-barang Shella langsung mengambilnya.

"Max apa yang kau lakukan? Aku bisa membawanya sendiri... Max! Max..."

Max tidak mendengarkan perkataan Shella dan langsung pergi ke Apartemen dengan membawa barang-barang Shella.

Aku mengira Max akan menurunkan barang-barang ku di sofa namun ternyata tidak. Max justru membawanya hingga masuk ke kamar tamu yang sekarang adalah kamar milik ku, dan sebelum Max masuk ke kamar ku dia memintaku untuk menunggunya di sofa.

Perlahan-lahan aku membalut pergelangan tangan kanan ku yang terlihat lebih memperihatinkan daripada pergelangan tangan kiri ku dengan sapu tangan. Saat aku sedang membalut pergelangan tanganku Max datang dan duduk di sampingku. Tanpa izin atau mengatakan sesuatu Max tiba-tiba mengobati pergelangan tangan kanan ku.

"Katakan jika aku terlalu kasar mengobatinya," ucap Max cukup pelan.

Perlakuan Max yang seperti ini, justru berhasil membuat senyum ku tercipta dan juga membuat detak jantung ku menjadi sedikit berantakan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status