Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / bab 11 Kunjungan Gael

Share

bab 11 Kunjungan Gael

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-14 22:03:34

Gael tengah bersiap-siap untuk pergi ke Apartemen yang menjadi tempat tinggal Shella yang baru. Sebagai seorang sahabat tentu ia senang menyadari kenyataan bahwa Shella telah menikah walaupun hanya pernikahan kontrak.

"Apa ini sudah cukup sebagai hadiah pernikahan? Apa aku sedikit berlebihan?" Gael membuka bagasinya yang penuh dengan berbagai macam hadiah. Mungkin saja Shella akan mengatakan jika dirinya berlebihan.

Di Apartemen

Aku dan Max tengah duduk di ruang tamu seraya membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian tugas. Akhirnya suara bel membaut aku dan Max saling beradu pandang sebelum akhirnya Max bangkit dan memeriksa.

Apakah Elisa sudah mulai bertindak lagi? Max tidak berharap jika yang bertamu adalah Elisa. Saat membuka pintu ia lantas mengenali siapa tamu yang datang. "Kau..."

Gael tersenyum. "Di mana Shella?"

Max menatap barang-barang yang dibawa oleh Gael yang cukup menyita perhatiannya. "Masuklah..."

Aku akhirnya bangkit dan tersenyum puas saat melihat Gael yang menjadi tamunya. "Apa ini semacam kejutan?" Aku menerima beberapa barang yang sudah dibawa oleh Gael dan beberapa barang lain yang dibawa Max masuk, cukup banyak.

"Apa kau hanya menerima hadiahnya dan tidak berniat memeluk ku?" Gael merentangkan kedua tangannya.

Dengan erat aku memeluk Gael. "Kau terlalu berlebihan."

Gael pun membalas pelukan Shella. "Aku sudah menduga perkataan itu akan terucap oleh mu."

Sadar jika Max tidak dibutuhkan dalam situasi ini ia pergi ke kamar.

Aku dan Shella tertawa melihat tingkah Max.

"Duduklah aku akan membuatkan mu kopi," ucapku namun Gael tiba-tiba menahan ku.

"Tidak perlu melakukannya kita bisa memesan makanan. Duduklah bersama ku di sini, ceritakan apa yang telah terjadi selama pernikahan kontrak mu?"

Aku dengan antusias menceritakan semua yang terjadi pada Gael tanpa ada yang terlewat.

Seperti biasanya Gael mendengarkan cerita Shella dengan penuh semangat. Ada satu titik di mana ia merasa sedikit tidak percaya pada cerita Shella tentang Alex. Karena yang ia tahu Alex seseorang yang sangat baik walaupun kebaikan Alex hanya tertuju pada Shella.

"Dan aku sangat merasa bersalah pada Alex."

"Untuk apa? Kau tidak melakukan kesalahan Shella. Yang harus dipertanyakan adalah perilaku Alex. Akan tetapi tiba-tiba aku teringat seseorang karena ceritamu," ucap Gael.

"Seseorang?"

"Benar. Maksudku Elisa, Wanita yang terobsesi dengan Max," ucap Gael.

"Kau tahu Gael setelah kejadian di pernikahan itu, aku tidak pernah melihat Elisa begitupun dengan Max. Aku mungkin seharusnya merasa senang karena dia tidak akan berbuat yang tidak-tidak. Tetapi..."

"Apa yang kau khawatirkan. Itu berita bagus... Jadi menurutmu..." Gael merasa ada hal tersembunyi di sisi AC, pasalnya ia melihat sedikit cahaya dari sana.

"Ada apa?" Aku ikut menatap kearah Gael menatap yaitu AC. "Kau menyukai AC nya?"

Gael tersenyum dan menggeleng. "Tidak... Aku bisa membeli sepuluh jika aku mau."

Aku memasang wajah malas. "Benar! Aku tahu itu Nona Gael."

Di Rumah Lain

Elisa merasa terganggu dengan adanya seseorang yang tiba-tiba datang ke Apartemen Max. Ia sudah sangat membenci Shella dan sekarang wanita bernama Gael?

"Hahaha... Hahaha..." Elisa memutar kursinya dan menarik secarik kertas. Andai ia tidak meminta bantuan seorang teknisi AC untuk memasang CCTV di tiga tempat yaitu ruang tamu, kamar mandi Max dan kamar tidur Max mungkin ia tidak akan mengetahui hal-hal ini.

Dan tahukah apa yang membuat Elisa kian menikmati pengintaian ini? Sebuah rahasia. Rahasia dibalik terjadinya pernikahan mereka. Elisa menulis beberapa patah kata dengan begitu hati-hati. "Sebuah pernikahan kontrak yang terjadi, karena mantan kekasih ku ingin aku menjauh... Mungkin itu cocok untuk bahan ceritaku nantinya. Hahaha... Hahaha... Mereka benar-benar bodoh!"

Di Apartemen

Aku dan Max mengantarkan kepergian Gael lalu kembali ke Apartemen. Saat tiba, Max berniat masuk ke kamarnya namun aku tiba-tiba menahannya. Untuk kali ini aku tidak menahan kepergiannya seperti yang terakhir kali yaitu dengan mencekam tangannya. "Tunggu Max. Boleh aku bertanya?"

Max membalikkan badan dengan memutar kakinya tanpa melepas tangannya yang berada di saku celana. "Apa?"

"Apakah kau... Bertemu Elisa akhir-akhir ini?" tanyaku. Awalnya aku tidak berniat menanyakan hal itu melainkan ke arah yang lebih privasi namun aku tidak tiba-tiba berani menanyakannya.

Max memutar bola matanya berusaha untuk mengingat kemudian ia menyeringai. "Apa kau pernah melihatku keluar dari Apartemen ini?"

Wajahku merona karena seringai senyum Max yang begitu jelas terlihat. "Ah... Haha... Benar, haha... maaf..." Apa aku justru terlihat bodoh karena tertawa canggung?

Max memajukan kepalanya hingga ia akhirnya bisa menatap Shella lebih dekat. "Kau... Kau terlihat..." Max kian menatap lebih dekat untuk melihat guratan rona di wajah Shella sebelum akhirnya kembali ke posisi semula. "Bukankah itu rona wajah? Dari yang aku tahu jika Wanita tiba-tiba merona di depan seorang Pria itu artinya dia menyukainya. Apa itu argumen yang bisa aku percaya?"

Aku tidak bereaksi dan justru diam seolah tidak peduli namun sepertinya perkataan Max justru membawa dampak buruk terhadap jantung ku.

"Hahaha... Aku rasa itu benar... Hahaha..." Max pergi ke kamarnya dengan iringan tawa.

"ke mana perginya diriku yang asli? Mengapa aku hanya diam seperti orang yang menyetujui pernyataan Max? Ah... Memalukan." Aku pun akhirnya ikut kembali, ke kamar ku.

Tangan Elisa terkepal erat melihat adegan mereka yang tidak terlihat seperti menjalin pernikahan kontrak melainkan pasangan sesungguhnya. "Max apa kau sungguh-sungguh menyukai Wanita itu? Tidak..." Elisa menyentuh layar CCTV dan mengusap wajah Max. "Kau milikku... Milikku..." Ia memperlakukan Max yang berada di layar CCTV tersebut seperti layaknya Max di dunianya.

Di Kediaman Gael

Akhirnya Gael tiba di rumahnya dengan selamat dan ketika ingin membuka pintu, ia teringat sebuah momen ketika Shella dan Max pada saat itu berada dirumahnya dan tiba-tiba bel berbunyi hingga membuat ia harus membuka pintu. "Ayolah... Mengapa aku mengingat hal buruk itu lagi... Aku sudah berniat untuk tidak takut apa pun jadi-" Gael seketika membeku ketika ia akan masuk sebuah tangan menahan pintunya. "Si... Siapa..." Ia memberanikan diri untuk bertanya dan seorang wanita muncul pun muncul.

"Maaf mengganggu malam-malam. Apakah ini kucing milikmu atau bukan?"

Gael langsung mengambil kucing miliknya yang berada di gendongan wanita itu. Entah mengapa kucingnya bisa keluar dari rumah.

"Baiklah aku telah menemukan pemiliknya jadi aku akan pergi permisi..." ucap wanita itu.

"Terimakasih," ucap Gael dan kemudian ia menutup pintunya dan menguncinya. Alisnya menyatu keheranan dengan ketidaksengajaan ini. "Bukankah aku meninggalkan Kitty di rumah? Mengapa... Ah! Mungkin aku lupa. Mungkin..."

Wanita itu kemudian pergi dari rumah tersebut. Ia melepas jaket yang dikenakan nya dan membuangnya di tong sampah. "Dasar pengganggu..." Wanita itu menarik sesuatu dari saku celananya yaitu permen. "Rencana ini harus berjalan dengan lancar dan mungkin aku perlu meminta bantuan Wanita tua itu... Ah... Rasanya sangat manis."

Wanita itu terus berjalan hingga akhirnya tidak terlihat. Gael tengah berada di kamarnya dilantai dua. Ia sejak tadi memandangi wanita itu dari balik jendela karena takut jika wanita itu bertingkah aneh dan benar saja dugaan Gael jika wanita itu aneh.

Gael mengusap lehernya. "Aku harap Wanita itu tidak berniat buruk terhadapku dan semoga saja dia tidak ada hubungannya dengan Wanita bernama Elisa itu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status