Apa yang terjadi hari ini seperti sebuah mimpi buruk bagi Mischa.
Dia benar-benar tak menyangka jika hari ini akan terjadi. Hari dimana dia harus melepaskan satu-satunya orang yang menjadi alasannya untuk terus hidup. Satu-satunya orang yang begitu berarti dalam hidupnya.
Arsen.
Malam ini Mischa terus melamun di kamar sejak sore tadi Arsen di jemput Lulu untuk bermain bersama Kiki di kediaman Lulu.
Sebagai seorang Ibu, Lulu jelas tahu apa yang dirasakan oleh Mischa saat ini.
Itulah sebabnya dia terus menemani Mischa di kediaman sahabatnya itu. Lulu takut terjadi hal buruk menimpa Mischa. Sahabatnya itu tampak sangat kacau. Dia terus terdiam di atas tempat tidur, terduduk sambil memeluk ke dua lutut. Tak ada isakan, tapi lelehan air matanya terus mengalir keluar tanpa henti.
Melihat hal itu, hati Lulu jelas teriris pilu.
Lulu pun menghampiri Mischa di kamar
"Papah, kita mau kemana?" tanya Arsen kepada sang Ayah saat mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman utama keluarga Malik. "Kita mau ke rumah Papah. Nanti di sana Arsen akan Papah kenalkan dengan Omah Sarah. Dia itu nenek Papah. Arsen juga bisa panggil dia Omah, seperti Papah memanggilnya," jelas Xander. "Apa Omah Sarah baik?" tanya Arsen lagi. "Omah Sarah orangnya baik. Asalkan Arsen bisa menjaga sikap dan cara bicara Arsen dihadapan Omah Sarah. Dia tidak terlalu suka dengan orang yang banyak bicara. Jadi, kalau nanti Arsen bertemu Omah Sarah, kalau tidak ditanya apa-apa, Arsen diam saja, ya?" Arsen pun mengangguk paham dan membiarkan Xander melanjutkan kata-katanya. "Omah Sarah sudah menyiapkan kamar yang bagus dan luas untuk Arsen dan dia
Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut. Wanita itu terus berlari sambil menggenggam kuat sebuah ponsel di tangannya. Hingga akhirnya, Aliana berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di sebuah trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima. Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Namun dia sadar, sosok Denis pasti masih terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti mengejarnya meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat dari kejaran Denis hanyalah bersembunyi. Sebuah mobil mewah terparkir di pinggir trotoar tepat di depan sebuah club malam. Seorang laki-laki berjas hitam terlihat berjalan keluar dari Club dan melangkah ke arah mobil itu.
Di sepanjang perjalanannya mencari Mischa, Aldrian terus mencoba untuk menghubungi Mischa meski hasilnya tetap saja nihil. Ponsel Mischa aktif, tapi sepertinya Mischa memang sengaja tidak menyalakan dering ponselnya, tapi yang pasti Mischa memiliki alasan untuk itu. Aldrian masih terus mencari sampai akhirnya dia teringat sesuatu. Apa mungkin Mischa mendatangi kediaman Xander untuk menemui Arsen? Pikir Aldrian membatin, hingga setelahnya Aldrian pun memutar kemudinya menuju kediaman utama keluarga Malik. Semoga saja dia bisa menemukan Mischa di sepanjang perjalanan menuju rumah itu. Dan benar saja, di tengah perjalanan, Aldrian melihat sekelompok orang yang terlihat
Mendy datang ke kediaman utama keluarga Malik pagi-pagi buta sebab Xander yang memintanya. Bagi Mendy, tak ada hal yang lebih penting dibanding apapun kecuali Xander dalam hidupnya. Arsen masih terus menangis saat Mendy datang. Anak itu bahkan tidak mau di ajak keluar dari bawah tangga. Mendy tersenyum manis ke arah Xander dan berusaha menenangkan Xander. "Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja," ucap Mendy seraya membelai dada bidang Xander. Mendy membungkukkan badan supaya bisa melihat keadaan Arsen di bawah sana. Bocah itu terlihat lelah dan sedikit terkejut. Bibirnya membiru, pasti dia kedinginan. "Hai Arsen? Apa kabar? Kamu kenal akukan?" ucap Mendy yang kini sudah berjongkok di bawah tangga.
Jarvis baru saja memparkirkan kendaraannya di parkiran apartemen. Lelaki brewok itu turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu masuk apartemen dan mulai menaiki lift. Tanpa pernah dia tahu, bahwa ada seseorang yang diam-diam menguntit dirinya sejak dia berada di kediaman Mischa malam tadi. Nyatanya, malam tadi, bukan hanya Jarvis dan Aldrian yang hendak mencari keberadaan Mischa, tapi ada orang ke tiga. Seorang lelaki berpakaian serba hitam dengan sebuah masker yang menutupi wajahnya dan topi yang menutupi kepalanya. Pencariannya kali ini menemukan titik temu saat lelaki itu secara diam-diam menguping pembicaraan Jarvis dengan Xander beberapa jam lalu. Akhirnya pencariannya semalaman suntuk membuahkan hasil. Aliana tak akan pernah dia lepaskan! Bahkan sepertinya dia perlu memutilasi k
Waktu sudah hampir shubuh. Mischa terbangun dari pingsannya dengan tubuh yang terasa remuk. Tapi keadaan tempat tidur yang nyaman dan suasana sejuk di sekitarnya membuat Mischa merasa lebih baik. Ke dua bola mata yang terbalut bulu mata lentik itu terbuka. Kerut di kening Mischa menjelas saat dia memperhatikan sekeliling ruangan bernuansa abu-abu itu. Kamar itu terasa asing. Tapi warna cat tembok itu, dia seperti pernah melihatnya. Dimana aku? Pikir Mischa membatin seraya bangkit dari tempat tidur. Sempat terbersit pikiran buruk dalam benaknya, tapi saat dia mengecek seluruh pakaiannya, Mischa merasa lega, karena dia masih mengenakan pakaian lengkap seperti yang dia pakai sebelumnya. Mischa duduk di tepian ranjang sambil meraba kepalanya yang berdenyut hebat. Belum lagi perutnya yang sakit akibat dibiarkan kosong terlalu lama.
SERAHKAN ALIANA PADAKU, JIKA TIDAK, LELAKI INI AKAN MATI!" ancam Denis seraya menarik pelatuk senjatanya tepat ke arah kepala Xander. "Oke! Baik-baik, aku akan menyerahkan wanita ini padamu, tapi lepaskan Bosku," ucap Jarvis cepat. Dilihat dari gelagatnya, si penodong itu jelas tidak main-main dengan ancamannya. Untuk itulah Jarvis lekas tangkas menahan maksud gila si lelaki itu. Nyawa Xander dalam bahaya dan Jarvis tidak mungkin tinggal diam begitu saja. Jarvis menarik lengan Aliana dan menggiring Aliana mendekat ke arah di mana Denis berdiri. Aliana tercekat. Dia benar-benar ketakutan. Tapi dia juga tidak ingin menyaksikan nyawa orang lain harus melayang akibat ulah Denis. "Denis, jangan lakukan itu, aku mohon... Aku tidak mau kamu membunuh lagi," pinta Aliana saat dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Denis. Jarvis menarik tubuh Xander menjauh dari Denis yang fokusnya mulai terba
Aldrian telat sampai di lokasi syuting. Dia sempat terkena omelan sang sutradara karena di anggap tidak disiplin. Tapi bukan Aldrian namanya jika dia tidak bisa menuntaskan masalahnya dengan mudah. Syuting hari ini berjalan cukup lancar. Aldrian tidak terlalu banyak melakukan kesalahan sehingga dia memiliki waktu luang lebih banyak untuk beristirahat. Aldrian baru saja hendak menghubungi Mischa, namun hal itu urung dia lakukan saat dia mendengar sebuah sapaan hangat dari seseorang. Tepatnya seorang wanita. Wanita yang terlihat sangat menawan di mata Aldrian. Bahkan dengan leluasanya, wanita itu kini mengecup pipi kanan dan kiri Aldrian tanpa sedikit pun perduli dengan keadaan sekitar.